This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, January 16, 2013

Revolusi Prancis

Selama berabad-abad, sejarah politik dunia sarat dengan kejadian-kejadian mengenai diturunkannya calon raja atau kaisar, atau konspirasi untuk menggulingkan raja dan kerajaan yang sedang memerintah. Pada paruh kedua abad ke-18, sebuah fenomena baru mulai timbul. Rakyat jelata bangkit melawan penguasa yang memerintah mereka…dan mereka menang. Peristiwa-peristiwa semacam itu tidak sekadar menyangkut teritori-teritori kecil yang terpencil letaknya, melainkan sebuah revolusi yang penting di negara-negara besar, seperti di Inggris dan Prancis.
Pertama-tama, Amerika Utara yang menjadi jajahan utama Inggris, mendeklarasikan kemerdekaannya dan bangkit sebagai sebuah bangsa baru. Selanjutnya, rakyat Prancis, yang penat dengan kelaliman mutlak dari raja-raja Dinasti Bourbon, memberontak melawan Raja Louis XVI (1754-1793), yang sudah berkuasa sejak 1774 sebagai raja Bourbon kelima. Baik kelas menengah maupun kelas papa sudah lama merasa tidak suka dengan kekuasaan maupun hak-hak istimewa yang dimiliki para bangsawan
Awal Revolusi
Pada abad ke-18, Prancis berada dalam krisis. Bahan pangan langka, harga-harga melambung, dan pemerintah bangkrut. Untuk memperoleh lebih banyak uang, Raja Louis harus mengambil pinjaman atau menaikkan pajak. Untuk itu, ia memerlukan persetujuan dan dukungan dari majelis tradisional, Estates General, yang tidak pernah mengadakan pertemuan selama 175 tahun. Namun, penyulut kemarahan mereka sehingga mengadakan revolusi adalah tindakan Louis yang menetapkan bahwa kaum bangsawan dibebaskan dari pajak.
Pada saat pertemuan, para wakil kelas professional memberontak melawan para bangsawan dan kaum rohaniwan. Mereka membentuk Majelis Nasional dan menuntut perubahan, membuat konstitusi baru yang menghapus tatanan lama, menasionalisasi tanah milik Gereja, dan menyusun kembali pemerintahan lokal. Louis mengirim pasukan untuk membubaskan Majelis Nasional.
Ketika warga Paris mendengar hal itu, mereka memberontak. Pada tanggal 14 Juli 1789, nyaris seluruh rakyat Prancis berbondong-bondong menyerbu dan merebut Bastille, penjara raksasa yang digunakan untuk memenjarakan para tokoh rakyat yang menentang raja. Louis, yang pada waktu itu berdiam di istana Versailles, pingsan dan tidak dapat berbuat apa-apa tatkala rakyat mendeklarasikan bahwa mereka adalah warga negara Prancis dan bukan lagi bawahan dari Raja Prancis. Louis sudah begitu lama tidak peka terhadap lingkungan sehingga ia tidak tahun seberapa dalam ketidakpuasan yang dirasakan rakyatnya. Ratunya, Marie Antoinette (1755-1793) yang berasal dari Austria dan sama-sama tidak pedulinya memberi komentar, “Suruh mereka makan kue!” ketika di diberi tahu bahwa rakyat marah karena mereka tidak punya roti untuk dimakan. Kerusuhan itu menandai sebuah revolusi berdarah. Para pemberontak menuntut, “Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan” (Liberty, Equality, Fraternity).
Sementara gerakan rakyat yang melakukan revolusi semakin bertumbuh, anarki melanda Prancis, terutama di Paris. Raja, ratu, beserta keluarga kerajaan ditahan di sebuah rumah dan kemudian dipenjara. Akhirnya, dalam musim dingin tahun 1792-1793, mereka, satu per satu, dipancung dengan guillotin (alat pemancung kepala).
Tahun-tahun Penting
1788
Estates Generales dipanggil untuk mengadakan pertemuan
1789
Pembentukan Majelis Nasional dan serangan terhadap Bastille
1789
Deklarasi Hak-hak Manusia
1791
Konstitusi Baru dan Majelis Perwakilan
1792
Perang Revolusioner dan Republik Prancis Pertama
1793-1794
Rezim Teror
1794
Kediktatoran Robespierre. Serangan ke Belanda
1795-1799
Direktori memerintah Prancis
1796
Napoleon menjadi panglima tertinggi tentara Prancis
1799
Napoleon mengambil alih kekuasaan
Perebutan Kekuasaan
Pada tahun 1792, monarki dihapuskan. Dan pada saat itu juga, pemerintahan revolusioner berperang dengan banyak negara Eropa lainnya, yang khawatir revolusi akan menyebar ke negeri mereka.
Seperti kerap terjadi dalam revolusi, timbul kekacauan dan terjadi perebutan kekuasaan. Pemerintahan revolusioner yang baru menangkap pesaing mereka, baik pendukung revolusi maupun pemimpin rakyat, dan menuduh mereka sebagai “musuh revolusi”. Bentrokan politik terjadi antara kelompok Jacobin dan Girondin, yang dimenangkan oleh Jacobin. Kelompok Jacobin, yang dipimpin oleh Maximilien Robespierre (1758-1794), kemudian mendominasi badan pemerintahan baru yang disebut Komite Keselamatan Publik. Komite ini dikepalai oleh Robespierre sendiri. Komite ini juga memobilisasi tentara Prancis untuk menghadapi serbuan dari luar. Antara September 1793 dan Juli 1794, mereka menghukum mati siapa pun yang menentang selama Rezim Teror berlangsung.
Rezim Teror
Setelah Louis dihukum mati pada 1793, Komite menyerang dan menghukum siapa pun yang dicurigai menetang revolusi. Sebuah pengadilan didirikan untuk mengadili “musuh-musuh negara”, meski pengadilan ini berlangsung tergesa-gesa dan kerap tidak adil. Para aristokrat, pendukung monarki, pendeta, dan siapa pun yang dicurgai, dihukum guillotin. Selama Rezim Teror berlangsung, sekitar 18.000 orang kehilangan nyawa. Setelah Robespierre menyingkirkan saingannya di Komite, ia memerintah untuk wantu singkat. Akhirnya, ia sendiri dihukum guillotin pada Juli 1794. Dan Rezim Teror pun berakhir.
Direktori
Konstitusi baru disusun pada tahun 1795 dan terbentuk pemerintahan lemah yang disebut Direktori. Perang telah berkobar, dan tentara revolusioner Prancis berhasil menaklukkan Belanda dan Jerman selatan. Seorang jenderal muda, Napoleon Bonaparte (1769-1821), mengambil alih pasukan. Ia menyerbu Italia, Swiss, dan Mesir. Direktori bergantung pada Napoleon. Napoleon menjadi populer dan kuat. Pada tahun 1799, Napoleon menyingkirkan Direktori dan  mengambil alih kekuasaan.

