This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, August 8, 2012

Dinasti Gupta India


Dinasti Gupta menguasai India utara pada 320 M dan tetap berkuasa selama 200 tahun. Jalan mereka untuk berkuasa dibuka oleh bangsa Kush.
Bangsa Kush merupakan suku pengembara Asia yang bermukim di Baktria (kini Tajikistan) dan dipengaruhi oleh budaya Yunani. Mereka mendirikan kerajaan di sana pada 25 M, kemudian bergerak ke utara ke wilayah Turkestan dan ke selatan ke wilayah Afghanistan dan India, serta menguasai India utara sejak tahun 100 M. Raja terbesar mereka adalah Kanishka (100-130), pemeluk agama Buddha yang mendukung sikap toleran dalam masalah social dan kesenian. Menguasai sebagian besar daerah perdagangan di Asia, orang Kush yang makmur membentuk perdagangan stabil di kawasan itu. Namun sekitar tahun 240, Shapur I dari Persia merebut sebagian besar wilayah mereka. Sejak itu, kekuasaan orang Kush tidak pernah pulih kembali.
Keluarga Gupta adalah kalangan pangeran rendahan yang tinggal di Maghada. Chandragupta I menikahi seorang putrid Maghada dan menjadi raja pada tahun 320. Ia memulai tradisi Gupta yang melindungi kesenian dan agama serta membantu pengembangan masyarakat India.
Para Maharaja Gupta
Anak Chandragupta I yang bernama Samudragupta melanjutkan kerya ayahnya. Ia berkuasa selama 45 tahun sejak tahun 335, memperluas kekuasaan Gupta melalui kekuatan fisik dan diplomasi ke wilayah utara serta bagian tenggara India. Putranya, Chandragupta II (380-414) membawa Gupta India ke puncak kejayaan, salah satu masa keemasan dalam sejarah India. Skandagupta (445-467) berhasil menangkis serangan bangsa Hun dari Asia tengah. Namun, Kerajaan Gupta diperintah oleh aturan yang longgar bagi para raja local di bawah Maharaja Gupta. Setelah kematian Skandagupta, banyak kerajaan lokal memisahkan diri. Pada tahun 510, Gupta dikacaukan oleh gelombang serangan bangsa Hun. India pun terpecah menjadi beberapa rajput (kerajaan kecil). Persekutuan diantara pada rajput ini kembali sukses menghalau bangsa Hun pada tahun 528. India terpecah selama 650 tahun, kecuali di masaSri Harsha, seorang raja saleh dari Kanauj (606-647) yang berhasil menyatukan India utara selama 40 tahun.
Tahun-tahun Penting
75-100 M
Bangsa Kush menginvasi India
100-130
Kanishka, masa kejayaan bangsa Kush
320-335
Pemerintahan Chandragupta I (pendiri Kerajaan Gupta)
335-380
Pemerintahan Samudragupta (penaklukkan India utara dan timur)
380-414
Pemerintahan Chandragupta II (puncak kejayaan Kerajaan Gupta)
470-an
Kemunduran Kerajaan Gupta
505
Kerajaan Gupta runtuh
Kebudayaan Gupta
Para maharaja Gupta dikenal sebagai penguasa yang baik dan kuat. Mengikuti jejak Asoka, mereka membangun berbagai monumen yang bertuliskan teks keagamaan di seluruh India. Mereka membangun banyak desa dan kota baru, dan menempatkan para brahmana (pendeta) Hindu sebagai penanggung jawabnya. Pertanian dan perdagangan berkembang pesat. Orang India berpindah hingga ke Indonesia, sementara agama Buddha  menyebar ke Cina. Kebudayaan Hindu dan Buddha berkembang. Hikayat suci Hindu, Mahabharata dan Ramayana, ditulis pada zaman ini. Kalidasa, pujangga India terbesar, menulis tentang cinta, petualangan, dan keindahan alam. Perguruan tinggi Buddha di Nalanda memiliki siswa hingga 30.000 orang. Zaman ini merupakan zaman keemasan India, zaman klasik bagi musik, tarian, pahatan, seni, dan kesusastraan negeri itu.

