This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday, July 5, 2012

Lahirnya Roma yang Berbentuk Kekaisaran

Sebelum dibunuh pada tahun 44 SM, Julius Caesar sudah memperluas perbatasan wilayah dari apa yang secara fakta adalah Kekaisaran Romawi, dan ia sudah menjadi penguasa pertama dengan kekuasaan mutlak di Roma. Namun, Kekaisaran Romawi sama sekali tidak dideklarasikan secara resmi sampai kemenakan Caesar, Octavianus (63 SM-14 M) memegang tampuk pemerintahan pada tahun 27 SM.
Walaupun Octavianus sudah ditetapkan oleh Caesar sebagai penggantinya, ia mendapat perlawanan, baik dari para pendukung pamannya maupun pesaing-pesaingnya. Octavianus sepakat untuk memerintah sebagian dari sebuah triumvirat (sebuah dewan dalam pemerintahan yang terdiri dari tiga serangkai) bersama-sama Marcus Lepidus (?-13 SM) dan Mark Antony (83-30 SM), salah seorang letnan kepercayaan Julius Caesar. Triumvirat ini pada gilirannya menghadapi sebuah perang saudara yang dicetuskan oleh Gaius Cassius (?-42 SM) dan Marcus Junius Brutus (85-42 SM), dua dari mereka yang berkomplot dalam pembunuhan Julius Caesar dan mendirikan pemerintahan republic kembali. Setelah kekalahan mereka, Triumvirat membagi kekuasaan secara geografis, dengan Octavianus di Eropa, Lepidus di Afrika, dan Antony di Mesir.
Di Mesir, di mana kerajaan setempat tunduk kepada kekuasaan Roma, Mark Antony mengawali pemerintahannya di kota kosmopolitan Alexandria di mana ia jatuh cinta kepada ratu Mesir Cleopatra (69-30 SM) yang kemudian aia nikahi. Ia menetapkan ketiga anak mereka sebagai penggantinya dan ia sering kali menghadiahi istrinya dengan benda yang mahal-mahal, yang menimbulkan kabar angin bahwa ia berniat memberikan kota Roma kepada wanita itu sebagai hadiah. Ketika kabar angin ini merebak dan terdengar oleh Octavianus, ia menjadi berang dan mendeklarasikan perang. Kedua belah pihak berhadapan muka di Pertempuran Actium pada tahun 31 SM, dimana pasukan-pasukan Mark Antony dan Cleopatra dikalahkan. Mereka melarikan diri di Mesir disertai pasukan yang tersisa. Merasakan bahwa langkah yang meraka ambil tidak member harapan, Antony dan Cleopatra melakukan bunuh diri pada tahun 30 SM. Octavianus mendeklarasikan dirinya sebagai kaisar Romawi, dengan menyandang nama baru Caesar Augustus.
Roma sudah menjadi sebuah kekaisaran sebelum Octavianus menjadi Caesar Augustus, namun adalah dia yang memproklamirkan Roma menjadi satu-satunya kekaisaran Romawi, dan adalah dia juga yang memimpin selama satu periode ketika Pax Romana (kedamaian di Roma) melanda seluruh “dunia yang sudah dikenal”. Begitulah awal dari masa keemasan Romawi. Disatukan di bawah seorang pemimpin tunggal yang kuat, kekaisaran itu kemudian berkembang di bidang budaya dan perdagangan. Kesenian dan kesusastraan mulai menjadi bagian kehidupan yang penting di banyak kota besar di Romawi, dan proyek-proyek pembangunan yang masif dilaksanakan untuk membuat jalan, jembatan, terowongan air, stadion besar, apartemen maupun bangunan-bangunan public di kota Roma maupun di seantero kekaisaran.