Revolusi Pertanian

Selama abad ke-18, bentang alam di berbagai bagian Eropa berubah dramatis, khususnya Inggris, ketika diperkenalkan metode pertanian baru dan lebih menguntungkan.
Metode pertanian Eropa tidak berubah selama berabad-abad. Namun pada abad ke-18, para pemilik tanah, ahli tanaman, dan peternak, terutama di Inggris mendiskusikan cara-cara yang lebih baik untuk mengelola pertanian dan meningkatkan hasil panen. Para ilmuwan meneliti cara menernakkan hewan, mengelola tanah, dan meningkatkan hasil panen. Berbagai kota dan industri bertumbuh semakin besar, sementara pertanian menghasilkan lebih banyak uang. Ketika keuntungan meningkat, para pemilik tanah semakin giat melakukan penelitian dan eksperimen. Semua ini mendorong terjadinya revolusi pertanian.
Jenis bajak baru dirancang. Pada tahun 1701, seorang petani Inggris, Jethro Tull menciptakan alat penyebar benih yang ditarik kuda. Ini memungkinkan benih ditabur secara mekanik dalam bentuk barisan untuk memudahkan menyiangan. Dengan melakukan rotasi tanaman, kesuburan tanah pun meningkat, sementara dengan pembiakan yang hati-hati, varietas hewan berkembang semakin baik. Semua metode ini membutuhkan investasi modal dan lahan pertanian yang besar.
Tahun-tahun Penting
1701
Jethro Tull menciptakan alat penabur benih untuk mempercepat penanaman
1730
Lord Townshend memperkenalkan sistem tumpang sari
1737
Carolus Linnaeus (1707-1778), ahli botani dan taksonomi Swedia, mengembangkan sistem klasifikasi tanaman
1754
Charles Bonnet menerbitkan studi mengenai nilai gizi dari berbagai tanaman
1804
Ilmuwan Prancis, Sussure, menjelaskan bagaimana tanaman tumbuh
Thomas William Coke (1752-1842), Earl of Leicester, adalah pemilik tanah yang kaya dan anggota Parlemen. Ia terkenal sebagai tokoh Revolusi Pertanian. Setiap tahun, Thomas Coke mengadakan konferensi di rumah pedesaannya, Holkham Hall, di mana para pemilik tanah dan peternakan datang untuk mendiskusikan berbagai metode pertanian. Coke sendiri menciptakan cara menernakkan varietas domba yang baru.
Bentang alam pedesaan mengalami perubahan besar selama abad ke-18. Di banyak wilayah di Inggris, lahan pertanian dibuka di tanah abad pertengahan yang terbuka dan luas. Penduduk desa menyewa bidang-bidang tanah itu. Mereka bekerja berdampingan dengan para tetangga. Sistem ini menyediakan cukup makanan bagi penduduk desa, tetapi tidak cukup untuk dijual ke penduduk kota guna mendapat keuntungan.
Undang-undang Pemagaran
Para pemilik tanah memutuskan bahwa ladang mereka dapat diolah lebih efisien jika dipagari. Pagar dan tembok dibangun di sekeliling ladang dibuka untuk membentuk unit-unit yang lebih kecil dan mudah dikerjakan. Undang-undang Pemagaran disahkan oleh Parlemen antara 1759 dan 1801. Peraturan ini menyebabkan tertutupnya lahan penggembalaan. Terdapat sekitar tiga juta hektar tanah yang dipagari di seluruh Inggris selama Revolusi Pertanian.
Banyak petani penyewa kehilangan pekerjaan dan dipaksa pindah ke kota. Dengan tanah yang luas, para tuan tanah kaya mendirikan rumah megah. Mereka juga membuat taman indah yang dikerjakan oleh para ahli taman yang terkenal seperti Lancelot Brown. Perubahan ini didukung oleh pemerintah, yang juga terdiri atas para tuan tanah. Namun, kebijakan ini menyebabkan penderitaan kaum petani biasa.