Dinasti Han Cina


Han adalah dinasti terlama dan pertama pada Kekaisaran Cina bersatu. Cina semasa dinasti Han menikmati stabilitas dan kejayaan, dan menjadi satu contoh kebudayaaan maju.
Selama empat abad, dimulai tahun 202 SM hingga 220 M, Cina diperintah oleh para kaisar dari Dinasti Han. Mereka lebih dermawan dan stabil dibanding penguasa Qin, dan menjalankan prinsip hukum dan pemerintahan Konfusius dengan adil.
Han Awal
Dinasti Han didirikan oleh Liu Bang, warga biasa yang popular karena kelonggaran peraturan yang ketat, mengurangi pajak, dan disukai oleh rakyat. Ibukota Han adalah Chang’an, yang setelah 100 tahun menjadi kota terbesar di dunia. Kota tersebut berada di ujung Jalur Sutera yang digunakan Cina untuk berdagang dengan Persia dan Romawi. Bangsa Cina Han menganggap diri mereka sebagai “Kerajaan Tengah”, atau pusat dunia. Kebudayaan, kemakmuran, dan ilmu pengetahuan berkembang subur. Pada masa ini, Cina Han sama besar dan majunya dengan Kekaisaran Romawi. Han mengembangkan sistem administrasi yang dipimpin oleh para pejabat berpendidikan tinggi, yang disebut kaum mandarin. Rakyat jelata yang ingin bekerja sebagai pegawai negeri harus mengikuti ujian tentang tulisan karya Konfusius.
Kaisar Perang
Wu Di (‘kaisar yang senang berperang’) memerintah selama 55 tahun sejak 141 SM. Ia menambah sebagian Asia tengah, Korea, dan banyak daerah di Cina selama ke dalam kekaisarannya. Sekalipun memakan biaya besar, Wu Di berhasil memukul mundur bangsa Xiongnu (Hun) dari Mongolia, yang kerap menyerang Cina. Ia memperbaiki administrasi mandarin, membangun banyak sekolah, terusan, kota, dan gedung serta mendorong hubungan dengan luar negeri. Agama Buddha disebarkan ke Cina selama masa puncak sejarah panjang negeri ini.
Wang Mang
Sepanjang abad berikutnya, Dinasti Han mulai melemah, sementara para bangsawan semakin kuat. Seorang pegawai istana, Wang Mang, memberontak dan merebut kekuasaan. Ia memerintah pada 9-23 M, memperkenalkan banyak perubahan dan pembaharuan dalam hal kepemilikan tanah dan sistem pengadilan serta memihak rakyat dalam menghadapi para pemilik tanah dan bangsawan. Akhirnya, para bangsawan menggulingkan Wang Mang, dan kekuasaan Dinasti Han pun dipulihkan.
Masa Berikutnya
Penduduk Han menghasilkan berbagai benda kayu, pernis, dan sutera yang sangat indah. Mereka juga mengganti banyak karya tulis yang dihancurkan oleh penguasa Qin. Para penemu Cina jauh lebih maju dibanding orang di belahan dunia lainnya. Kertas penemuan mereka memerlukan waktu berabad-abad untuk mencapai Barat. Mereka membangun banyak kota indah dan besar. Namun, karena jumlah penduduk terus meningkat, semakin sering terjadi pemberontakan di antara penduduk yang tidak memiliki tanah atau petani miskin. Suku barbar kembali menyerang daerah perbatasan, dan para pemimpin perang mengambil alih militer. Kaisar Han terakhir menyerahkan takhtanya pada 220 M dan kekaisaran ini pun runtuh.

Kekaisaran Byzantium


Byzantium yang mewarisi bagian timur Kekaisaran Romawi, mampu bertahan hampir seribu tahun sampai akhirnya diambil alih oleh bangsa Turki Ottoman.
Tahun-tahun Penting
476
Jatuhnya kaisar Romawi terakhir
491-518
Kaisar Anastasius berkuasa di Konstantinopel
527-565
Para jenderal Kaisar Yustinus menaklukkan kembali bekas wilayah Romawi
610-641
Kaisar Heraklius memperluas Byzantium
633-640
Orang Arab merebut Suriah, Mesir, dan Afrika utara
679
Orang Bulgaria menaklukkan wilayah Balkan
976-1026
Basil II membangun kembali kekaisaran
1070
Orang Turki Seljuk merebut Anatolia
1204-1261
Pasukan Norman yang terjun dalam Perang Salib merebut dan menjarah Konstantinopel
1453
Konstantinopel jatuh ke tangan bangsa Turki Ottoman
Konstantinopel, ibukota Romawi timur, dibangun oleh Kaisar Konstantinus di kota pelabuhan Yunani kuno, Byzantium. Ketika Kekaisaran Romawi runtuh pada abad ke-5, kota itu menjadi ibukota Kekaisaran Byzantium yang baru. Bagian terluar Kekaisaran Romawi direbut oleh bangsa barbar. Jadi, para kaisar pertama Byzantium, Anastasius (491-518) dan Yustinus (527-565), berjuang untuk merebut kembali berkas wilayah Romawi. Selama pemerintahannya yang panjang, Yustinus mengirim para jenderal yang andal, yaitu Belisarius, Narses, dan Liberius, untuk menambah Afrika utara, sebagian besar Italia, dan bagian selatan Yunani ke dalam daftar wilayah yang dikuasainya kembali. Namun, banyak wilayah ini kembali lepas pada masa pemerintahan para penggantinya.
Kebangkitan lebih lanjut terjadi ketika Kaisar Heraklius (610-641) menyusun ulang kekaisaran dan mendekatkan negara dengan Gereja. Ia memukul mundur orang Sasanid dari Persia, yang telah menguasai Suriah, Palestina, dan Mesir. Di bawah pemerintahannya, Konstantinopel menjadi pusat pengetahuan, kebudayaan tinggi, dan agama. Kota ini berada di lokasi strategis yang mengendalikan perdagangan antara Asia dan Eropa. Kekaisaran menghasilkan emas, padi-padian, minyak zaitun, dan anggur, yang ditukarkan dengan rempah-rempah, batu berharga, bulu hewan, serta gading dari Asia dan Afrika. Kekaisaran Byzantium mengalami kemunduran pada abad ke-8. Bangsa Aran dua kali berusaha merebut Konstantinopel. Namun di bawah pemerintahan Basil II (976-1025), kekaisaran kembali berkembang pesat. Kemudian, segera setelah Basil II wafat, Anatolia berhasil direbut oleh orang Turki sehingga kekaisaran terpuruk lagi. Kekaisaran kemudian dikuasai oleh pasukan Perang Salib selama 50 tahun pada abad ke-13, dan direbut kembali oleh Mikael VIII pada tahun 1261. Akhirnya, pada tahun 1453, Konstantinopel dikuasai oleh orang Turki Ottoman. Kebudayaan maju Byzantium menjadi paling mengesankan dan kreatif di Eropa, sementara agama Kristen Ortodoks menyebar hingga ke Rusia dan Eropa timur.