Kristen Menjadi Agama Resmi Kekaisaran Romawi

Dalam waktu tiga abad setelah kematian Caesar Augustus pada tahun 14 M, Roma yang berbentuk kekaisaran berkembang pesat sedemikian rupa, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kecuali tembak-menembak yang terjadi sekali-sekali antarserdadu, Kekaisaran Romawi dinilai aman dan kekuatan militernya tidak terkalahkan. Pax Romana (kedamaian di Roma) pun terwujud.
Dalam proses menentang latar belakang dari pemerintahan sipil dan kedamaian yang relatif inilah agama Kristen mulai bertumbuh dan berkembang. Tidak seperti agama-agama sebelumnya, yang diwariskan dari generasi ke generasi sebagai ciri-ciri budaya suatu bangsa, agama Kristen secara aktif berusaha mempertobatkan mereka yang belum percaya. Agama Krsiten bermula di Timur Tengah dan menyebar hingga Yunani dan Mesir. Para utusan Injil Kristen, terutama sahabat Yesus, Petrus (?-67 M), perintis penyebaran agama Kristen, bersama-sama Saulus dari Tarsus (5-67 M), kini dikenal sebagai Paulus, memberitakan agama yang baru itu ke seluruh wilayah kekaisaran, dan bahkan sampai ke Roma.
Awalnya, agama Kristen ditoleransi oleh orang Romawi, namun setelah makin menyebar dan dilihat sebagai ancaman bagi kesatuan Romawi, para kaisar mulai menganiaya orang-orang Kristen. Pemandangan yang sangat mengerikan di mana orang-orang Krsiten dilemparkan ke arah singa di Colosseum  Roma untuk dijadikan tontonan bagi orang-orang Romawi menjadi sesuatu yang tidak asing lagi.
Meskipun demikian, kota Roma menjadi pusat gereja Krsiten, yang pada awalnya merupakan sebuah gerakan bawah tanah. Kondisi ini berubah dengan bergulirnya waktu, dan pada permulaan abad ke-4, Kaisar Constantinus (280-337 M) sendiri sudah memeluk agama Kristen. Agama ini selalu menjadi sasaran penganiayaan sebelum Constantinus menjadi kaisar pada tahun 306 M, namun di bawah kepemimpinannya, agama tersebut diterima dan bahkan dikembangkan. Conatantinus justru bertindak sedemikian jauh, misalnya bertindak sebegai penengah dalam sebuah perselisihan serius mengenai doktrin antara golongan barat dan golongan timur dalam gereja. Ia mengundang para uskup yang mewakili kedua golongan itu untuk menghadiri sebuah Konsili Nicea  tahun 325 M, di mana perbedaan-perbedaan di antara mereka diselesaikan. Pengakuan Iman Nicea, yang naskahnya dibuat pada konferensi tersebut, menetapkan keyakinan-keyakinan Kristen yang mendasar di mana kedua golongan dapat menyepakati.
Selanjutnya, Constantinus mengambil sejumlah langkah untuk menyelamatkan orang Kristen dari kehancuran, baik sebagai akibat penganiayaan eksternal ataupun perselisihan internal. Ia juga menetapkan agama Kristen sebagai agama negara sepanjang pemerintahan Kekaisaran Romawi. Contantinus tidak saja melestarikan agama Kristen, namun dengan membuatnya sebagai agama resmi di seluruh Kekaisaran Romawi, ia telah mengambil sebuah langkah penting  sehingga agama tersebut menjadi agama yang dominan di Eropa. Seandainya ia tidak melakukan hal tersebut, sejarah Eropa dari segi budaya akan amat sangat berbeda.

