This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday, June 28, 2012

Zaman Keemasan Yunani


Sepanjang sejarah, sudah banyak sekali pemikir, penulis, dan reoretikus yang luar biasa dalam banyak budaya. Meskipun demikian, semasa kurun waktu itu pemikir-prmikir hebat serupa ini banyak ditemukan di Athena–dan mereka menimbulkan dampak yang lebih mendalam terhadap sejarah Barat–daripada apa yang akan dilihat dunia di dalam sebuah ruang dan waktu yang begitu sempit hingga zaman Renaisans.
Di antara pemikir-pemikir tersebut, ada tiga orang yang namanya lebih terkenal dibandingkan yang lain. Socrates (469-399 SM) dinilai sebagai pemikir pertama. Ia menjadi guru Plato (427-347 SM). Sementara itu, Plato mengajar Aristoteles (384-322 SM). Kesinambungan dalam berbagai ilmu serupa ini secara signifikan melahirkan pemikiran filosofis Barat yang makin mendalam dan makin lengkap.
Socrates, yang mendapat banyak pengikut oleh karena kecanggihannya dalam berpidato, juga merupakan seorang filsuf berotak cemerlang yang oleh banyak orang diakui sebagai bagawan filsafat Barat. Socrates percaya bahwa manusia eksis untuk sebuah tujuan dan bahwa yan benar dan yang salah memainkan peran yang sangat penting untuk menetapkan hubungan kita dengan lingkungan maupun dengan orang lain. Ia melanjutkan teorinya bahwa tujuan dari sebuah pemerintahan yang ideal ialah mewujudkan orang-orang bijak yang memerintah demi kebaikan masyarakat secara umum.
Plato menerima gagasan-gagasan Socrates dan menguraikan semua itu dalam bukunya The Republic, dimana ia membayangkan sebuah “negara yang sempurna oleh karena etika, kebajikan, dan akal budi yang seimbang”. Ia mengajarkan agar manusia mengejar hikmat, bukannya sekadar menerima dogma.
Aristoteles mempelajari ilmu kedokteran dan filsafat serta menerapkan sebuah metode yang sistematis dalam mengkaji hubungan manusia dengan aspek-aspek lain dari dunia di sekitar kita. Aristoteles adalah pembimbing Alexander yang Agung. Pemikiran Aristoteles pada dasarnya selaras dengan teologi Kristen yang diajarkan oleh Santo Thomas Aquinas (1225-1274) pada abad ke-13.

Yudea Kuno


Bangsa Yahudi mengalami pengasingan di Babilonia selama 60 tahun sejak 597 SM. Dengan kepercayaan yang berbeda, mereka berkembang dan hidup terpisah dari tetangganya di kawasan Timur Tengah.
Kaum Yahudi hanya menyembah satu Tuhan, yang disebut Yahwe. Mereka membangun sinagoge dan mematuhi aturan ketat agama. Sekembali dari pengasingan di Babilonia pada 538 SM, mereka menekankan hukum dan kepercayaan Yahudi, memisahkan diri dari orang-orang yang bukan Yahudi. Saat itu, Palestina dikuasai Yunani. Orang Yahudi berjuang menghentikan pengaruh bangsa Yunani yang merusak tradisi bangsa Yahudi.
Palestina Dibawah Kekuasaan Romawi
Setelah penjajahan Yunani, Yudea menjadi negara merdeka selama hampir 80 tahun sebelum ditaklukkan oleh Romawi. Romawi lalu menunjuk Herodes sebagai Raja Yudea pada 37 SM. Orang Yahudi diizinkan berpergian dan berdagang. Banyak di antara mereka kemudian pindah ke negeri lain. Ketika Pontius Pilatus menjadi Gubernur Romawi di Yudea pada 26 M, kehidupan orang Yahudi dipersulit. Akibatnya, mereka membenci orang Romawi dan pajak yang mereka kenakan bagi orang Yahudi. Pada tahun 135 M, setelah terjadi sejumlah pemberontakan, bangsa Romawi mengusir kaum Yahudi dari Yudea.

Sejarah Agama Buddha


Dari lima agama dunia yang terorganisasi dengan jumlah penganut yang terbesar, ada dua­­­–agama Yahudi dan agama Hindu–yang sudah lahir sejak zaman kuno dan tidak memiliki pendiri yang boleh dikatakan spesifik, sekalipun para rabbi mengajarkan bahwa agama Yahudi dimulai ketika bapa orang Ibrani Abraham menerima dan menjalankan perintah Tuhan. Ketiga agam yang lain–agama Islam, agama Buddha, agama Kristen–didirikan di seputar masa sejarah oleh para pemimpinnya masing-masing.
Pendirian agama Buddha dimulai di India utara oleh seseorang yang bernama Siddharta Gautama. Ia lahir pada tahun 563 SM di tengah-tengah sebuah keluarga kaya yang bergaul dengan mereka yang tergolong Ksatria, kasta prajurit. Sejak muda Siddharta berminat untuk mempelajari filosofi dan kesusastraan Weda, kitab suci dasar dari agama Hindu. Akan tetapi, dari hari ke hari, dia disadarkan oleh agama Hindu dan penderitaan yang ia saksikan di sekitarnya. Ini membuat dia memutuskan untuk mengembangkan sebuah filosofi agama pengganti yang menjanjikan pembebasan roh, seandainya bukan tubuh jasmani, dari penderitaan-penderitaan di bumi.
Pada usia  29 tahun, Siddharta memiliki serangkaian visi yang meyakinkan dia untuk meninggalkan istananya, istrinya serta putranya, menanggalkan semua harta miliknya yang bersifat duniawi dan mulai mencari “kebenaran”. Ia mengunjungi banyak orang suci dan menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk berpuasa dan bermeditasi. Tujuannya adalah menciptakan sebuah cara guna mengatasi semua keinginan daging–termasuk perasan lapar–agar memiliki kemampuan untuk mengendalikan alam pikirannya secara utuh. Kebenaran yang ia cari tidak juga ditemukan sampai pada satu malam dalam bulan Mei 528 SM, ketika sedang duduk di bawah sebuah pohon “bodi”, ia menerima apa yang dikenal oleh para penganut agama Buddha diakui sebagai “pencerahan”. Dalam waktu singkat, Siddharta menyadari bahwa penderitaan manusia dapat dikalahkan.
Salah satu dokrit besar dari agama Buddha ialah siklus reinkarnasi. Jiwa setiap makhluk hidup yang mati, lahir kembali dalam bentuk makhluk hidup lain. Siklus ini berlangsung terus menerus, dengan jiwa yang secara bertahap berubah dari sebuah serangga menjadi seekor hewan dan menjadi bentuk manusia. Apabila semasa hidupnya seorang manusia berperilaku jahat, maka ia akan dilahirkan kembali dalam makhluk hidup yang lebih rendah derajatnya; bila sebaliknya yang ia lakukan, maka ia akan menjadi manusia kembali. Siklus reinkarnasi ini tidak terbatas, namun pencerahan Siddharta membuat ia sadar bahwa dengan mengikuti jalur yang tetap–dharma–yaitu dengan bermeditasi dan beribadah, jiwa sanggup mencapai suatu kondisi nirwana, sebuah status akhir yang sempurna, yang bukan tidak mirip dengan konsep Sorga yang dianut oleh ajaran Kristen-Yahudi.
Siddharta menggunakan nama “Buddha” yang berarti “Yang Dicerahkan” dan masuk ke dalam dunia untuk mengajarkan filosofinya. Setelah kematiannya pada tahun 483 SM, para pengikutnya mendirikan perserikatan keagamaan yang anggotanya terdiri atas biksu-biksu. Dan, filosofi agama Buddha juga menyebar ke seantero Asia, yang mendapat pengikut dalam proporsi yang lebih besar di Cina, Jepang, Asia Tenggara daripada di India sendiri. Kini, tercatat hampir 300 juta penganut agama Buddha di dunia, 99,5% di antarnya menetap di Asia.