Kemunduran Kekaisaran Romawi


Wabah penyakit melanda Kekaisaran Romawi pada tahun 165, sehingga populasi penduduk berkurang. Keadaan ini diikuti masa kemunduran Romawi yang berlangsung selama 300 tahun.
Wabah penyakit merajalela selama dua tahun. Keadaan semakin parah ketika Kaisar Commodus yang sakit jiwa berkuasa sejak tahun 180. Terjadi pemberontakan di Afrika dan Inggris, sementara pemerintahan para kaisar yang tidak layak. Pemerintahan pusat berantakan. Kekaisaran Romawi dalam kekacauan.
Perubahan di Provinsi
Kekuasaan bergeser ke sejumlah provinsi yang penduduknya ingin tetap memelihara status Romawi mereka. Orang Parthia di timur dan orang Inggris di utara menimbulkan masalah. Muncul kekuatan baru, yaitu orang Barbar. Orang Goth, Marcomanni, Frank, Alemanni, dan Vandal bergerak maju. Pada tahun 260-272, bangsa Romawi terpaksa melepas Hongaria dan Bavaria. Beberapa bagian kekaisaran seperti Gaul, Inggris, dan Suriah memisahkan diri. Perekonomian Romawi juga mengalami kemunduran.
Kekaisaran Pecah
Pada tahun 284, Kaisar Diocletianus menilai Kekaisaran Romawi terlalu besar untuk diperintah oleh satu orang. Ia memutuskan untuk membaginya menjadi dua, yaitu bagian timur yang berbahasa Yunani dan bagian barat yang berbahasa Latin. Kaisar menunjuk seorang wakil kaisar bernama Maximilian untuk memerintah kekaisaran bagian barat. Tentara Romawi disusun ulang dan diperbesar hingga mencapai kekuatan 500.000 prajurit. Pajak dinaikkan untuk membayar gaji pasukan. Provinsi juga diatur ulang agar lebih mudah diperintah. Cara hidup Romanitas ditingkatkan dengan menekankan kewenangan ilahi sang kaisar.
Runtuhnya Kekaisaran
Kaisar Konstantinus berusaha memajukan kembali kekaisaran. Ia memilih dan mengangkat orang Kristen, membangun dan mengadakan konsili gereja, serta menjadikan agama Kristen sebagai agama negara. Pada tahun 330, ia memindahkan ibukota ke Byzantium dan mengubah namanya menjadi Konstantinopel. Kota ini menjadi sama besarnya dengan Roma, sementara bagian barat kekaisaran menjadi semakin lemah dan miskin. Setelah serangan bangsa barbar yang menjarah Roma antara tahun 410 dan 455, kekaisaran bagian barat pun runtuh. Kaisar terakhir disingkirkan oleh bangsa Goth pada tahun 476. Setelah itu, kekaisaran bagian barat digantikan oleh sejumlah kerajaan Jermanik. Kekaisaran bagian timur, dikenal sebagai Byzantium, tetap berdiri hingga 1453. Kendati banyak cara hidup orang Romawi diadopsi oleh orang barbar, Kekaisaran Romawi pun berakhir.

Orang Polinesia


Orang Polinesia merupakan bangsa unik penghuni pulau-pulau di Pasifik. Mereka adalah pelaut ulung. Mereka menjelajahi Pasifik untuk mencari tempat tinggal baru.
Mitologi orang Polinesia menyatakan bahwa mereka berasal dari surge, dari sebuah tanah ajaib yang kerap dikaitkan dengan Hawaii. Para sejarawan dan ahli bahasa meyakini bahwa mereka berasal dari Taiwan, kemudian berpindah dengan perahu kano terbuka ke Filipina sekitar 3000 SM. Selanjutnya, mereka berlayar ke Kepulauan Bismarck di lepas pantai Papua sekitar tahun 2000 SM. Dalam pelayaran, mereka juga membawa babi, anjing, dan ayam serta buah-buahan dan tumbuhan (kelapa, talas, ubi rambat, sukun, dan pisang). Dari mereka inilah kebudayaan Lapita berkembang. Para penduduk menggunakan kerang untuk membuat perkakas. Mereka juga membuat gerabah berpola hiasan rumit dann indah.
Tahun-tahun Penting
2000 SM
Perkembangan kebudayaan Lapita di Melanesia
1300 SM
Perpindahan ke ‘segitiga Polinesia’ di sekitar Fiji
200 SM
Perpindahan ke Tahiti dan Marquesas
300 M
Perpindahan ke Rapa Nui, kunjungan ke Amerika
400
Perpindahan ke Kepulauan Hawaii
850
Menghuni Aotearoa, lahirnya kebudayaan Maori
Perpindahan
Orang Polinesia melakukan perjalanan terencana untuk menemukan wilayah baru. Mereka adalah pelaut ulung dan telah memiliki pengetahuan maju tentang perbintangan, kondisi samudera, angin, serta kehidupan alam bebas. Sekitar 1300-1000 SM, orang Polinesia berpindah ke Kaledonia Baru, Vanuatu, Fiji, Samoa, dan Tonga. Pada 200 SM, mereka kemudian berpindah ke Tahiti dan Kepulauan Marquesas. Mereka mencapai Pulau Paskah pada tahun 300 M dan Hawaii pada 400 M. Beberapa diantaranya pindah ke Aotearoa (Selandia Baru) pada tahun 850. Mereka menetap di sana dan dikenal sebagai orang Maori. Di kepulauan tempat menetap, mereka menernakkan hewan dan memanfaatkan buah dan sayuran yang dibawa untuk menghasilkan panenan baru. Kini, tanaman panen tersebut dapat ditemukan di seluruh kepulauan yang pernah mereka tinggali.
Penjelajahan Samudera
Orang Polinesia berlayar hingga ke Amerika, dengan membawa pulang ubi, dan melakukan perdagangan dengan beberapa orang Aborigin di Australia. Mereka menyeberangi samudera ribuan kilometer dalam aksi penjelajahan dan perpindahan mereka. Di kepulauan Pasifik, mereka hidup dalam masyarakat kesukuan yang dipimpin pada kepala suku. Mereka menjadi terampil memahat kayu. Mereka terkucil dari benua Asia dan daerah kepulauan Indonesia, kawasan di mana sejumlah kota dan bangsa sedang bertumbuh pesat. Barulah ketika para penjelajah Eropa, seperti Kapten James Cook, tiba di kawasan itu pada abad ke-18, mereka mulai mendapat pengaruh luar.
Di Pulau Paskah, terdapat banyak patung kepala dari batu yang luar biasa dan unik. Batu-batu pahatan ini memiliki tinggi hingga 12 meter. Patung-patung itu diperkirakan dibuat oleh orang Polinesia. Namun, di tempat lain orang Polinesia tidak memahat batu. Jadi, kamungkinan batu-batu itu dibuat oleh penduduk awal pulau dengan alasan yang sampai kini tidak diketahui.
Sementara itu, di Aotearoa, orang Maori mengembangkan kebudayaan suku yang terpisah. Penduduknya berkembang hingga 250.000 jiwa. Mereka terbagi menjadi masyarakat petani pedesaan dan para pejuang.

