Thursday, June 28, 2012

“Kaisar Pertama” Menyatukan Cina


Cina, seperti sebelum dan sesudah puncak kekuasaan Kekaisaran Romawi, adalah gabungan kota-kota mandiri yang feodal, yang berbeda-beda dari segi politik, dan yang diperintah oleh para tuan tanah yang saling bersaing. Kota-kota mandiri ini disatukan hanya oleh sebuah budaya yang memiliki kesamaan umum yang sudah muncul semasa Dinasti Zhou dan eksis di Lembah Sungai Yangtze setelah tahun 770 SM. Lebih daripada itu, dinasti tersebut juga sudah menggunakan suatu pengaruh budaya, kalau bukan pengaruh politis, yang langgeng terhadap bagian-bagian wilayah lain di Cina.
Agaknya, pengaruh terbesar terhadap budaya Cina semasa kurun waktu ini–dan mungkin selamanya–adalah tulisan-tulisan dari filsuf Kong Hu Chu (551-479 SM), yang lebih dikenal dengan nama Latinnya, Confusius. Filosofinya, yang masih diikuti sebagai sebuah agama oleh 5,2 juta orang, menekankan pentingnya suatu tatanan social yang harmonis pada tingkat nasional maupun perorangan.
Setelah kematiannya, Cina terpecah-belah secara politis dan memasuki Periode Negara-negara yang Berperang (+ 403-221 SM). Kurun waktu itu berakhir dengan lahirnya Dinasti Qin (221-210 SM), di mana Shi Huangdi (259-210 SM) yang kuat–dikenal sebagai “Kaisar Pertama”–berhasil menyatukan Cina untuk pertama kalinya dalam sejarah. Ia memperkenalkan pemerintahan sentralisasi, menyelenggarakan sensus penduduk dan membakukan mata uang logam, bahasa tulisan, hukum, ukuran berat serta timbangan. Ia juga mengalami pembuatan Tembok Besar Cina, proyek pembangunan terbesar yang pernah dikerjakan oleh tangan manusia sebelum pertengahan abad ke-19. Pada sisi negatifnya, Shi Huangdi diingat sebagai raja lalim yang otoriter yang menjalankan suatu upaya yang diselenggarakan atas persetujuan bersama untuk membasmi Konfusiusme, sebuah tujuan yang hanya sanggup dicapai sebagaian raja.
Pemerintahan Shi Huangdi digantikan oleh Dinasti Han, yang memetik manfaat dari sistem sentralisasi, namun secara bertahap ia memperkenalkan Konfusiusme kembali. Dinasti Han selanjutnya membertuk sistem tatanan sosial dan politik Mandarin, yang tetap digunakan sebagai landasan masyarakat Cina bahkan tetap dipelihara di bawah kepemimpinan Dinasti Qing (Manchu) (1644-1922) hingga Komunis mengambil alih kekuasaan pada tahun 1949. Dinasti Han sendiri berlangsung lebih dari 400 tahun, yaitu hingga tahun 220 Masehi. Semasa kurun waktu ini segala bentuk seni dan ilmu–dari kesusastraan dan lukisan hingga astronomi dan matematika–berkembang pesat.

0 komentar:

Post a Comment