Republik Romawi


Pada masa ini, Roma diperintah oleh kaum patricia (kelas penguasa). Mereka memperluas kepentingan Romawi, awalnya ke Italia, lalu ke seluruh kawasan Laut Tengah.
Terjadinya pertikaian antara kaum patricia dan plebeia (orang biasa), mendorong penulisan undang-undang dan pengakuan pengaruh kaum plebeia dalam pemerintahan. Ini membentuk tulang punggung Republik Romawi. Untuk bertahan dari serangan, bangsa Romawi terlibat dalam sejumlah perang. Pada tahun 270 SM, mereka berhasil menguasai sebagian besar daerah di Italia. Romawi terlibat bentrokan dengan Kartago akibat sengketa dagang di Laut Mediterania. Perang Punik kemudian berkobar selama 60 tahun. Selama periode ini, Kaisar Kartago, Hannibal, memimpin pasukan menyeberangi Pegunungan Alpen untuk menyerbu Italia. Hannibal meraih sejumlah kemenangan. Namun, Publius Cornelius Scipio, Jenderal Romawi yang pemberani, menyeberangi Afrika untuk menyerang Kartago dan memaksa Hannibal kembali ke negerinya. Scipio akhirnya mengalahkan bangsa Kartago. Bangsa Romawi segera mendirikan kota-kota baru. Mereka member ketentraman dan kemakmuran serta kewarganegaraan Romawi kepada penduduk taklukkannya yang mau bekerja sama. Pada tahun 44 SM, bangsa Romawi telah menguasai Spanyol, Perancis, wilayah Eropa di selatan Sungai Danube, Anatolia, dan Afrika utara. Dengan demikian, dalam kurun waktu kurang dari 200 tahun, bangsa Romawi menjadi kekuatan dominan di Eropa.
Akhir Republik
Pada tahun 100 SM, terjadi pertikaian antara kaum patricia dan plebeia. Pihak militer membuka lowongan bagi para warga yang tidak memiliki tanah. Mereka diberi imbalan tanah dan status di wilayah jajahan atas pengabdiannya. Perebuatan kekuasaan di antara para jenderal menyebabkan perang saudara. Pada tahun 44 SM, Julius Caesar menjadi diktator seumur hidup. Kaum Republik lalu membunuhnya, dan segera setelah itu era Republik pun berakhir.

Pertempuran Salamis


Xerxes (519-465 SM) menggantikan ayahnya, Darius I (556-486 SM) sebagai raja Persia. Marah karena kekalahan di Marathon, Xerxes merencanakan sebuah invasi besar-besaran yang akan menelan Athena dan seluruh Yunani. Ia memimpin sebuah pasukan Persia yang besar (beberapa sejarawan memperkirakan pasukannya berjumlah 300.000 orang) melewati Turki, menyeberangi Hellespont, dan memasuki Yunani melalui Thrace dan Macedonia. Pasukannya dipasok dari sebuah armada yang membawa makanan bagi orang Persia yang memakan daging (orang Yunani vegetarian).
Xerxes dan pasukannya sempat terhambat di Thermopalayae, sebuah celah pegunungan sempit sebelah utara Athena. Di sana, sekitar 300 pejuang Sparta bertarung dalam sebuah pertempuran panjang untuk memperlemah pasukan Persia dan berhasil menunda laju pasukan Persia dan menimbulkan banyak korban dan pihak penyerbu. Ketika Persia akhirnya bisa menerobos dan membunuh pasukan pertahanan di Thermopalayae, tampaknya Yunani seolah-olah telah dikalahkan. Xerxes tak lama kemudian menduduki Athena dan telah siap untuk menaklukkan daerah lainnya di Yunani.
Akan tetapi, orang Yunani mempunyai sebuah senjata baru, yaitu kapal trireme yang telah dikembangkan selama sepuluh tahun sejak pertempuran Marathon. Ketika Xerxes memasuki Athena, ia mendapati sebuah kota yang ditinggalkan, karena armada Athena telah mengungsikan mayoritas penduduknya dan membawa mereka ke Pulau Salamis di sebelah selatan. Panggung telah disiapkan untuk pertempuran laut yang akan menegaskan penaklukkan Persia atas Yunani atau membuat seluruh peristiwa ini kembali dipertanyakan.
Xerxes menaruh sebuah singgasana di atas sebuah bukit yang bisa melihat ke arah teluk. Armadanya yang terdiri dari 1.000 galley (perahu besar) Persia memasuki teluk dan berhadapan dengan 370 perahu trireme Yunani. Pertempuran tersebut berlangsung sepanjang hari. Orang Yunani mampu bertahan dan memenangkan pertempuran karena dua faktor: pertama, orang Yunani menggunakan api sebagai senjata untuk membakar kapal-kapal Persia. Kedua, karena orang Yunani lebih tahu daerah perairan ini, sehingga mereka mampu mengungguli maneuver musuh mereka dalam pertarungan antar-perahu jarak dekat. Pada akhir hari itu, Xerxes menyaksikan armada Persia yang hancur dan kalah mundur.
Karena armadanya kekurangan pasokan, Xerxes akhirnya mundur dari Athena dan Yunani. Ia kembali ke Asia Kecil, walaupun ia meninggalkan kekuatan Persia yang cukup besar, namun pada musim semi berikutnya dikalahkan secara telak oleh orang Yunani. Kombinasi pertempuran Marathon dan Salamis mengakhiri semua kemungkinan pengambilalihan Yunani oleh Persia.