Awal Abad Pertengahan


Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi, muncul berbagai negara dan bangsa baru di Eropa. Kehidupan mereka diatur oleh Gereja dan sistem social yang ketat, yang kemudian disebut feodalisme.
Antara Eropa dan Timur Jauh terdapat satu kawasan besar yang dihuni berbagai bangsa besar pemeluk agama yang sama, Islam. Lebih ke utara, negara-negara Slavia seperti Rusia dan Bulgaria juga terbentuk.
Dalam bidang budaya dan ilmu pengetahuan, Cina masih lebih maju dibandingkan bagian dunia lainnya. Pengaruh Cina menyebar ke seluruh Asia, termasuk ke Jepang, di mana kesenian berkembang dengan pesat.
Di Amerika Utara, kota-kota pertama sedang dibangun, dan peradaban Toltek berkembang di Meksiko. Di Amerika Latin, terbentuk berbagai kerajaan besar, seperti Kerajaan Huari.
Kontak di antara peradaban dunia sengat terbatas. Hanya beberapa negara saling berdagang. Islam perlahan meluas ke seluruh Afrika bagian utara melalui kegiatan perdagangan dan penaklukkan militer.
Asia
Di India, Kerajaan Gupta runtuh pada tahun 535 dan negeri ini pun terpecah. Pengaruh Hindu dan Buddha menyebar ke Asia bagian tenggara. Sekitar tahun 775, Kerajaan Sriwijaya di Sumatera menaklukkan Semenanjung Malaya. Sementara di Kamboja, dinasti Khmer mendirikan Kerajaan Angkor pada tahun 802. Di Cina, salah satu dinasti terbesarnya, Tang, yang berdiri selama 300 tahun, menghasilkan beberapa karya seni terbaik dalam sejarah Cina. Sejak tahun 960, Tang digantikan oleh Dinasti Song yang berdiri selama 300 tahun. Di tempat lain, sebuah kerajaan Tibet yang kuat berdiri dan runtuh, sementara berbagai negara kaya muncul di Thailand, Vietnam, Jepang, dan Indonesia. Di Asia Tengah, kekuatan para pengembara Turkik dan Mongol berkembang semakin besar.
Eropa
Eropa sibuk mencari kemapanan selama periode yang dikenal sebagai zaman kegelapan. Kekaisaran Byzantium bertindak sebagai pusat yang stabil bagi dunia Kristen, kendati kerap mengalami pasang-surut. Pada abad ke-8, kaum Muslim menyerbu Spanyol dan membangun sebuah kebudayaan maju yang berlangsung selama 700 tahun. Pada saat yang sama, lebih ke utara, Dinasti Caroling membentuk kekaisaran Eropa pertama, tetapi mengalami keruntuhan pada abad ke-9 setelah kematian Charlemagne. Di bagian Eropa lainnya, berbagai bangsa perlahan mulai terbentuk di bawah pengawasan Gereja Katolik di Roma. Proses ini dipercepat oleh ancaman dari orang Magyar, Viking, dan kaum Muslim yang berada di Spanyol dan Turki. Pada tahun 1100, beberapa bangsa Eropa menjadi semakin kuat, lebih stabil, dan makmur. Berbagai perguruan tinggi didirikan, pembangunan gereja berkembang pesat, sementara kota-kota bertumbuh besar dan menjadi semakin penting. Para pemimpin abad pertengahan memulai petualangan dan penaklukkan militer di luar negeri, seperti Perang Salib untuk menguasai Yerusalem.
Australia
Orang Polinesia menduduki pulau-pulau baru di Pasifik, lalu pindah ke Selandia Baru sekitar tahun 900. Di Australia, orang Aborigin tidak disentuh pengaruh luar.
Timur Tengah
Kerajaan Sasanid Persia mencapai puncak kejayaan selama tahun 579. Setelah wafatnya Nabi Muhammad pada 632, kerajaan Islam mulai meluas. Pada tahun 634, orang Arab menaklukkan Persia dan menyingkirkan Kerajaan Sasanid. Namun pada tahun 756, kerajaan Islam itu mulai terpecah. Di akhir abad ke-11, Yerusalem direbut oleh pasukan Perang Salib.
Afrika
Pada tahun 700, seluruh Afrika utara menjadi bagian dari kerajaan Islam. Di Afrika barat, Ghana yang kaya emas menjadi semakin kuat. Berbagai kerajaan dagang lainnya seperti Mali dan Kanem-Bornu mulai berkembang di tanah subur di ujung selatan Gurun Sahara.
Amerika Utara
Sekitar tahun 700, dua kebudayaan kota yang terpisah mulai berkembang di Amerika Utara. Salah satunya adalah kebudayaan Gundukan Kuil di sekitar wilayah Mississippi, yaitu kebudayaan yang memperdagangkan tembaga dan berbagai barang ke seantero benua. Peradaban lainnya adalah kebudayaan pueblo (desa) Anasazi di barat-daya, di mana penduduknya hidup di berbagai pueblo batu yang dihubungkan dengan jalan. Anasazi memiliki agama yang sudah maju. Di tempat lain, banyak suku pribumi Amerika berkembang semakin besar dan kuat, sekalipun mereka masih hidup dari pertanian dan berburu serta tinggal di desa permanen atau masih mengembara. Lebih ke timur-laut, di Newfoundland, orang kulit putih pertama tiba. Orang Viking menetap di sana selama beberapa waktu sekitar tahun 1000.
Amerika Tengah dan Selatan
Sekitar tahun 600-700, kota besar Meksiko, Teotihuacan, mencapai kejayaannya. Teotihuacan dan bangsa Maya yang hidup lebih ke selatan mengalami kemunduran sekitar tahun 750. Namun, kekaisaran negara-kota Maya tetap hidup sepanjang periode ini. Pada 900-1100, orang Toltek yang senang berperang menguasai Meksiko. Lebih ke selatan, di Peru, negara-kota Tiahuanaco di Pegunungan Andes serta Huari di kawasan pantai berkembang dan semakin maju. Tiahuanaco merupakan pendahulu Kerajaan Inca. Pada tahun 1000, Kerajaan Huari digantikan oleh Kerajaan Chimu yang berkembang di sekitar Chan Chan, di Peru utara.

