Di Dahshur ada sebelas piramida yang dibangun pada
zaman dinasti ke-4 sampai ke-12. Tetapi, yang ituh tinggal dua buah, yaitu
Piramida Snefru Bent dan Piramida Merah. Selebihnya sudah runtuh menjadi
gundukan pasir dan bebatuan lapuk. Ini menunjukkan betapa tidak mudah membangun
sebuah piramida yang bisa bertahan selama ribuan tahun.
Kompleks Dahshur memang lebih kecil dibandingkan
dengan Sakkara. Areanya hanya membentang sepanjang 4 km. Bandingkan dengan
Sakkara yang 7 km. Tetapi, yang menarik dari kawasan Dahshur adalah nilai
sejarah pembuatan piramidanya. Inilah piramida kedua yang dibangun setelah
piramida berjenjang di Sakkara. Maka, ada yang menyebut Piramida Dahshur
sebagai piramida pertama yang berbentuk benar-benar piramida. Sebab, yang di
Sakkara tidak berbentuk piramida murni, melainkan seperti sebuah bangunan
bertingkat yang bertempuk mengerucut.
Berdasar pengalaman Piramida Sakkara yang dibangun
generasi sebelumnya itulah, Firaun Snefru (2613-2589 SM) membangun bentuk
piramida yang lebih sempurna. Maka, dia memerintahkan para arsitek terbaiknya
untuk merancang sebentuk piramida yang utuh. Sayang, kemiringan piramida itu
terlalu terjal, yaitu 54 derajat. Dengan demikian, saat dibangun, para pekerja
kesulitan merealisasikan bagian atas bangunan. Para arsitek kemudian mengubah
sudut kemiringan menjadi 43 derajat.
Namun, setelah jadi, ternyata piramida itu terlihat
jelek. Bangunan piramida terlihat bengkok di bagian atasnya. Karena itu, sampai
sekarang banyak yang menyebut Piramida Dahshur yang memiliki tinggi 105 meter
sebagai Piramida Bengkok. Atau, ada juga yang menyebutnya Piramida Snefru-Bent.
Tentu saja, Firaun Snefru tidak puas melihat
hasilnya seperti itu. Dia kemudian memrintahkan untuk membangun kembali sebuah
piramida yang lebih sempurna. Padahal, sebelum membangun Piramida Bengkok itu
Snefru sudah bereksperimen dengan Piramida Maydum, yang terletak di kawasan
lebih selatan dari kompleks Dahshur. Itulah piramida terakhir yang dibangun
ayahnya, Firaun Sanakhit, di generasi sebelumnya. Dia bersama tim arsiteknya
mengotak-atik Piramida Maydum sehingga mengalami kerusakan di sana-sini.
Tetapi, Piramida Maydum memang masih mirip dengan Sakkara yang bentuknya
berjenjang seperti anak tangga.
Akhirnya, Snefru tidak mau menggunakan Piramida
Bengkok itu sebagai bakal makamnya. Dia bahkan membiarkan serta mengosongkan
tanpa pernah memanfaatkan piramida itu. Dia lantas memerintahkan para arsitek
menbuat piramida yang kedua yang lebih sempurna. Namanya Red Pyramid yang dibuat
dari bebatuan berwarna agak kemerahan. Di dalam ruang piramida itu terdapat
grafiti menggunakan cat merah.
Selain desain konstruksi yang benar, pemilihan jenis
batu sebagai bahan pembuatan piramida juga membawa pengaruh yang besar bagi
ketahanannya dalam jangka panjang.
Bersamaan dengan pembuatan piramida kedua itu,
Snefru membangun piramida yang lebih kecil untuk istrinya. Posisinya di sebelah
Piramida Merah. Tetapi, kini kondisi piramida itu sudah banyak yang rusak.
Yang juga menarik, Firaun Snefru ternyata adalah
ayah dari Firaun Khufu (Cheops) yang membangun piramida paling terkenal di
dunia, sehingga masuk sebagai salah satu bangunan keajaiban dunia, yaitu
piramida di kawasan Giza. Snefru juga kakek dari Chefren yang membangun
piramida selanjutnya di kompleks Giza yang terkenal itu. Di sana ada tiga
piramida yang dibangun oleh keturunan Firaun Snefru.
Pengalaman Snefru menjadi pelajaran berharga bagi
anak-cucunya untuk membangun kompleks Piramida Giza. Bukan hanya bentuknya yang
sempurna, melainkan juga bebatuan yang menjadi bahan bakunya lebih kuat. Bila
Piramida Snefru memiliki ketinggian 105 meter, yang dibangun anaknya di Giza
lebih tinggi lagi, yakni 146 meter. Piramida anaknya juga bisa bertahan sampai
kini meski sudah berumur lebih dari 5.000 tahun. Sayang, benda-benda berharga
di dalmnya sudah lenyap. Termasuk muminya. Lagi-lagi karena ulah para pencuri
kuburan firaun!
0 komentar:
Post a Comment