Dalam waktu tiga abad setelah kematian Caesar Augustus pada tahun 14 M, Roma yang berbentuk kekaisaran berkembang pesat sedemikian rupa, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kecuali tembak-menembak yang terjadi sekali-sekali antarserdadu, Kekaisaran Romawi dinilai aman dan kekuatan militernya tidak terkalahkan. Pax Romana (kedamaian di Roma) pun terwujud.
Dalam
proses menentang latar belakang dari pemerintahan sipil dan kedamaian yang
relatif inilah agama Kristen mulai bertumbuh dan berkembang. Tidak seperti
agama-agama sebelumnya, yang diwariskan dari generasi ke generasi sebagai
ciri-ciri budaya suatu bangsa, agama Kristen secara aktif berusaha
mempertobatkan mereka yang belum percaya. Agama Krsiten bermula di Timur Tengah
dan menyebar hingga Yunani dan Mesir. Para utusan Injil Kristen, terutama
sahabat Yesus, Petrus (?-67 M), perintis penyebaran agama Kristen, bersama-sama
Saulus dari Tarsus (5-67 M), kini dikenal sebagai Paulus, memberitakan agama
yang baru itu ke seluruh wilayah kekaisaran, dan bahkan sampai ke Roma.
Awalnya,
agama Kristen ditoleransi oleh orang Romawi, namun setelah makin menyebar dan
dilihat sebagai ancaman bagi kesatuan Romawi, para kaisar mulai menganiaya
orang-orang Kristen. Pemandangan yang sangat mengerikan di mana orang-orang
Krsiten dilemparkan ke arah singa di Colosseum
Roma untuk dijadikan tontonan bagi orang-orang Romawi menjadi sesuatu
yang tidak asing lagi.
Meskipun
demikian, kota Roma menjadi pusat gereja Krsiten, yang pada awalnya merupakan
sebuah gerakan bawah tanah. Kondisi ini berubah dengan bergulirnya waktu, dan
pada permulaan abad ke-4, Kaisar Constantinus (280-337 M) sendiri sudah memeluk
agama Kristen. Agama ini selalu menjadi sasaran penganiayaan sebelum Constantinus
menjadi kaisar pada tahun 306 M, namun di bawah kepemimpinannya, agama tersebut
diterima dan bahkan dikembangkan.
Conatantinus justru bertindak sedemikian jauh, misalnya bertindak sebegai
penengah dalam sebuah perselisihan serius mengenai doktrin antara golongan
barat dan golongan timur dalam gereja. Ia mengundang para uskup yang mewakili
kedua golongan itu untuk menghadiri sebuah Konsili Nicea tahun 325 M, di mana perbedaan-perbedaan di
antara mereka diselesaikan. Pengakuan Iman Nicea, yang naskahnya dibuat pada
konferensi tersebut, menetapkan keyakinan-keyakinan Kristen yang mendasar di
mana kedua golongan dapat menyepakati.
Selanjutnya,
Constantinus mengambil sejumlah langkah untuk menyelamatkan orang Kristen dari
kehancuran, baik sebagai akibat penganiayaan eksternal ataupun perselisihan
internal. Ia juga menetapkan agama Kristen sebagai agama negara sepanjang
pemerintahan Kekaisaran Romawi. Contantinus tidak saja melestarikan agama
Kristen, namun dengan membuatnya sebagai agama resmi di seluruh Kekaisaran
Romawi, ia telah mengambil sebuah langkah penting sehingga agama tersebut menjadi agama yang
dominan di Eropa. Seandainya ia tidak melakukan hal tersebut, sejarah Eropa
dari segi budaya akan amat sangat berbeda.
1 komentar:
PUJI TUHAN
Post a Comment