Pertempuran Actium


Pada tahun-tahun setelah kematian Julius Caesar (100-44 SM), muncul dua orang yang mengklaim warisan kepemimpinannya. Yang pertama adalah Mark Antony (82-30 SM), seorang pemimpin militer terkemuka yang telah bekerja di bawah kepemimpinan Caesar dalam banyak pertempuran, dan yang telah jatuh cinta pada mantan kekasih Caesar, Cleopatra VII dari Mesir (69-30 SM). Yang kedua adalah Gaius Octavianus (63 SM-14 M), yang kemudian dikenal sebagai Augustus, keponakan Caesar melalui adopsi. Antony adalah orang yang penuh percaya diri, agresif, dan berani. Sementara Octavianus adalah seorang yang berhati-hati, cerdik, dan diplomatis. Kedua orang ini sama-sama berhasrat untuk menjadi pemimpin Romawi, yang pada saat itu meliputi seluruh daerah Mediterania.
Kedua orang ini terlibat konflik terbuka pada tahun 33 SM, dan Antony meninggalkan Roma menuju Mesir di mana ia membangun armada laut dan logistik bagi pasukannya. Dengan bantuan Cleopatra, tampaknya Antony berada dalam posisi yang lebih kuat. Akan tetapi, Octavianus adalah seorang ahli propaganda. Ia meyakinkan Senat Romawi bahwa Antony adalah seorang pengkhianat Romawi dan bahwa ia bermaksud menjadikan Mesir sebagai pusat Mediterania. Ketika Octavianus berlayar dari Italia untuk berhadapan dan memerangi Antony, ia mendapat dukungan penuh dari kota Roma.
Octavianus mendarat di pantai barat Yunani, tempat Antony melatih pasukannya. Dibantu oleh jenderalnya yang brilian, Marcus Vipsanius Agrippa (63-12 SM), Octavianus segera berhasil mengepung Antony dan Cleopatra dari jalur logistik mereka. Ketika kalah manuver, Antony memutuskan sebuah serangan langsung untuk segera menyelesaikan masalah. Ia sebenarnya bisa tetap berada di darat dan mempertahankan keunggulan karena ia adalah seorang prajurit yang jauh lebih berpengalaman ketimbang Octavianus, tetapi ia terpengaruh oleh Cleopatra untuk bertempur di laut.
Pada tanggal 2 September 31 SM, Antony dan Cleopatra memimpin armada gabungan mereka berangkat dari pelabuhan Actium dengan 480 kapal besar yang membawa sekitar 20.000 prajurit. Tidak jelas apakah Antony benar-benar ingin memenangkan pertempuran ataukah ia hanya ingin mencari jalan melewati musuhnya dan menuju Mesir.
Pertempuran berlangsung sengit. Octavianus dan Agrippa telah memperlengkapi kapal-kapal mereka dengan mesin-mesin pelempar batu ke kapal musuh. Seiring berjalannya waktu, pasukan Octavianus mulai unggul. Antony menaikkan bendera yang menjadi tanda bagi armadanya untuk menyerah dan berusaha meloloskan diri dari musuh. Antony, Cleopatra, dan sekitar empat puluh kapalnya berhasil meloloskan diri, tetapi seluruh sisa pasukannya yang terdiri dari sekitar tiga ratus kapal menyerah kepada Octavianus dan Agrippa sebagaimana juga dilakukan oleh kekuatan darat Antony.
Antony dan Cleopatra mencapai Mesir. Semangatnya telah runtuh sehingga Antony tidak melakukan banyak perlawanan terhadap serbuan Octavianus ke Mesir. Baik Antony maupun Cleopatra memutuskan untuk bunuh diri ketimbang menyerahkan diri. Sebagai orang yang bertindak lebih hati-hati dibandingkan dengan pamannya Julius Caesar, Octavianus hanya meminta gelar sebagai Princeps (Warga Utama Romawi). Meskipun ia tidak pernah disebut sebagai kaisar, dalam kenyataannya ia memerintah Romawi dari tahun 30 SM hingga tahun 14 M dan membentuk sebuah pemerintahan satu orang yang menjadikan Romawi sebagai kekaisarannya dalam semua hal kecuali sebutan kaisar untuknya.

