Thursday, June 14, 2012

Dahshur, Piramida Bengkok yang Gagal

Di Dahshur ada sebelas piramida yang dibangun pada zaman dinasti ke-4 sampai ke-12. Tetapi, yang ituh tinggal dua buah, yaitu Piramida Snefru Bent dan Piramida Merah. Selebihnya sudah runtuh menjadi gundukan pasir dan bebatuan lapuk. Ini menunjukkan betapa tidak mudah membangun sebuah piramida yang bisa bertahan selama ribuan tahun.

Kompleks Dahshur memang lebih kecil dibandingkan dengan Sakkara. Areanya hanya membentang sepanjang 4 km. Bandingkan dengan Sakkara yang 7 km. Tetapi, yang menarik dari kawasan Dahshur adalah nilai sejarah pembuatan piramidanya. Inilah piramida kedua yang dibangun setelah piramida berjenjang di Sakkara. Maka, ada yang menyebut Piramida Dahshur sebagai piramida pertama yang berbentuk benar-benar piramida. Sebab, yang di Sakkara tidak berbentuk piramida murni, melainkan seperti sebuah bangunan bertingkat yang bertempuk mengerucut.
Berdasar pengalaman Piramida Sakkara yang dibangun generasi sebelumnya itulah, Firaun Snefru (2613-2589 SM) membangun bentuk piramida yang lebih sempurna. Maka, dia memerintahkan para arsitek terbaiknya untuk merancang sebentuk piramida yang utuh. Sayang, kemiringan piramida itu terlalu terjal, yaitu 54 derajat. Dengan demikian, saat dibangun, para pekerja kesulitan merealisasikan bagian atas bangunan. Para arsitek kemudian mengubah sudut kemiringan menjadi 43 derajat.
Namun, setelah jadi, ternyata piramida itu terlihat jelek. Bangunan piramida terlihat bengkok di bagian atasnya. Karena itu, sampai sekarang banyak yang menyebut Piramida Dahshur yang memiliki tinggi 105 meter sebagai Piramida Bengkok. Atau, ada juga yang menyebutnya Piramida Snefru-Bent.
Tentu saja, Firaun Snefru tidak puas melihat hasilnya seperti itu. Dia kemudian memrintahkan untuk membangun kembali sebuah piramida yang lebih sempurna. Padahal, sebelum membangun Piramida Bengkok itu Snefru sudah bereksperimen dengan Piramida Maydum, yang terletak di kawasan lebih selatan dari kompleks Dahshur. Itulah piramida terakhir yang dibangun ayahnya, Firaun Sanakhit, di generasi sebelumnya. Dia bersama tim arsiteknya mengotak-atik Piramida Maydum sehingga mengalami kerusakan di sana-sini. Tetapi, Piramida Maydum memang masih mirip dengan Sakkara yang bentuknya berjenjang seperti anak tangga.
Akhirnya, Snefru tidak mau menggunakan Piramida Bengkok itu sebagai bakal makamnya. Dia bahkan membiarkan serta mengosongkan tanpa pernah memanfaatkan piramida itu. Dia lantas memerintahkan para arsitek menbuat piramida yang kedua yang lebih sempurna. Namanya Red Pyramid yang dibuat dari bebatuan berwarna agak kemerahan. Di dalam ruang piramida itu terdapat grafiti menggunakan cat merah.
Selain desain konstruksi yang benar, pemilihan jenis batu sebagai bahan pembuatan piramida juga membawa pengaruh yang besar bagi ketahanannya dalam jangka panjang.
Bersamaan dengan pembuatan piramida kedua itu, Snefru membangun piramida yang lebih kecil untuk istrinya. Posisinya di sebelah Piramida Merah. Tetapi, kini kondisi piramida itu sudah banyak yang rusak.
Yang juga menarik, Firaun Snefru ternyata adalah ayah dari Firaun Khufu (Cheops) yang membangun piramida paling terkenal di dunia, sehingga masuk sebagai salah satu bangunan keajaiban dunia, yaitu piramida di kawasan Giza. Snefru juga kakek dari Chefren yang membangun piramida selanjutnya di kompleks Giza yang terkenal itu. Di sana ada tiga piramida yang dibangun oleh keturunan Firaun Snefru.
Pengalaman Snefru menjadi pelajaran berharga bagi anak-cucunya untuk membangun kompleks Piramida Giza. Bukan hanya bentuknya yang sempurna, melainkan juga bebatuan yang menjadi bahan bakunya lebih kuat. Bila Piramida Snefru memiliki ketinggian 105 meter, yang dibangun anaknya di Giza lebih tinggi lagi, yakni 146 meter. Piramida anaknya juga bisa bertahan sampai kini meski sudah berumur lebih dari 5.000 tahun. Sayang, benda-benda berharga di dalmnya sudah lenyap. Termasuk muminya. Lagi-lagi karena ulah para pencuri kuburan firaun!

0 komentar:

Post a Comment