Pertempuran Marathon


Pada tahun 500 SM, Kerajaan Persia telah menggantika Kerajaan Babilonia dan Assyria yang telah ada di wilayah yang sekarang merupakan Iran dan Irak. Orang Persia adalah para prajurit terbaik pada masanya dengan pasukan berkuda yang gigih dan telah berkali-kali menaklukkan musuh-musuh mereka. Pada tahun 490 SM, Raja Persia Darius I (556-486 SM)mengirimkan 20.000 pasukan berlayar menuju menuju semenanjung kecil Yunani. Orang Yunani tinggal di sejumlah negara-kota yang kecil dan berstatus merdeka. Eksperimen demokrasi yang pertama di dunia dilakukan di negara-kota Athena. Bagi orang Persia, serangan mereka atas Yunani semata-mata ditujukan untuk memperkuat kekuasaan Persia di wilayah lain, sementara bagi orang Yunani, perjuangan mengusir musuh dianggap penting bagi demokrasi.
Pasukan Darius I mendarat di sebuah pantai kecil 32 kilometer di sebelah utara Athena. Mereka menunggu kemungkinan sebuah serangan orang Athena dan Plataea (11.000 orang) yang sudah menunggu di atas bukit sambil mengawasi pantai. Pada saat yang kritis ini, para pengamat yang paling netral pun akan mendukung Persia, yang hampir 100 tahun telah bertempur dan melakukan berbagai penaklukan. Pada hari itu, pihak Yunani yang melakukan gerakan pertama. Dipimpin oleh Miltiades (?-488 SM) dan Callimachus, orang Yunani berlari menuruni bukit dan menyerang pasukan Persia. Sambil menghadapi hujan anak panah yang dilepaskan pasukan panah Persia, pasukan Yunani berusaha terlibat pertarungan satu lawan satu. Pasukan tengah Persia bisa bertahan, tetapi sayap kiri dan kanan telah dikalahkan oleh serangan Yunani. Dalam waktu satu jam, pasukan Persia sepenuhnya ditaklukkan dengan 6.400 orang tewas, sementara sisanya berlari kembali ke kapal mereka dan kembali ke Asia Kecil (Turki). Pihak Yunani kehilangan 192 prajurit. Ketika para sejarawan modern berusaha menggambarkan kemenangan gemilang Yunani, mereka menekankan fakta bahwa Yunani berperang dengan formasi langsung, sementara Persia terbiasa dengan pertarungan dengan menggunakan fomasi sayap.
Marathon adalah salah satu pertempuran yang benar-benar sengit sepanjang sejarah. Kemenangan Yunani di pantai ini memungkinkan mereka dan orang Athena untuk mempertahankan kemerdekaan mereka dari Persia dan melanjutkan kerangka demokrasi yang akan diteruskan ke Eropa dan akhirnya ke Dunia Baru. Selain itu, konsep dan tradisi lari 42 kilometer yang dikenal sebagai “Marathon” lahir dari pelari Yunani, Phiedippedes, yang berlari ke Athena untuk mengabarkan kemenangan Yunani dan akhirnya ia meninggal karena kelelahan.

Pertempuran Leuctra


Dominasi Sparta atas semenanjung Yunani sama mengganggunya dengan dominasi Athena bagi negara-negara kota Yunani lainnya. Selama satu generasi sejak Pertempuran Aegospotami, orang Yunani mulai berusaha memperjuangkan kemerdekaan mereka dari Sparta. Salah satu pemimpin dari gerakan baru adalah Epaminondas (418?-362 SM), putra raja Thebes, sebuah negara-kota Yunani lainnya. Sejak kecil, Epaminondas terpaksa harus tinggal sebagai seorang tawanan di Sparta, untuk menjamin ayahnya tetap bersikap baik terhadap Sparta. Sebagai seorang pengamat yang tajam atas perilaku manusia dan taktik militer, Epaminondas secara dekat mempelajari bangsa Sparta, dan akhirnya memahami mengapa Sparta dikenal memiliki para perajurit terbaik pada masa itu.
Ketika ia menjadi raja Thebes yang memang menjadi haknya, Epaminondas menolak untuk membayar pajak kepada Sparta. Ia kemudian menghadapi apa yang sangat ditakuti oleh setiap pemimpin Yunani, yaitu sebuah invasi Sparta dan dalam wilayahnya. Pasukan Theba disiapkan sejauh 16 kilometer di sebelah barat Thebes, yang sekarang adalah Voiotia, Yunani. Pasukan Sparta terdiri dari 11.000 orang pria, sementara pihak Theba memiliki sekitar 6.000 prajurit. Bukan hanya banyak kesulitan yang menghadang mereka, melainkan baik orang Thena maupun orang Yunani tahu bahwa prajurit Sparta tidak terkalahkan sejak Pertempuran Thermopalayae, 110 tahun sebelumnya. Akan tetapi, Epaminondas memiliki gagasannya sendiri menganahi ketangguhan orang Sparta.
Orang Sparta menggelar barisannya sesuai dengan tradisi mereka, dimana prajurit terbaik ditempatkan di sayap kanan. Epaminondas melakukan yang sebaliknya, yaitu dengan menempatkan orang terbaiknya di sayap kiri, sehingga langsung berhadapan dengan prajurit terbaik Sparta. Ia juga mengatur sayap kanannya dalam sebuah barisan yang ditempatkan agak jauh dari Sparta sehingga mengurangi keharusan bertarung secara berhadapan langsung seperti biasanya. Sayap kiri Theba, yang diatur dengan formasi lebar 24 meter dan panjang 46 meter dengan cepat menerobos sayap kanan Sparta. Pihak Sparta bertarung dengan gigih dan berani, tetapi tidak membuat inovasi taktik untuk merespons serangan ini. Dalam beberapa jam, Epaminondas telah mengalahkan Sparta yang kehilangan 2.000 prajuritnya, termasuk Cleombrotus, raja Sparta. Kerugian di pihak Theba tidak tercatat, tetapi diyakini lebih sedikit. Pada akhir hari itu, pihak Thebes telah muncul sebagai kekuatan militer baru di Yunani. Pertempuran ini juga menegaskan bahwa mengatur gerakan prajurit bisa mengalahkan prajurit yang paling kuat sekalipun.

Pertempuran Kadesh


Saat pergantian abad ke-14 SM, sebuah kerajaan baru muncul di Asia Kecil (sekarang Turki) dan menantang kekuasaan Mesir di Timur Tengah. Kerajaan Hittit masih relatif kurang dikenal oleh para sejarawan masa kini, tetapi yang jelas rakyat Hittit telah menggunakan senjata yang terbuat dari besi saat orang Mesir dan hampir semua bangsa lainnya masih menggunakan perunggu untuk membuat senjata. Ketika bangsa Hittit mulai bersaing dengan Mesir untuk menguasai wilayah yang sekarang adalah Israel dan Lebanon, pihak Mesir memutuskan untuk melakukan serangan mematikan terhadap kerajaan baru tersebut. Firaun Mesir, Ramses II merekrut pasukan yang terdiri dari 20.000 orang, meliputi pasukan infanteri dan kereta perang. Ramses II berhadapan dengan 8.500 pasukan infanteri Hittit dan 10.500 pasukan kereta perang (orang Hittit membawa 3.500 kereta perang ke medan pertempuran).
Pertempuran berlangsung di sebelah tenggara Kadesh, di atas Sungai Orontes di Suriah. Pada mulanya, orang Hittit tampak lebih unggul. Serangan awal mereka dengan kereta perang membuat bingung pihak Mesir, dan orang Hittit berhasil menembus perkemahan utama pasukan Mesir. Pasukan Hittit banyak yang menghabiskan waktu untuk menjarah barang-barangdi perkemahan itu sehingga hal ini memungkinkan pasukan Mesir mempunyai waktu untuk menata kembali kekuatan mereka. Pertempuran yang berdarah ini berakhir seimbang dengan hasil yang tidak jelas. Ramses II memcatat pertempuran ini secara rinci pada monumen-monumen dan batu-batu pemujaan (obelisk). Tetapi, catatannya tidak memperhatikan fakta bahwa Kadesh meninggalkan banyak persoalan sebagaimana sebelumnya: sebuah wilayah tak berpenghuni di antara Kerajaan Hittit yang kuat di sebelah utaranya, dan Kerajaan Mesir yang mengagumkan di sebelah selatannya. Pertempuran Kadesh membentuk sejarah dunia karena membiarkan tanah tak berpenghuni itu tetap utuh. Di wilayah ini (sekarang adalah Lebanon, Suriah, dan Israel) kemudian terbentuk sebuah kerajaan kecil (kebalikan dan kerajaan yang besar-besar). Kerajaan-kerajaan kecil ini menghasilkan berbagai penemuan yang penting bagi masa depan dunia. Sebagau contoh, Kerajaan Funisia yang terletak di Lebanon yang sekarang, menciptakan rangkaian huruf pertama di dunia (21 huruf) dan Kerajaan Yehuda dan Israel mengembangkan agama monoteisme yang pertama.