Pertempuran Alesia


Setiap negara pasti memiliki seorang atau sekumpulan pahlawan nasional. Dalam beberapa kasus, sang pahlawan muncul karena alasan keberanian. Begitu pula halnya dengan Perancis dan Vercingetorix (baca: vur-sinje-turiks) (?-45? SM), raja suku Averni, dan pemimpin semua orang Gaul dalam melawan kekuasaan Romawi.
Sekitar tahun 58 SM, Julius Caesar (100-44 SM) memimpin legiun Romawi memasuki Jerman dan Gaul (sekarang Perancis). Sebagai seorang pemimpin militer yang brilian, Caesar mengalahkan musuh-musuhnya dengan strategi yang cerdas, keberanian untuk mengambil risiko, dan kesetiaan pasukannya. Meskipun Gaul terdiri dari berbagai suku, Vercingetorix berhasil membujuk sebagian besar suku-suku bergabung bersamanya untuk melawan Caesar. Sebagai memimpin yang karismatik, Vercingetorix tahu bahwa ia memiliki kesempatan untuk mengalahkan Caesar asal ia bisa mendisiplinkan dan mengendalikan pasukannya. Terkenal akan keberanian dan rasa percaya diri yang tinggi, para prajurit Gallic sudah tidak sabar dengan perang yang panjang.
Orang Gaul memenangkan pertempuran pertama. Mereka berhasil mempertahankan benteng Gergovia dari sebuah serangan Romawi. Ketika kedua pasukan berhadapan di sebuah medan terbuka, pasukan berkuda Gallic panic dengan kemunculan pasukan berkuda Jerman yang disewa Caesar dan dibawa menyeberangi Sungai Rhein. Vercingetorix membawa pasukannya (70.000 orang) yang patah arang ke benteng Alesia, di dekat tempat yang sekarang adalah Dijon, Perancis.
Caesar mengejar mereka dengan membawa 50.000 hingga 60.000 prajurit Romawi. Ia menyadari bahwa menaklukkan sebuah pertahanan akan sangat memakan biaya. Ia memerintahkan pasukannya (yang selalu membawa alat pendobrak, pengungkit, dan pedang) untuk membangun tembok mengelilingi kota dengan tujuan untuk membuat prajurit Vercingetorix kelaparan. Ketika Caesar mendengar bahwa sebuah pasukan pembebas sedang direkrut di seluruh Gaul, ia memerintahkan anak buahnya untuk membangun tembok kedua yang mengelilingi tembok pertama. Jari-jari tembok bagian dalam ini panjangnya adalah 17 kilometer, sementara jari-jari lingkaran tembok luar panjangnya 22 kilometer. Ketika pasukan pembebas yang berjumlah besar (beberapa sejarawan memperkirakan sekitar 250.000 prajurit) tiba, mereka mendapati pasukan Romawi aman terlindung di antara dua tembok perlindungan itu.
Orang Gaul menyerang pasukan Romawi dari dua sisi. Vercingetorix melakukan serangan membabi buta ke arah tembok bagian dalam sementara pasukan pembebas menyerang dari arah luar tembok. Tiga kali pihak Gaul berusaha menghancurkan tembok Romawi dan gagal. Pasukan pembebas yang terdiri dari petani, bukannya prajurit, terpecah dan tercerai-berai.
Vercingetorix menyerahkan diri kepada Caesar dan dibawa ke Roma yang kemudian dihukum mati. Romawi menguasai Gaul selama 300 tahun berikutnya. Sekarang ini Perancis dianggap sebagai salah satu bahasa “Romawi”, sebuah penghormatan terhadap pengaruh Romawi.

Pertempuran Cannae


Setiap orang tahu bahwa Roma tidak dibangun hanya dalam waktu sehari, tetapi kota ini hampir kehilangan dominasinya di Italia hanya dalam waktu satu siang yang mengerikan di musim panas. Romawi telah terlibat dalam serangkaian perang dengan negara-kota baru yang menjadi saingannya, Kartago, di sebelah utara pantai Afrika. Kedua negara-kota ini terus saling berperang dan dalam Perang Punik Kedua (223-202 SM) Kartago mengirimkan seorang pemimpin yang luar biasa, Hannibal Barca (247?-183? SM) untuk berperang di Italia.
Hannibal membawa anak buahnya dan pasukan gajah dari Kartago Spanyol melintasi Pegunungan Alpen dan masuk ke Italia pada musim semi 218 SM. Ia dan pasukannya (hanya sedikit gajah yang dapat bertahan dalam perjalanna ini) tiba dengan sangat kelelahan akibat perjalanan ini. Orang Romawi berpikir bahwa mereka dengan mudah akan bisa mengalahkan pasukan Kartago yang kelelahan ini. Namun, Hannibal yang jenius dalam merencanakan taktik serta kualitas tempur pasukannya (terdiri dari orang Kartago, suku-suku Spanyol, Gaul, dan yang lainnya) memperoleh kemenangan demi kemenangan melawan pasukan Romawi yang jauh lebih besar.
Pada musim semi tahun 216 SM, Senat Romawi mengirim sebuah pasukan besar di bawah kepemimpinan dua konsul, Lucius Aemilius Paulus (228-160 SM) dan Terentius Varro. Pasukan Romawi yang terdiri dari 80.000 prajurit infanteri dan 7.000 prajurit kavaleri berhadapan dengan 40.000 prajurit infanteri dan 10.000 prajurti kavaleri Hannibal di Cannae di tepi utara Sungai Ofanto antara Canossa dan Barletta, di sebelah selatan Italia.
Dipimpin oleh Varro, Romawi merencanakan sebuah pertempuran sederhana dan langsung. Bertempur di sebuah dataran terbuka (bukan rawa-rawa atau hutan sebagaimana biasa digunakan oleh Hannibal pada waktu-waktu sebelumnya), pihak Romawi akan unggul baik dengan mengandalkan jumlah maupun disiplin yang prima untuk mengalahkan musuh. Ini merupakan rencana perang yang telah sering kali berhasil melawan musuh-musuh Romawi. Hannibal membuat sebuah perencanaan rumit yang dikenal dengan istilah pengepungan ganda yang akan menjebak pasukan Romawi.
Ketika pertempuran dimulai, pasukan kavaleri Hannibal (kebanyakan adalah suku bangsa dari Spanyol) mengalahkan kavaleri Romawi, sehingga memenangkan pertempuran di bagian sayap. Barisan utama pasukan kavaleri Romawi, yang bertempur dengan formasinya yang terkenal, legiun, mendesak mundur pasukan kavaleri Hannibal. Pada saat yang menentukan, pasukan kavaleri Hannibal muncul di kedua sisi dan kemudian bergerak ke bagian belakang pasukan Romawi untuk sepenuhnya mengepung mereka. Apa yang awalnya merupakan pertempuran langsung berubah menjadi sebuah mimpi buruk bagi pasukan Romawi. Mereka sangat berdesak-desakan sehingga banyak diantara mereka yang tidak bisa mengayunkan pedangnya. Sekitar 8.000 prajurit Romawi berhasil keluar dari jebakan ini, tetapi mayoritas mereka (paling tidak 50/000 prajurit) gugur pada hari itu di lapangan di Cannae tersebut. Hannibal bukan hanya mendapatkan kemenangan gemilang, melainkan juga menunjukkan sebuah setrategi untuk mencapai kemenangan penuh yang akan ditiru oleh para jenderal dan ahli setrategi selama dua ribu tahun berikutnya.