Kekaisaran Romawi

Setelah kematian Julius Caesar pada tahun 44 SM, bangsa Romawi memilih kediktatoran daripada menghadapi kekacauan. Octavianus, penggantinya, perlahan meraih kekuasaan, dan menjadi kaisar pertama.
Octavianus adalah keponakan Caesar. Sebagai politisi hebat, ia mengajukan dirinya untuk dipilih sebagai konsul (presiden). Ia menyebut dirinya princeps (‘warga utama’), bukan raja. Ketika berganti nama menjadi Augustus (‘yang menerapkan’), ia menyusun kembali pemerintahan dan kekaisaran serta menciptakan kedamaian. Di bawah kekuasaannya, perdagangan Romawi berkembang hingga ke Afrika timur, India, dan Cina. Kota, jalanan, dan wilayah kekaisaran menjadi semakin besar.
Para Kaisar Romawi
Para kaisar lebih bergantung kepada tentara daripada penduduk Romawi untuk memperoleh dukungan. Kaum patricia tidak lagi memiliki pengaruh besar. Banyak di antaranya berpindah ke daerah pedesaan yang subur maupun ke provinsi yang jauh. Sebagian besar kaisar Romawi menunjuk para pengganti. Beberapa yang tidak popular atau controversial digulingkan oleh pihak militer. Dalam tempo setahun (68-69 M) terdapat empat kaisar yang disingkirkan. Sejak tahun 100 M, Roma diperintah oleh empat kaisar kuat, yaitu Trajan, Hadrian, Antininus, dan Marcus Aurelius, kendati sebagian dari mereka sebenarnya bukan orang Romawi. Pada tahun 117 M, kekaisaran berkembang terlalu besar, dan prajurit Romawi tidak cukup lagi dibayar dengan barang jarahan, budak, dan tanah dari wilayah taklukkan. Beban Roma pun semakin berat.
Kekaisaran Romaiwi
Daerah taklukkan Romawi terakhir, seabad setelah pemerintahan Augustus, meliputi Inggris, Suriah, Palestina, dan Mesir. Bangsa Yahudi sulit dikalahkan, sementara bangsa Parthia tidak terkalahkan. Namun, kebanyakan penduduk yang ditaklukkan dapat beradaptasi dengan
Tahun-tahun Penting
509 SM
Republik Romawi didirikan
496 SM
Bangsa Romawi mengalahkan bangsa Latin dalam pertempuran di Danau Regillus.
493 SM
Persekutuan Romawi-Latin membentuk Liga Latin, yang memerangi bangsa Etruscan.
390 SM
Kota Roma dijarah oleh bangsa Celtik
306 SM
Bangsa Romawi mengalahkan bangsa Etruscan
300-an SM
Ekspansi bangsa Romawi untuk mengausai Italia
264-202 SM
Perang Punik dan jatuhnya Kartago
146 SM
Bangsa Romawi merebut Yunani
50-an SM
Caesar menaklukkan Gaul (Perancis)
49-31 SM
Perang saudara di antara para jenderal yang saling bersaing
27 SM
Octavianus; berakhirnya republik, berkembangnya kekaisaran
160 M
Wabah penyakit dan krisis membuat jumlah penduduk dan perdagangan merosot
212 M
Kewarganegaraan Romawi diberikan kepada seluruh penduduk kekaisaran
286 M
Diocletianus membagi dan menyusun kembali kekaisaran
324 M
Konstantinopel didirikan
370 M
Bangsa barbar menyerang kekaisaran
410 M
Bangsa Visigoth menjarah Roma. Ini mengakibatkan kemerosotan kota Roma dengan cepat
476 M
Jatuhnya kaisar terakhir, Romulus Augustus
penguasanya. Penduduk Gaul, Afrika utara, Suriah, Inggris, dan Hongaria mengadopsi cara hidup dan menganggap diri mereka sebagai warga Romawi. Mengatur sebuah kekaisaran raksasa ternyata sangat sulit. Kekaisaran Romawi sendiri dipersatukan oleh ikatan dagang, bukan ikatan keagamaan ataupun kesukuan. Penduduk di provinsi-provinsi diizinkan mengatur diri sendiri sepanjang mematuhi aturan yang diterapkan oleh bangsa Romawi.
Tentara Romawi
Para prajurit memasuki ketentaraan untuk memperoleh jabatan, tanah atau kekuasaan, khususnya jika mereka bukan orang Romawi. Ini berarti, para prajurit yang mendominasi kekaisaran dan wilayah jajahan menjadi pemilik tanah dan menjadi kelas penguasa. Tentara Romawi kerap menyewa bangsa barbar sebagai tentara bayaran. Legiun Romawi bertempur sampai ke tempat-tempat jauh seperti Skotlandia, Maroko, dan Arabia. Berbagai jalan, benteng, dan dinding pembatas dibangun untuk mejaga keamanan. Anggota legiun Romawi yang bersenjata lengkap meliputi seorang centurion (perwira) dengan sebuah ballista (ketapel), seorang legiuner (prajurit), dan seorang pembawa panji.
Markas tetap tentara Romawi mirip sebuah kota kecil dengan berbagai pelayanan dan diperlukan untuk mendukung sebuah legiun. Para prajurit tinggal jauh dari tanah asal yang berada di bagian lain kekaisaran. Pangkalan militer seperti ini biasanya berada di wilayah yang paling membutuhkan perlindungan permanen.