Pertempuran Issus


Philip II dari Macedonia menaklukkan Thebes dan menjadi penguasa Yunani pada tahun 338 SM. Para prajurit Macedonia yang pandai berkuda dan senang minum anggur bermaksud untuk menyerang Persia, tetapi Philip keburu meninggal. Ia digantikan oleh putranya, Alexander (356-323 SM), yang kemudian dikenal sebagai Alexander yang Agung yang telah memimpin serangan pasukan kavaleri dan mengalahkan Thebes. Jarang sekali dalam sejarah seorang pemimpin militer besar seperti Philip digantikan oleh seorang putra yang ternyata bahkan lebih jenius secara militer dibandingkan ayahnya.
Alexander memimpin 30.000 prajurit Macedonia menyeberangi Hellespont memasuki Asia Kecil pada tahun 333 SM. Ia mengalahkan satu pasukan Persia dengan jumlah yang sama besar dengan pasukannya di tepi Sungai Gnanicus dan terus bergerak ke timur. Di sebelah tenggara Asia Kecil, ia berhadapan dan ditantang oleh pasukan Persia  yang terdiri dari 90.000 prajurit yang dipimpin oleh raja Darius III (380?-330 SM), yang sebagaimana pendahulunya, Xerxes, dikenal sebagai Raja segala Raja. Darius menempatkan prajuritnya di sepanjang jalur pasokan Alexander dan memaksa prajurit Macedonia terlibat dalam pertempuran Issus, di Sungai Payas, dekat Iskenderun yang sekarang adalah Turki.
Pertempuran ini berlangsung di sebuah dataran sempit antara pegunungan dan laut, yang menghalangi Darius untuk bisa menggunakan seluruh pasukannya (beberapa catatan peristiwa memperkirakan ia membawa sekitar 500.000 pasukan). Selain itu, kekuatan Darius terdiri dari prajurit dari berbagai kebudayaan dan kelompok bangsa (Bactria, Persia, Funisia, bahkan pasukan bayaran Yunani), sementara pasukan Alexander adalah prajurit inti yang solid dan hanya mengenal kemenangan.
Darius memulai pertempuran dengan gerakan pasukan kavaleri di sayap kiri dan kanan untuk menggiring prajurit Macedonia ke posisi di mana mereka bisa menyerang dalam jumlah yang lebih besar. Pasukan kavaleri Macedonia memukul mundur pasukan kavaleri Persia dan kemudian bergerak mengubah haluan untuk menyerang barisan utama pasukan Persia. Sepertinya tidak ada alasan bagi pasukan Persia untuk tidak bisa menang, tetapi komposisi multinasional dari pasukannya ternyata merugikannya. Pasukannya tidak terkoordinasi dengan baik satu dengan yang lainnya, dan gerakan maju secar mengejutkan dari pasukan phalanx Macedonia, yang membentuk sebuah dinding tombak dan pedang, yang diciptakan oleh Philip dan disempurnakan oleh Alexander membuat mereka takut. Hanya pasukan bayaran Yunani dari Darius yang terus bertempur, sementara kelompok pasukannya yang lain tercerai-berai menghadapi serangan Alexander. Darius melarikan diri dari medan pertempuran. Ia dan pasukannya dikejar oleh pasukan kavaleri Yunani, tetapi mereka berhasil lolos. Hal yang sama tidak terjadi pada sekitar 15.000 pasukan Persia yang terbunuh, serta ratu dan keluarga Darius yang setelah pertempuran usai ditawan oleh pasukan Yunani. Satu hari pertempuran telah memberikan kekuasaan kepada Alexander atas Asia Kecil dan wilayah yang sekarang merupakan Lebanon dan Suriah.

Pertempuran Arbela


Setelah kemenangan besarnya di Issus, Alexander yang Agung (356-323 SM) menaklukkan kota Funisia, Tyre, dan terus bergerak ke Mesir sebelum akhirnya berbalik untuk kembali lagi menghadapi orang Persia. Alexander telah menaklukkan sepertiga wilayah Kerajaan Persia dan Raja Darius III (380?-330 SM) mengirim utusan kepada Alexander untuk mengajukan syarat perdamaian. Alexander menolak tawaran perdamaian ini. Baginya, kemenangan adalah seluruhnya atau tidak sama sekali, tidak ada yang bersifat setengah-setengah. Setelah menghabiskan waktu di Mesir, di mana imam-imam Mesir menyatakan bahwa ia adalah putra Amun, Dewa Matahari, Alexander memimpin anak buahnya kembali ke Asia untuk kembali menghadapi orang Persia.
Untuk pertempuran kali ini, Darius membawa pasukan yang lebih besar untuk menghadapi Macedonia. Paling tidak terdapat 250.000 prajurit (terdiri dari prajurit multinasional, bukan prajurit Persia seluruhnya) yang digelar di dataran Arbela, kadang-kadang disebut Guagamela, di dekat wilayah yang sekarang adalah Mosul di sebelah utara Irak. Darius selama berhari-hari menyiapkan pertempuran. Ia menyuruh anak buahnya membersihkan medan pertempuran dari semak dan pecahan batu agar kereta perangnya dan pasukan berkudanya bisa digunakan secara maksimal. Ia memiliki 200 kereta perang, 15 gajah, dan 40.000 prajurit berkuda, serta 200.000 prajurti infanteri yang dikumpulkan dari seluruh wilayah Kerajaan Persia yang luas. Besar dan kekuatan pasukannya menunjukkan betapa paniknya Darius. Pasukan yang lebih besar tidak bisa memberinya keyakinan diri yang sesungguhnya, karena ia yakin bahwa Alexander pada dasarnya tidak terkalahkan. Alexander berpikir yang sama, begitu pula pasukannya yang semakin bertambah jumlahnya, yang berbaris dari satu kemenangan ke kemenangan yang lain selama dua tahun.
Alexander membawa 400.000 prajuritnya mendekati sayap kiri pasukan Persia. Ketika pertempuran dimulai, pasukan Yunani terus menyerang sisi kanan. Hal ini memaksa Darius untuk mengerahkan anak buahnya guna melawan serangan terarah ini. Darius melepas pasukan kereta perangnya dan pasukan gajah, tetapu kedua serangan ini berhasil ditahan oleh serangan panah dan tombak pasukan Macedonia.
Darius kecewa bahwa rencananya untuk meningkatkan serangan kavaleri telah digagalkan. Saat itu masih tersedia waktu bagi pihak Persia untuk melakukan konsolidasi. Alexander, yang melihat perubahan formasi dan titik kelemahan di pihak Persia, bersama pasukan pengawalnya menyerang ke bagian di mana Darius berdiri. Darius melarikan diri dengan para pembantunya, dan pertempuran itu segera berubah menjadi sebuah kekalahan. Korban diperkirakan mencapai 40.000 orang di pihak Persia dan hanya 500 orang di pihak Macedonia. Darius berhasil meloloskan diri dari kejaran Alexander, tetapi ia dibunuh oleh salah seorang jenderalnya sendiri. Peristiwa ini mengakhiri dinasti Persia yang dimulai dari Cyrus pada abad ke-6 SM yang selama dua abad telah menjadi kerajaan terbesar di belahan dunia Barat.