Pertempuran Farsalia


Dua tahun sebelum memenangkan pertempuran di Alesia, Julius Caesar (100-44 SM) berperang melawan Gaius Pompey (106-48 SM), saingan pemimpin Romawi. Caesar dan Pompey telah menjalin kerja sama, tetapi kemenangan Caesar di Inggris, Jerman, dan Gaul telah menimbulkan iri hati dalam diri Pompey. Mereka berdua berperang untuk menentukan siapa yang berhak berkuasa di kota Roma.
Pada saat barisan Caesar melintasi Sungai Rubicon dalam perjalanannya ke selatan menuju Roma, Pompey melarikan diri dari kota. Pompey dan para pengikutnya melakukan perjalanan menuju pantai timur Italia dan berlayar menyeberangi Laut Adriatik menuju Yunani untuk menambah prajurit serta menghimpun kekuatan. Caesar mengambil kesempatan untuk menguasai Romawi di mana ia menyatakan Pompey sebagai musuh Negara. Caesar kemudian berangkat ke Yunani dan melakukan tarik ulur dengan kekuatan Pompey selama beberapa bulan. Pompey adalah ahli strategi yang sangat lihai. Ia menggunakan daerah pegunungan untuk menjaga keseimbangan kekuatannya dengan Caesar dan selama satu tahun, ia berusaha menghindari pertempuran langsung. Walaupun Pompey memiliki pasukan yang lebih banyak (45.000 infanteri dan 7.000 kavaleri, sedangkan Caesar “hanya” memiliki 22.000 infanteri dan 1.000 kavaleri), Caesar berhasil mengancam Pompey di medan pertempuran dengan keberhasilannya.
Kedua pasukan prajurit itu akhirnya bertemu pada puncak peperangan di Thessaly. Lokasi pertempuran itu sebenarnya tidak jelas. Banyak sejarawan percaya bahwa peperangan tersebut terjadi di tepi Sungai Enipeus di bawah gunung Dogantzis (asal nama Farsalia dari kota terdekat Palaefarsalus). Ketika kedua pasukan bersiap untuk berperang, hal itu menjadi jelas bahwa sayap kanan pasukan Caesar tidak mampu menutupi sisi kanan medan pertempuran. Pompey mengumpulkan seluruh pasukan kavalerinya yang berjumlah 7.000 prajurit pada sisi kiri dan berusaha memenangkan pertempuran pada bagian luar dengan serangan pada sayap kanan Caesar yang terbuka. Walaupun hal ini tampak brilian, hal ini menunjukkan betapa putus asanya Pompey pada saat itu. Bukannya percaya bahwa orang-orangnya dapat melawan kekuatan Caesar, ia malah mengambil risiko dalam serangan itu.
Untuk mengantisipasi tindakan Pompey, Caesar menciptakan kekuatan cadangan dari enam legiun infanteri dan kavaleri-kavaleri Jerman. Dengan memimpin kekuatan ini, Caesar menghentikan kavaleri Pompey dan memukul mundur. Pompey melarikan diri dari medan pertempuran ketika ia melihat serangannya gagal dan Caesar segera memerintahkan serangan di seluruh lini. Walaupun jumlahnya dua berbanding satu, Caesar dan orang-orangnya bersatu untuk menyerang lawan mereka. Pada penghujung hari, Pompey telah kehilangan 15.000 prajurit baik terbunuh maupun terluka dan 24.000 prajurit tertawan. Pompey melarikan diri dari medan pertempuran dan menuju Mesir di mana kemudian dia dibunuh di sana. Dengan harapan menyenangkan hati Caesar, para pemimpin Mesir mempersembahkan kepala Pompey di atas nampan. Caesar berpaling dan menangis sekilas. Caesar menjadi penguasa Romawi hingga ia tewan ditikam pada tahun 45 SM oleh orang-orang Romawi yang takut jika ia ingin menjadi diktator.

