Thursday, June 28, 2012

Sejarah Agama Buddha


Dari lima agama dunia yang terorganisasi dengan jumlah penganut yang terbesar, ada dua­­­–agama Yahudi dan agama Hindu–yang sudah lahir sejak zaman kuno dan tidak memiliki pendiri yang boleh dikatakan spesifik, sekalipun para rabbi mengajarkan bahwa agama Yahudi dimulai ketika bapa orang Ibrani Abraham menerima dan menjalankan perintah Tuhan. Ketiga agam yang lain–agama Islam, agama Buddha, agama Kristen–didirikan di seputar masa sejarah oleh para pemimpinnya masing-masing.
Pendirian agama Buddha dimulai di India utara oleh seseorang yang bernama Siddharta Gautama. Ia lahir pada tahun 563 SM di tengah-tengah sebuah keluarga kaya yang bergaul dengan mereka yang tergolong Ksatria, kasta prajurit. Sejak muda Siddharta berminat untuk mempelajari filosofi dan kesusastraan Weda, kitab suci dasar dari agama Hindu. Akan tetapi, dari hari ke hari, dia disadarkan oleh agama Hindu dan penderitaan yang ia saksikan di sekitarnya. Ini membuat dia memutuskan untuk mengembangkan sebuah filosofi agama pengganti yang menjanjikan pembebasan roh, seandainya bukan tubuh jasmani, dari penderitaan-penderitaan di bumi.
Pada usia  29 tahun, Siddharta memiliki serangkaian visi yang meyakinkan dia untuk meninggalkan istananya, istrinya serta putranya, menanggalkan semua harta miliknya yang bersifat duniawi dan mulai mencari “kebenaran”. Ia mengunjungi banyak orang suci dan menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk berpuasa dan bermeditasi. Tujuannya adalah menciptakan sebuah cara guna mengatasi semua keinginan daging–termasuk perasan lapar–agar memiliki kemampuan untuk mengendalikan alam pikirannya secara utuh. Kebenaran yang ia cari tidak juga ditemukan sampai pada satu malam dalam bulan Mei 528 SM, ketika sedang duduk di bawah sebuah pohon “bodi”, ia menerima apa yang dikenal oleh para penganut agama Buddha diakui sebagai “pencerahan”. Dalam waktu singkat, Siddharta menyadari bahwa penderitaan manusia dapat dikalahkan.
Salah satu dokrit besar dari agama Buddha ialah siklus reinkarnasi. Jiwa setiap makhluk hidup yang mati, lahir kembali dalam bentuk makhluk hidup lain. Siklus ini berlangsung terus menerus, dengan jiwa yang secara bertahap berubah dari sebuah serangga menjadi seekor hewan dan menjadi bentuk manusia. Apabila semasa hidupnya seorang manusia berperilaku jahat, maka ia akan dilahirkan kembali dalam makhluk hidup yang lebih rendah derajatnya; bila sebaliknya yang ia lakukan, maka ia akan menjadi manusia kembali. Siklus reinkarnasi ini tidak terbatas, namun pencerahan Siddharta membuat ia sadar bahwa dengan mengikuti jalur yang tetap–dharma–yaitu dengan bermeditasi dan beribadah, jiwa sanggup mencapai suatu kondisi nirwana, sebuah status akhir yang sempurna, yang bukan tidak mirip dengan konsep Sorga yang dianut oleh ajaran Kristen-Yahudi.
Siddharta menggunakan nama “Buddha” yang berarti “Yang Dicerahkan” dan masuk ke dalam dunia untuk mengajarkan filosofinya. Setelah kematiannya pada tahun 483 SM, para pengikutnya mendirikan perserikatan keagamaan yang anggotanya terdiri atas biksu-biksu. Dan, filosofi agama Buddha juga menyebar ke seantero Asia, yang mendapat pengikut dalam proporsi yang lebih besar di Cina, Jepang, Asia Tenggara daripada di India sendiri. Kini, tercatat hampir 300 juta penganut agama Buddha di dunia, 99,5% di antarnya menetap di Asia.

0 komentar:

Post a Comment