Pertempuran Aegospotami


Setelah mengakhiri ancaman invasi Persia, negara-kota Yunani mulai saling bertikai. Pertikaian terbesar adalah antara Athena, yang sacara tradisi merupakan negara perdagangan dan menguasai perairan, dengan Sparta yang mengandalkan kedigdayaan para pejuangnya. Iri hati dan ketidakpercayaan antar kedua kekuatan ini membawa pada Perang Peloponensus yang terkenal, yang berlangsung antara tahun 432 hingga 403 SM. Awalnya Athena dipimpin oleh politisi brilian, Pericles (495-429 SM), yang mengibau kaum sebangsanya untuk menghindari pertempuran dengan pihak Sparta di daratan. Akan tetapi, orang Athena justru tetap berada di dalam tembok yang mengelilingi kota Athena dan menyerang pihak Sparta dan sekutunya di laut.
Pericles meninggal saat perang masih di tahapan awalnya, dan para penerusnya memutuskan untuk melakukan perang yang lebih agresif. Mereka mengorbankan banyak jiwa dan harta dalam sebuah pengepungan yang sia-sia atas Syracuse, Sisilia, dan pada tahun 410 SM, Athena kehabisan tenaga, semangat, dan uang.
Pihak Sparta pencari bantuan dalam bentuk uang dari musuh lama semua orang Yunani, yaitu orang Persia. Didukung oleh emas Persia, orang-orang Sparta dan aliansinya membuat sebuah armada untuk menandingi armada Athena dan menunjuk Lysander (?-395 SM) sebagai laksamana pertama mereka. Mengetahui bahwa orang Athena tergantung pada suplai makanan yang dibawa dengan kapal-kapal mereka, orang Sparta berusaha menghancurkan kapal-kapal Yunani saat sedang membawa biji-bijian dari Laut Hitam menuju Athena. Mereka berhadapan dengan armada Sparta di Aegospotami, di Hellespont.
Sebagaimana komentar sebagian sejarawan, seluruh perang Peloponensus mirip pertarungan antara seekor gajah dan ikan paus. Sekarang, si gajah telah memiliki sirip dan menantang si ikan paus di habitatnya. Lysander menyerang orang Athena yang terkejut, dan pertempuran itu, sebagaimana sebelumnya, berubah menjadi kekalahan telak di mana 173 perahu Athena tertangkap setelah awaknya meninggalkannya di pantai. Sekitar 3.000 hingga 4.000 orang yang tertangkap dan dipenjarakan, akhirnya dibunuh semuanya karena kebencian yang telah berlangsung lama antara orang Athena dan Sparta. Kekalahan ini menentukan nasib orang Athena. Dalam waktu setahun sebuah perdamaian disepakati. Dinding-dinding yang mengelilingi Athena selama satu abad diruntuhkan, dan orang Athena harus menyerahkan kekayaan kerajaan yang telah mereka bangun di Laut Aegea. Perang Peloponensus telah berakhir. Sparta telah menang, dan seluruh orang Yunani telah kalah. Masa kejayaan Pericles tidak akan kembali lagi.

Kerajaan Maurya India


Kerajaan Maurya didirikan oleh Chandragupta. Kerajaan ini membentang dari Bengali hingga Hindu Kush, dan menyatukan seluruh daratan di India utara.
Chandragupta mengambil alih kekuasaan di Maghada pada 321 SM. Dalam waktu 10 tahun, ia telah menginvasi sebagian besar India utara. Ia seorang negarawan yang baik, dan India menjadi makmur di bawah pengaruhnya. Putranya, Bindusara (293-268 SM), memperluas kerajaan hingga jauh ke bagian selatan India.
Asoka, Sang Pendiri Kerajaan yang Mengenal Kebenaran
Cucu Chandragupta, Asoka (268-233 SM), merupakan penguasa terbesar Maurya. Ia memperluas kerajaan, yang dihuni oleh penduduk dengan lebih dari 60 keyakinan dan bahasa yang berbeda. Tahun 261 SM, pasukan Maurya menghancurkan penduduk Kalingga dalam sebuag peperangan yang banyak mengucurkan darah dan memakan korban sebanyak 200.000 jiwa. Menyaksikan kengerian serta penderitaan tersebut, Asoka merasa sangat terguncangdan ia memutuskan bahwa tidak ada kemenangan militer yang harus dibayar semahal itu. Ia berpindah agama, dari seorang Hindu menjadi pengikut Buddha, dan menanggalkan kekuasaan militer sebagai sebuah kebijakan nasional. Ia melarang persembahan korban hewan maupun manusia dan mempertahankan angkatan daratnya semata-mata sebagai sarana pertahanan. Asoka juga menerapkan hukum moral Buddha mengenai sikap baik dan menjauhi kekerasan serta memberikan perdamaian, kebudayaan, kehormatan, dan kemakmuran bagi rakyatnya. Ia mengembangkan agama Buddha dari sebuah sekte kecil, menyebarkannya sampai ke Indonesia, Asia tengah, dan Mesir. Ia banyak mendirikan tiang batu di seluruh India, menulisinya dengan berbagai panduan moral dan keagamaan bagi rakyatnya. Asoka adalah salah satu raja paling adil dalam sejarah.
Kehidupan Orang Maurya
Asoka berusaha memperbaiki kehidupan rakyatnya. Ia membangun sistem penampungan air, pengairan, dan menggali banyak sumur. Asoka juga membangun tempat peristirahatan dan sepanjang jalan yang menghubungkan berbagai daerah, guna meningkatkan arus perjalanan dan perdagangan serta menyatukan seluruh wilayah kerajaan ke dalam satu sistem. Asoka juga mengerahkan pasukan polisi rahasia untuk membantu mengawasi wilayahnya yang luas. Kendati Asoka berusaha menyatukan negeri, di bawah pemerintahanya, perbedaan antara penganut Hindu, Buddha, dan agama lain tetap tajam. Setelah kematiannya, Kerajaan Maurya mulai terpecah dan India terbagi menjadi kerajaan-kerajaan kecil.