Kehidupan Bangsa Romawi

Bangsa Romawi tidak menciptakan banyak barang yang memajukan peradaban. Mereka hanya mengambil alih yang sudah ada dan mengembangkannya lebih lanjut.
Cara hidup Romawi disebut Romanitas, yaitu semua tindakan sebagai warga Negara kekaisaran. Romawi bukan sekadar kekaisaran, melainkan sistem, pasar tunggal bersama, dan persatuan berbagai negeri yang menjalani cara hidup yang maju.
Kekuasaan Rakyat
Bangsa Yunani menciptakan demokrasi dan bangsa Romawi mengembangkannya. Demokrasi berarti pemerintahan oleh kaum patricia (kelas penguasa) sekalipun plebeia (penduduk biasa) juga memiliki pengaruh dalam pemilihan. Banyak budak, kebanyakan bukan orang Romawi, sama sekali tidak memiliki kekuasaan. Demokrasi di Romawi berfungsi baik untuk beberapa waktu, tetapi berakhir akibat penyelewengan. Kondisi ini mendorong sistem demokrasi diganti dengan pemerintahan oleh kaisar.
Senat
Republik diperintah oleh Senat terpilih, yaitu sekelompok patricia yang memilih dua konsul setiap tahun untuk bertindak sebagai presiden. Para presiden didampingi oleh Senat. Pasukan Romawi memperoleh kekuasaan lebih besar dibanding penduduk biasa. Para konsul pun menjadi diktator militer. Setelah Augustus wafat, Romawi diperintah oleh beberapa kaisar dengan kekuasaan mutlak.
Kehidupan Perkotaan
Kota-kota terbesar adalah Roma, Alexandria, dan Antiokhia. Setiap kota berpenduduk lebih dari 100.000 jiwa. Kota lainnya memiliki penduduk 10.000 hingga 50.000 jiwa. Setiap kota didirikan secara terencana. Terdapat gedung pemerintahan dan lapangan umum, tempat pemandian, stadion, pasar, bengkel kerja, gudang dan tempat tinggal bagi setiap kelas sosial.
Tahun-tahun Penting
200 SM
Perkembangan seni, arsitektur, dan kesusastraan Romawi klasik
103 SM
Pemberontakan budak di Roma
91 SM
Perang antara Roma dan kota-kota di Italia
88 SM
Perang saudara di Roma
30-an SM
Penyair Virgil dan sejarawan Livy berkarya
64 M
Mulainya penindasan terhadap orang Kristen di Roma pada masa pemerintahan Kaisar Nero (juga pada 303-311 M)
100 M
Kekaisaran mencapai puncak kejayaan
160 M
Ribuan warga Roma mati akibat wabah penyakit
200 M
Jaringan jalan raya kekaisaran diselesaikan
260 M
Serangan oleh bangsa barbar dimulai
313 M
Konstantinus mengeluarkan dekrit yang berisikan toleransi agama
410 M
Runtuhnya kekaisaran
Kehidupan Pedesaan
Dengan majunya kehidupan bangsa Romawi, daerah pertanian dibeli dan dikelola ulang oleh orang kota yang kaya atau dihadiahkan ke para prajurit. Para petani menggarap, petani kecil dan budak mengerjakan tanah itu. Hasil panen dijual ke kota. Sejumlah besar makanan dan bahan lain dikirim dari berbagai daerah pertanian ke Roma dan kota lainnya. Selain itu, pasukan militer memerlukan makanan. Maka, tanah pertanian di desa dikelola untuk produksi makanan dalam jumlah besar dan menguntungkan.
Kehidupan Sehari-hari
Kesibukan di Roma mungkin masih mirip dengan kondisi saat ini. Lalu-lintas padat dan perumahan berdesak-desakan. Roma juga menjadi tempat pertemuan bagi berbagai bangsa yang hidup di seluruh kekaisaran. Mereka berkomunikasi dalam bahasa bersama, Latin dan Yunani. Romawi adalah kelompok masyarakat yang kompleks dan berdasarkan ekonomi uang dengan beragam kelas sosial, sistem keyakinan, dan agama.