Pertempuran Metaurus


Yang mengejutkan banyak anak buahnya, Hannibal (247?-183? SM) tidak bergerak ke kota Roma setelah pertempuran Cannae. Sebaliknya, karena kekurangan senjata untuk melakukan pengepungan, ia berusaha membujuk negara-negara kota di Italia lainnya untuk bergabung dalam aliansi melawan Romawi. Ketika Hannibal menunggu, Romawi menyerangnya di medan pertempuran yang lain. Pasukan Romawi berangkat ke Spanyol untuk memerangi orang Kartago, yang dipimpin oleh saudara Hannibal, Hasdrubal Barca. Setelah beberapa tahun melakukan operasi militer di Spanyol, orang Romawi berhasil menaklukkan sebagian besar provinsi ini. Hasdrubal bertempur lebih baik dibandingkan orang Romawi dan menempuh perjalanan berbahaya mengikuti jejak kakaknya, melintasi pegunungan Alpen dan memasuki wilayah utara Italia.
Hasdrubal mengirimkan enam utusan menemui Hannibal untuk memberitahukan kedatangannya. Para utusan ini ditangkap oleh sekelompok pasukan pengintai dari Romawi sehingga pasukan Romawi segera mengerahui lokasi dan besarnya pasukan Hasdrubal, sementara Hannibal sendiri tidak tahu apa-apa. Konsul Romawi, Claudius Nero bergerak ke utara dengan membawa 7.000 prajurit dipilih untuk bergabung dengan pasukan yang telah mengawasi Hasdrubal dan pasukannya. Pertempuran berlangsung di sebelah selatan Sungai Metaurus, di dekat wilayah yang sekarang merupakan desa Saint Angelo, Italia.
Hasdrubal terkejut dengan kemunculan sedemikian besar pasukan yang seimbang dengan kekuatan pasukannya. Ia membuat setrategi pertempuran dengan cepat tanpa mengetahui peta lokasi maupun di mana posisi saudaranya dan pasukan utama Kartago. Ia menempatkan pasukan Spanyol di sayap kanan, pasukan Liguria di tengah dan pasukan Gaul di sayap kiri. Lembah sempit dan curam menghalangi pasukan Romawi untuk menyerang sayap kiri Kartago, karena itu Nero memimpin beberapa cohort atau bagian dari legiun dari infanteri Romawi ke selatan dan menyerang pasukan Spanyol di sayap kanan Kartago yang takj menduga akan diserang. Gajah-gajah Hasdrubal panik dan tidak berguna dalam pertempuran di lini tengah. Melihat kekalahan pasukan Spanyol di sayap kiri mereka, bagian tengah yang dipegang pasukan Liguria menyerah sehingga pertempuran tak lama kemudian berakhir. Hasdrubal dalam keputusasaan mengendarai kudanya dengan sengaja menerjang masuk ke sebuah cohort Romawi dan akhirnya terbunuh.
Beberapa hari kemudian, kepada Hannibal diperlihatkan kepala saudaranya yang dibuang di perkemahan Kartago oleh seorang penunggang kuda Romawi. Pada saat itu, dikisahkan, Hannibal tahu bahwa harapannya untuk memperoleh kemenangan yang langgeng atas Romawi sudah berakhir.

Pertempuran Pydna


Romawi terus berkembang kekuatannya setelah Pertempuran Zama. Setelah menundukkan Hannibal Barca (247?-183? SM) dan Kartago, Romawi bergerak ke timur dan terlibat dalam tiga kali perang melawan Kerajaan Macedonia. Macedonia telah menjadi tempat Alexander yang Agung (356-323 SM) memulai penaklukkannya yang mengagumkan di Timur Tengah dan Asia dan kerajaan ini masih mempertahankan tradisi militer yang kuat. Sistem pertempuran orang Macedonia berpusat pada pasukan phalanx, berupa barisan prajurit yang besar, bergerak dan bertarung bersama, biasanya menggunakan tombak besar yang panjangnya sekitar 4 meter. Tembok berupa deretan tombak ini telah membuat kewalahan dan menaklukkan orang Persia dan tetap menjadi unit tempur yang menakutkan di Yunani, Macedonia, dan Timur Tengah. Akan tetapi, sekarang pasukan phalanx berhadapan dengan legiun dan unit cohort Romawi.
Legiun Romawi (biasanya terdiri dari 6.000 prajurit yang kuat) berbaris dan bertempur dalam kesatuan, sebagaimana pasukan phalanx. Ada dua perbedaan penting: pertama, legiun bisa dipecah ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil atau cohort, dan kedua, pasukan Romawi mengandalkan pedang pendek ketimbak tombak. Pasukan phalanx dan legiun berhadapan di tepi Sungai Aeson, di pantai sebelah barat Teluk Tesalonika. Raja Persius dari Macedonia memimpin 40.000 prajurit infanteri dan 4.000 prajurit kavaleri. Setengah dari pasukan infanterinya dikelompokkan ke dalam sebuah barisan phalanx yang kokoh. Lawannya di pihak Romawi, Lucius Aemilius Paulus (228-160 SM) membawa empat legiun Romawi dan 25.000 prajurit cadangan ke medan tempur.
Pertempuran dimulai dengan sebuah pertempuran kecil di sepanjang sungai. Ketika kedua belah pihak mengirim pasukan tambahan, pertempuran berubah menjadi pertempuran berkekuatan penuh antara dua angkatan bersenjata. Awalnya, pasukan phalanx Macedonia menggunakan ukuran dan besarnya formasi mereka untuk mendesak mundur pasukan Romawi. Ketika kedua kelompok prajurit ini mencapai tanah yang tidak rata, pasukan phalanx menjadi tidak teratur dan pihak Macedonia harus berhenti. Pasukan Romawi melakukan serangan balasan dan bertempur di atas tanah yang tidak rata, dan mulai memperoleh kemenangan. Mereka dipecah ke dalam beberapa cohort dan menembus pertahanan pasukan phalanx. Pada babak perempat, pihak Macedonia mendapati tombak panjang mereka menjadi tidak berguna, sementara pihak Romawi bisa menggunakan pedang pendek mereka dengan dampak yang mematikan.
Apa yang awalnya merupakan sebuah uji kekuatan antara dua angkatan bersenjata berubah menjadi pertempuran berkekuatan penuh. Di penghujung hari itu, 20.000 prajurit Macedonia terbunuh atau luka-luka dan 10.000 lainnya ditawan. Sebaliknya, di pihak Romawi dilaporkan hanya 500 prajurit yang terbunuh atau terluka. Hasil yang tidak seimbang ini hanya bisa diakibatkan dari sebuah pertemuan dua strategi unit tempur yang berbeda. Legiun akhirnya menjadi unit taktis standar dan Romawi secara de facto menguasai baik Macedonia maupun Yunani.