Kekaisaran Alexander yang Agung


Apa yang gagal dilakukan oleh bangsa Persia pada abad ke-5 SM, berhasil dilaksanakan oleh seorang jenderal Yunani pada abad ke-4 SM: pendirian sebuah kekaisaran yang sangat luas dan berkuasa yang mencakup Eropa dan Asia, dan membentang dari Yunani sampai India. Nama jenderal tersebut adalah Alexander. Kita mengenalnya sebagai Alexander yang Agung (356-323 SM).
Ayah Alexander, Philip II dari Macedonia, membuat seluruh wilayah Yunani berada di bawah kekuasaannya persis sebelum ia tewas dibunuh pada tahun 336 SM. Alexander muda bertumbuh dewasa di Athena, bukan hanya di balik bayang-bayang sang ayah, melainkan juga dibawah pengaruh seorang filsuf hebat, Aristoteles, yang sekaligus menjadi pembimbingnya. Alexander menggantikan ayahnya pada usia 20 tahun, seorang pria ditakdirkan untuk menjadi sangat luar biasa. Kendati Alexander hanya memerintah selama 14 tahun, semasa pemerintahannya ia mampu membangun sebuah kekaisaran yang lebih besar dari setiap kekaisaran yang pernah ada. Sesudah mengalahkan Darius III (558-486 SM) di Pertempuran Issus pada tahun 333 SM, Kekaisaran Persia porak-poranda. Tatkala Alexander berusia 33 tahun, wilayah yang diperintahnya berukuran 50 kali lebih besar dibandingkan kekaisaran yang ia warisi dari Philip II. Teritori mencakup Yunani, Mesir, semua bekas Kekaisaran Persia dan seantero dari apa yang kita namakan pada hari ini sebagai Timur Tengah. Ia sudah merambah ke utara sejauh Sungai Donau, ke timur sejauh Sungai Gangga di India, dan bahkan ia sudah mengirim sebuah ekspedisi untuk menemukan hulu Sungai Nil. Pada waktu wafatnya, 323 SM, ia dianggap sebagai jenderal dan pendiri kekaisaran terbesar yang pernah dikenal dunia. Bahkan sampai hari ini, hampir dua ribu empat ratus tahun kemudian, yang sanggup menyaingi pencapaiannya tidak lebih dari enam orang kaisar.
Akan tetapi, bahwa kekaisaran Alexander pada hakikatnya dinilai penting adalah karena untuk pertama kalinya, pertukaran gagasan secara bebas antara dua budaya yang berbeda berhasil dilaksanakan. Tidak seperti kebanyakan pemimpin yang lain yang berhasil meraih kemenangan, Alexander tidak hanya terbuka untuk menerima gagasan bangsa-bangsa yang sudah ditaklukannya. Ia pun memetik gagasan yang ia pelajari dari organisasi politik Persia. Sebaliknya, kesenian Yunani memperngaruhi kesenian India. Sebelum kematiannya yang dini namun alami pada usia 33 yahun, Alexander juga membangun kota Alexandria di Mesir, dengan perpustakaannya yang lengkap dibuka hingga seribu tahun lamanya dan berkembang menjadi pusat pembelajaran terhebat di dunia.

“Kaisar Pertama” Menyatukan Cina


Cina, seperti sebelum dan sesudah puncak kekuasaan Kekaisaran Romawi, adalah gabungan kota-kota mandiri yang feodal, yang berbeda-beda dari segi politik, dan yang diperintah oleh para tuan tanah yang saling bersaing. Kota-kota mandiri ini disatukan hanya oleh sebuah budaya yang memiliki kesamaan umum yang sudah muncul semasa Dinasti Zhou dan eksis di Lembah Sungai Yangtze setelah tahun 770 SM. Lebih daripada itu, dinasti tersebut juga sudah menggunakan suatu pengaruh budaya, kalau bukan pengaruh politis, yang langgeng terhadap bagian-bagian wilayah lain di Cina.
Agaknya, pengaruh terbesar terhadap budaya Cina semasa kurun waktu ini–dan mungkin selamanya–adalah tulisan-tulisan dari filsuf Kong Hu Chu (551-479 SM), yang lebih dikenal dengan nama Latinnya, Confusius. Filosofinya, yang masih diikuti sebagai sebuah agama oleh 5,2 juta orang, menekankan pentingnya suatu tatanan social yang harmonis pada tingkat nasional maupun perorangan.
Setelah kematiannya, Cina terpecah-belah secara politis dan memasuki Periode Negara-negara yang Berperang (+ 403-221 SM). Kurun waktu itu berakhir dengan lahirnya Dinasti Qin (221-210 SM), di mana Shi Huangdi (259-210 SM) yang kuat–dikenal sebagai “Kaisar Pertama”–berhasil menyatukan Cina untuk pertama kalinya dalam sejarah. Ia memperkenalkan pemerintahan sentralisasi, menyelenggarakan sensus penduduk dan membakukan mata uang logam, bahasa tulisan, hukum, ukuran berat serta timbangan. Ia juga mengalami pembuatan Tembok Besar Cina, proyek pembangunan terbesar yang pernah dikerjakan oleh tangan manusia sebelum pertengahan abad ke-19. Pada sisi negatifnya, Shi Huangdi diingat sebagai raja lalim yang otoriter yang menjalankan suatu upaya yang diselenggarakan atas persetujuan bersama untuk membasmi Konfusiusme, sebuah tujuan yang hanya sanggup dicapai sebagaian raja.
Pemerintahan Shi Huangdi digantikan oleh Dinasti Han, yang memetik manfaat dari sistem sentralisasi, namun secara bertahap ia memperkenalkan Konfusiusme kembali. Dinasti Han selanjutnya membertuk sistem tatanan sosial dan politik Mandarin, yang tetap digunakan sebagai landasan masyarakat Cina bahkan tetap dipelihara di bawah kepemimpinan Dinasti Qing (Manchu) (1644-1922) hingga Komunis mengambil alih kekuasaan pada tahun 1949. Dinasti Han sendiri berlangsung lebih dari 400 tahun, yaitu hingga tahun 220 Masehi. Semasa kurun waktu ini segala bentuk seni dan ilmu–dari kesusastraan dan lukisan hingga astronomi dan matematika–berkembang pesat.