Julius Caesar Memerintah Roma

Diabadikan dalam cerita, puisi, maupun drama Shakespeare, Julius Caesar (102-44 SM) dikenang sebagai kaisar Romawi yang paling sempurna, walaupun Roma masih merupakan republik semasa hidupnya dan jabatan kaisar belum dibentuk hingga ia meninggal. Dengan dikalahkannya Kartago melalui Perang Punik, Roma mulai memandang dirinya sebagai pemerintahan yang memiliki “takdir yang jelas” untuk menaklukkan dan memerintah sebanyak mungkin wilayah di dunia yang sudah dikenal ini. Julius Caesar adalah wakil Roma yang menyadari takdir yang jelas ini. Ia mendesak perbatasan Kekaisaran Romawi ke luar sehingga kekuasaannya menjadi lebih luas menjadi lebih luas dibandingkan setiap kaisar Romawi lain.
Lahir dalam sebuah keluarga bangsawan, Caesar masuk angkatan darat Romawi dan pernah dianugerahi Civic Crown, medali tertinggi untuk prajurit pemberani. Sekembalinya ke Roma, ia terjun ke kancah politik dan menjadi menteri keuangan pada usia 34 tahun. Selanjutnya, ia dipilih sebagai pejabat sipil yang menangani bidang hukum sembilan tahun kemudian. Ia banyak memperkenalkan pembaharuan yang penting dan ia menjadi sangat populer, namun dengan jelas matanya selalu tertuju pada peran tunggal penguasa dengan kekuasaan yang mutlak. Untuk mencapai sasaran ini, Caesar memutuskan bahwa ia perlu meningkatkan popularitasnya dengan memimpin sebuah ekspedisi militer yang berhasil memperluas kekaisaran itu.
Ia mengepalai sebuah pasukan dan berhasil mengalahkan Gaul (kini disebut Perancis) tahun 55 SM. Selama dua tahun berikutnya, ia melancarkan serbuan dan mengklaim telah menguasai sebagian besar tanah Inggris. Ia juga menyeberangi Sungai Rhein untuk memerangi orang Jerman. Ia kembali ke Roma sebagai pahlawan yang perkasa, namun ia menghadapi pertikaian politik dengan Pompei (106-48 SM), jenderal Romawi yang sudah merebut Yerusalem dan tengah memegang kedudukan sebagai Kepala Pejabat Sipil di bidang hukum. Caesar menuntut kepemilikan jabatan tersebut, namun ia ditolak. Berdasarkan hukum yang berlaku, jenderal tidak diizinkan untuk membawa masuk pasukannya ke dalam kota Roma, melainkan meninggalkannya di suatu tempat di sebelah utara Sungai Rubicon. Dengan meremehkan hukum terkait, Caesar menyeberangi Rubicon pada tahun 50 SM dan menyerbu kota Roma untuk melancarkan sebuah kudeta. Ia memecat Pompei dan mengabaikan pemerintahan republic itu, menjadikan dirinya sebagai penguasa dengan kekuasaan mutlak sebagaimana yang selalu ia canangkan. Ia terus memerintah sampai ia dibunuh oleh mitra-mitranya yang tidak puas, 15 Maret 44 SM.
Julius Caesar mengubah perjalanan sejarah Roma–dan tentu saja, sejarah Eropa. Di Roma sendiri, ia menggulingkan pemerintahan republik dan menciptakan jabatan yang menurut faktanya adalah seorang kaisar, yang dijadikan jabatan resmi oleh keponakannya, Octavianus (63 SM-14 M) ketika ia memegang kekuasaan setelah kematian pamannya. Tatkala Caesar baru mulai memerintah, Roma adalah penguasa utama di Laut Mediterania. Pada waktu kematiannya, Roma juga menjadi pemerintahan adidaya yang pertama di Eropa–atau boleh jadi di seluruh dunia.