Wednesday, June 27, 2012

Ilmu Kedokteran pada Zaman Yunani Kuno

Sebagaimana filsafat Barat modern yang dibangun di atas landasan-landasan yang diletakkan oleh Socrates, Plato, dan Aristoteles, ilmu kedokteran modern juga berasal dari peradaban Yunani ketika mengalami zaman keemasannya. Hippocrates (460-377 SM) adalah salah seorang dokter berkebangsaan Yunani yang melahirkan konsep bahwa dalam menyembuhkan orang sakit, seorang dokter harus “memperhatikan sifat dasar manusia secara umum, secara individual, dan karakteristik-karakteristis setiap penyakit”. Dengan kata lain, seorang dokter harus mempertimbangkan interelasi, hubungan pasien dengan sesama, secara keseluruhan, bukan hanya berfokus pada simtom-simtom penyakit yang spesifik.
Jelas, Hippocrates berpikir lebih maju dibandingkan cendekiawan-cendekiawan sezamannya. Di sebuah era tatkala kebanyakan persoalan medis di dunia ditangani oleh para ahli gaib, Hippocrates menghasilkan banyak karya tulis untuk ilmu kedokteran serta etika ilmu kedokteran, gagasan-gagasan maju yang lebih menyerupai gagasan dari abad ke-20 ketimbang gagasan seorang dokter yang berpraktek pada abad ke-4 SM.
Hippocrates menyadari bahwa bagian-bagian anggota badan yang patah harus diluruskan agar dapat kembali normal. Traksi atau teknik penarikan harus dilakukan pada kedua ujung dari bagian yang patah, yang kemudian dilepaskan, perlahan-lahan, sementara bagian-bagian tersebut saling menyesuaikan diri. Seperti biasa, ia mendesak para dokter untuk mencermati semuanya, dari apa yang terjadi di luar kondisi yang patah itu hingga reaksi total sang pasien. Gerakan anggota badan dianjurkan pada tahap dini, karena “latihan menguatkan, sementara itu kepasifan melemahkan”. Dewasa ini, semboyan tersebut masih diterapkan oleh para dokter yang berupaya menghindari “penyusutan tulang akibat kondisi tidak digunakan”. Secara ilmiah, karya Hippocrates agak terbatas. Gagasan-gagasannya tentang sirkulasi darah, misalnya, betul-betul keliru. Akan tetapi, mengingat bahwa ia meninggalkan penemuan-penemuan yang paling ilmiah untuk generasi-generasi berikutnya, ia pada hakikatnya memformulasikan teori, metode dan prosedur mendasar yang menjadi esensi dari ilmu kedokteran selama berabad-abad kemudian. Benar, Sumpah Hippocrates, yang ia tulis, tetap menjadi batu penjuru dalam etika ilmu kedokteran modern. Yang termasuk Sumpah Hippocrates adalah prinsip-prinsip yang demikian mendasar, yaitu kerahasiaan antara dokter dan pasien, tanggung jawab seorang dokter yang berkaitan dengan pasiennya maupun kewajiban seorang dokter untuk merawat setiap orang tanpa mempedulikan status sosialnya.

Monday, June 25, 2012

Dinasti Qin Cina


Suku-suku Qin yang senang berperang di Cina barat menaklukkan para tetangganya sejak tahun 350 SM. Pada 221 SM, mereka membangun kekaisaran, dan dari merekalah nama Cina berasal.
Raja Zheng dari Kin (dilafalkan Chin) menyatukan sebagian besar Cina hanya dalam waktu sepuluh tahun, mengakhiri Periode Negara-negara yang Berperang (+ 403-221 SM), Zheng mengubah namanya menjadi Shi Huangdi (artinya ‘Kaisar Pertama’) dan mendirikan dinasti Cina yang pertama.
Kekaisaran Cina
Shi Huangdi menyusun ulang pemerintahan. Seluruh aspek kehidupan ada di bawah kontrol pusat. Ia membuat standarisasi semua timbangan dan ukuran, tulisan Cina, bahkan lebar roda gerobak. Ia juga menciptakan berbagai undang-undang dan lembaga menurut tradisi Qin dan memperkenalkan mata uang tunggal. Shi Huangdi adalah seorang pembaharu yang sangat kuat. Ia menghapus kekuasaan para bangsawan, serta mengirim para pejabat Negara untuk mengelola daerah. Ia membangun jalan dan terusan, serta memperbaiki teknik pertanian dengan memperkenalkan sistem pengairan dan pembuangan. Untuk melindungi Cina dari serangan bangsa barbar, Shi Huangdi memulai pembangunan Tembok Besar Cina, yang sebagian besar masih berdiri hingga kini. Ia membangun tradisi kekaisaran yang terus hidup selama 2.000 tahun. Pada 221 SM, Shi Huangdi menghancurkan banyak karya sastra tradisional, termasuk karya Kong Hu Chu. Ia bahkan menghukum mati 400 orang sarjana guna memastikan terjadinya modernisasi.
Tembok Besar Cina
Dinasti Qin menggunakan banyak pekerja paksa untuk membangun sebagian besar Tembok Besar. Tembok itu memiliki panjang 2.250 km yang dibangun dari tanah dan puing. Batu, batu bata, dan adunan semen ditambahkan kemudian. Pembangunan ini menunjukkan betapa pentingnya tembok tersebut bagi bangsa Cina, yaitu untuk membendung serangan suku dari utara. Suku-suku ini sering mengancam keamanan dan kemammuran bangsa Cina, dan Cina telah mengalami kerugian dan gangguan besar sebelum tembok ini dibangun.
Mandat dari Surga
Shi Huangdi adalah pejuang yang menggunakan kavaleri (pasukan berkuda), dan bukan kereta perang. Ia terbiasa dipatuhi, sehingga beberapa tindakannya membuatnya sangat tidak popular. Namun, ia dihormati dan menggunakan kekuasaannya untuk melakukan perubahan cepat dalam menyatukan Cina. Ia juga memiliki prinsip dan meyakini bahwa kaisar telah diberi ‘mandat dari surga’ oleh para dewa. Artinya, dukungan baru akan diperoleh dari para dewa bila ia memerintah dengan baik. Ini juga berarti, jika memerintah negara dengan buruk, kaisar dapat disingkirkan.
Tahun-tahun Penting
350-an SM
Qin menjadi sebuah negara militeristik
315 SM
Qin menjadi negara terkuat di Cina
256 SM
Qin merebut Negara Zhou (Luoyang)
230 SM
Raja Qin, Zheng, mulai menyatukan Cina lewat peperangan
221 SM
Dinasti Qin menyatukan negeri tersebut untuk pertama kalinnya ke dalam sebuah kekaisaran
214 SM
Tembok Besar Cina mulai dibangun
212 SM
Shi Huangdi membakar semua dokumen bersejarah, melarang berbagai buku, dan membuat standar tulisan Cina
209-202 SM
Perang saudara berkobar di antara para panglima perang
202 SM
Dinasti Han didirikan oleh Liu Bang
Warisan Qin
Shi Huangdi wafat pada 210 SM. Empat tahun kemudian, Dinasti Qin digulingkan karena perubahan dan hukum yang diterapkannya terlalu keras. Kemudian pecah perang saudara. Namun, pemikiran tentang suatu kekaisaran yang bersatu telah berakar dalam pikiran rakyat. Seorang rakyat jelata, bernama Liu Bang, yang pernah menjadi pejabat Qin, memperoleh dukungan rakyat. Dinasti Han yang didirikannya kemudian memerintah Cina selama 400 tahun mengikuti pola pemerintahan yang dijalankan Shi Huangdi.