Jatuhnya Kekaisaran Romawi

Mendekati akhir abad ke-4 Masehi, bangsa Romawi mulai mengalami kesulitan-kesulitan yang serius dalam menjalankan kekaisaran mereka yang sangat luas, yang membentang dari Inggris sampai Laut Hitam dan mencakup setiap kilometer dari garis pantai Laut Mediterania. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan atau mengirim pesan dari suatu tempat ke tempat yang jauh di muka bumi sangat panjang. Maklumat atau hukum  yang dikeluarkan dari Roma bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mencapai tempat-tempat yang terpencil. Pengawasan dan komunikasi, yang selalu lemah, akhirnya mulai menghancurkan pemerintahan itu. Bangsa-bangsa dari Eropa utara, seperti Ostrogoth, Visigoth, Vandal, dan Frank, melakukan perampasan di perbatasan kekaisaran selama bertahun-tahun, dan serangan-serangan semacam ini terus meningkat. Bahkan Italia menjadi sasaran serangan “bangsa barbar”.
Pada awal abad ke-4, Kaisar Constantinus (280-337 M) memutuskan bahwa Roma sudah tidak aman, maka ia memindahkan ibukota ke kota kuno Byzantium (sekarang Istanbul), yang ia beri nama baru Konstantinopel. Ketika Constantinus meninggal pada tahun 337 M, putra-putranya bertikai dalam berebut takhta. Hasil akhirnya, kekaisaran itu dipecah menjadi dua, Kekaisaran Romawi Timur, yang berpusat di Konstantinopel, dan Kekaisaran Romawi Barat, dengan pusatnya, Roma.
Sementara Kekaisaran Romawi Barat mulai runtuh akibat tertekan oleh bebannya sendiri, orang-orang Eropa utara perlahan-lahan mulai menaklukkan pecahan-pecahan dari kekaisaran itu hingga mereka menguasai wilayah-wilayah yang luas di Italia. Alaric (370?-410? M), raja Visigoth, menyerbu dan merampok Roma pada tahun 410 M, sedangkan Attila si Orang Hun (406?-453 M) menyerang provinsi-provinsi Romawi di utara sekitar tahun 433 M. Ketika kaisar Romawi terakhir, Romulus Augustus (?-476 M), dipilih pada tahun 475 M, ia memimpin sebuah pemerintahan bayangan kecil yang dulu pernah tak terkalahkan. Ketika ia dipenjara di Ravenna pada tahun 476 M oleh Raja Odovacar (434?-493 M) dari Jerman, orang Hun akhirnya menyerang kekaisaran yang sudah dideklarasikan oleh Caesar Augustus 505 tahun sebelumnya.

Bangkitnya Romawi Sebagai Negara Adidaya

Roma didirikan tahun 753 SM, namun diperlukan waktu 500 tahun sebelum pemerintah Romawi meneguhkan pengaruh kekuasaannya hingga melewati semenanjung Italia, sekalipun sepanjang lima abad itu kota yang terletak di atas Sungai Tiber tersebut sudah menjadi kekuatan politis yang dominan. Walaupun lingkaran pengaruhnya menyebar sampai ke luar dari Italia, Roma menghadapai saingan baru yang lebih serius dibandingkan apa yang dialami di dalam negeri.
Kalau Yunani berorientasi ke timur, tempat lahirnya peradaban, dan juga kepada Kekaisaran Persia, Roma berpaling ke barat, yaitu kekuatan utama di bagian barat Laut Mediterania, Kartago, kota yang didirikan tahun 814 SM oleh bangsa Funisia. Dalam proses memperluas lingkaran kekuasaannya, Roma berbenturan dengan Kartago. Pemenang dalam adu kuasa ini nantinya akan menguasai bagian barat dan akhirnya seluruh wilayah Timur Tengah. Keputusan untuk berebut kekuasaan tersebut diambil semasa berlangsungnya Perang Punik. Kata “punic” berasal dari sebuah kata dalam bahasa Latin Punicus, yang berarti penduduk Kartago, yang mempunyai akar kata dari sebuah kata dalam bahasa Yunani Phoenix, yang artinya orang Funisia. Perang Punik Pertama (264-241 SM) berkobar, utamanya, di laut, dan kemenangan diraih oleh pihak Roma. Perang Punik Kedua (219-201 SM) mencakup salah satu operasi militer paling mengagumkan dalam sejarah kemiliteran. Dalam aksi militer ini, jenderal Kartago, Hannibal (246-142 SM) mengalahkan sekutu-sekutu Roma di suatu tempat yang hari ini bernama Spanyol pada tahun 219 SM, dan ia mengambil ancang-ancang untuk menggempur kota Roma itu sendiri. Disertai pasukannya, ia melintasi pegunungan Alpen tahun 218 SM, dan memenangi serangkaian pertempuran di bagian utara Italia. Sementara itu, jenderal Romawi yang bernama Scipio (237-183 SM) sudah mengepung Hannibal. Ia kembali merebut Spanyol dan mulai menyerbu Kartago, persis ketika Hannibal tiba di gerbang kota Roma. Hannibal kembali ke Kartago untuk melindungi kota itu dan ia kalah dalam melawan Scipio di Dataran Zama. Ini terjadi pada 19 Oktober 202 SM.
Perang Punik Ketiga (149-146 SM), suatu masa ketika Kartago direbut dan dihancurkan seutuhnya oleh pasukan Roma, merupakan anti-klimaks. Adalah kemenangan Roma di Pertempuran Zama, 202 SM, yang menandai permulaan dari kekuasaan Kekaisaran Romawi yang terus memerintah dengan kekuasaan tertinggi selama enam abad berikutnya.