Sunday, June 24, 2012

Dinasti Zhou Cina

Dinasti Zhou (1066 SM - 221 SM) adalah dinasti yang bertahan paling lama dibandingkan dengan dinasti lainnya dalam sejarah Cina, dan penggunaan besi mulai diperkenalkan di Negeri China mulai waktu ini. Dinasti Zhou didirikan oleh Keluarga Ji dan dengan ibukota di Hao (dekat kota Xi'an sekarang). Pada awalnya Keluarga Ji mengendalikan negeri dengan kuat. Di tahun 771 sebelum masehi, setelah Raja You menggantikan ratunya dengan Selir Baosi, ibukota diserang oleh kekuatan gabung dari ayah ratu, Bangsawan Shen, dan orang barbar. Putra ratu, Ji Yi Jiu dijadikan raja baru oleh para bangsawan dari negara Zheng, Lü, Qin dan Shen. Ibukota dipindahkan ke timur di tahun 722 SM ke Luoyang di Propinsi Henan sekarang. Masa ini kemudian disebut sebagai masa dinasti Zhou Timur.
Berdasarkan buku sejarah Record of The Grand Historian karya Sima Qian, masa dinasti Zhou Timur dibagi lagi dalam dua subperiod. Pertama, dari tahun 722 SM sampai tahun 476 SM disebut dengan Periode Musim Semi dan Musim Gugur dan yang kedua dikenal sebagai Periode Negara Berperang yaitu antara 476 SM sampai 220 SM. Masa dinasti Zhou Timur adalah masa yang lemah, perpecahan dan perebutan kekuasaan terjadi hampir selama 500 tahun. Perlu diperhatikan bahwa sebenarnya raja pada masa dinasti Zhou bukanlah raja yang berkuasa mutlak. Ia hanyalah simbol yang dihormati semua kalangan bangsawan dan kepala militer karena garis keturunannya. Setiap tahun para bangsawan dan penguasa militer mengirimkan upeti sebagai tanda setia dan hormat. Maka tidak heran ketika kesetiaan dan rasa hormat itu luntur, raja dinasti Zhou hanyalah seperti macan kertas saja.
Kaum bangsawan mengangkat diri mereka menjadi raja atas kota atau wilayah mereka sendiri dan mengabaikan raja Zhou sebagai simbol. Perang antar kota dan wilayah terjadi setiap saat. Pada awal masa Musim Semi Musim Gugur, kira-kira ada 500 lebih negara kota dan wilayah yang berseteru. Mereka berperang kecil-kecilan, dengan pasukan kecil dan jangka waktu berperang hanya beberapa hari. Tapi memasuki masa Negara Berperang, di mana hanya ada tujuh negara besar yang tersisa, perang menjadi sesuatu yang besar. Perang melibatkan ratusan ribu prajurit dan kereta perang serta bisa memakan waktu beberapa tahun. Pada masa keruntuhan dinasti Zhou, para bangsawan tidak perduli lagi dengan adanya Keluarga Ji sebagai simbol kerajaan dan mengumumkan diri mereka masing-masing sebagai raja. Akhirnya, dinasti dihapuskan oleh Qin Shi Huang di tahun 221 SM.

Zaman Kegelapan Yunani

Saat banyak orang Mycenae melarikan diri sekitar 1200 SM, Yunani memasuki ‘zaman kegelapan’. Kondisi ini dimanfaatkan oleh bangsa baru, orang Doria.
Tidak ada catatan tertulis tentang periode yang berlangsung selama lebih dari 500 tahun ini. Bangsa Doria tidak memiliki kebudayaan atau keterampilan seperti bangsa Mycenae. Mereka menggunakan bahasaYunani yang berbeda dan belum menuliskan apapun.
Hikayat Sejarah
Bangsa Doria menjaga kenangan hidup zaman Mycenae dengan menceritakan berbagai hikayat puisi yang panjang. Ketika memelajari tulisan dari Bangsa Funisia, mereka mulai mengarang puisi. Dua puisi, Illiad dan Odyssey karya Homer, menceritakan pengepungan kota Troya dengan seorang pahlawannya, Odysseus. Benda-benda makam yang ditemukan di Mycenae sesuai dengan gambaran yang dibuat oleh Homer.
Kehidupan Kota
Selama zaman kegelapan, kehidupan kota ditinggalkan dan orang hidup berdasarkan sistem kesukuan di bawah pimpinan panglima perang. Pada 600 SM, kehidupan kota muncul lagi dan kolonisasi di luar negeri dimulai. Kekuasaan dipegang oleh tirani atau oligarki. Perdagangan, jumlah penduduk, dan kemakmuran meningkat. Setelah kekacauan di sekitar 500 SM, sejumlah kota, seperti Athena, menunjuk para pembaharu agar menyusun ulang sistem pemerintahan, hukum, dan perdagangan. Ini manandai dimulai periode Yunani Klasik.

Yunani Klasik

Yunani Kuno terdiri atas sejumlah negara-kota merdeka, masing-masing dengan hukum dan adat istiadatnya sendiri. Bangsa Yunani menciptakan masyarakat baru bersama dengan berbagai pemikiran baru.
Setiap negara-kota, atau disebut polis, berkembang di dataran rendah. Daerah pegunungan di sekitarnya menjadi pembatas dan pertahanan alami. Para warga membangun dinding tinggi yang kokoh di sekeliling kota mereka. Acropolis (benteng) dibangun di sebuah tempat tinggi di dalam lingkungan berdinding ini. Di jantung setiap kota terdapat agora, yaitu ruang terbuka sebagai balai pertemuan dan pasar.
Kota dan Koloni
Dua negara-kota terpenting adalah Athena dan Sparta, selain kota penting lainnya seperti Corintus, Kalkis, Miletos, Amyrna, dan Eretria. Setiap kota mengembangkan cara hidup, adat istiadat, dan bentuk pemerintahan sendiri. Para polis itu melakukan perluasan dengan membangun berbagai koloni di utara Laut Hitam, di Kirena yang berada di pesisir Afrika utara (Libya), Pulau Sisilia, Italia Selatan, bahkan hingga ke pantai selatan Perancis dan Spanyol. Para polis Yunani itu bersaing secara ketat.
Kebudayaan Yunani
Bangsa Yunani membangun masyarakat baru dengan berbagai pemikiran baru. Mereka gigih memperjuangkan kemerdekaan, khususnya dari bangsa Persia yang mengancam Yunani. Sebagai bangsa pedagang, pelaut, dan petualang, orang Yunani memengaruhi banyak kebudayaan di berbagai negeri yang jauh. Para filsuf, dokter, dan ilmuwan Yunani mengajarkan pola piker baru yang didasarkan pada hasil pengamatan dan diskusi. Tradisi pedesaan kuno tersingkir ketika kota-kota baru mendominasi wilayah pedesaan. Terbentuk kesenian, arsitektur, dan cabang ilmu pengetahuan baru.
Tahun-tahun Penting
800-an SM
Negara-negara kota pertama dibangun di Yunani
594 SM
Reformasi konstitusi Athena
540-an SM
Bangsa Persia menaklukkan Ionia (Aegea timur)
480 SM
Invasi bangsa Persia berakhir
431-404 SM
Perang Peloponnesus; Sparta melawan Athena
404 SM
Athena jatuh ke tangan Sparta
371 SM
Sparta mengalami kemerosotan, Thebes menjadi polis terkuat
337 SM
Philip II dari Macedonia menginvasi Yunani
Perpecahan di Antara Negara-kota
Athena, Sparta, dan berbagai negara-kota lainnya bersatu untuk mengatasi serangan bangsa Persia selama 60 tahun. Mereka meraih kemenangan dalam pertempuran di Marathon dan Salamis sekitar tahun 480 SM. Namun, sejak tahun 431 SM, negara-kota saling berperang selama lebih dari 25 tahun dalam Perang Peloponnesus. Perang pecah karena Sparta mencemaskan perkembangan kekuatan Athena. Akibatnya, kota-kota Yunani yang merdeka tidak pernah bersatu dalam sebuah Negara. Perpecahan ini akhirnya mendorong invasi oleh Philip II, ayah Alexander yang Agung dari Macedonia, sekitar tahun 330 SM.