Perdagangan dengan Cina (1700-1830)

Perdagangan dengan Cina menguntungkan. Namun, pemerintah Cina tidak menginginkan masuknya pengaruh “orang barbar”. Pedagang Eropa harus mencari jalan lain untuk berdagang.
Sepanjang abad ke-18, sutera, katun, teh, pernis, dan porselen Cina sangat dihargai di Eropa, tetapi berharga mahal dan persediannya terbatas. Para pedagang Portugis, Inggris, Italia, dan Belanda berusaha memperluas perdagangan dengan Cina. Namun, para kaisar Cina yang mengontrol semua kontak antara rakyat dan orang asing tidak tertarik untuk membentuk hubungan. Qianlong (1711-1795), yang berkuasa selama 60 tahun, sejak 1735, adalah seorang filsuf-kaisar yang mendukung kesenian, penulisan puisi, dan mendirikan perpustakaan, tidak mau berhubungan dengan “orang barbar”. Persoalan bagi orang Eropa adalah mereka harus membayar semua barang dengan perak karena pedagang Cina tidak diperkenankan menukar barang asing dengan barang buatan Cina. Selain itu, orang Eropa hanya diizinkan berdagang di Guangzhou (Canton), di mana mereka dibatasi di gedung berbenteng, dan berdagang melalui perantara Cina. Para pedagang Eropa saling bersaing. Mereka berusaha mendapat barang terbaik Cina dan mengirimnya ke Eropa secepat mungkin untuk mendapatkan harga tinggi.
Perdagangan Opium (Candu)
Orang Eropa kemudian mencari cara lain untuk berdagang. Opium telah lama digunakan di Cina untuk pengobatan. Para pedagang menjalin hubungan dengan para penjual obat Cina, menjual opium dalam jumlah besar (5.000 barel per tahun selama 1820-an) dari negeri seperti Burma (sekarang Myanmar). Sebagai imbalannya, mereka mendapatkan barang-barang berharga Cina untuk dijual ke Eropa. Perdagangan meningkat pesat pada akhir abad ke-18. Pemerintah Dinasti Qing (Manchu) berusaha menghentikannya. Pada 1830-an, penggunaan opium menyebar ke seluruh Cina, membuat orang-orang menjadi malas, merusak masyarakat dan perekonomian, serta membuat Cina mengalami kerugian besar.
Dinasti Qing (Manchu)
Para kaisar Qing tidak tertarik membentuk perdagangan karena mereka memiliki masalah yang lebih mendesak di dalam negeri. Tahun-tahun perdamaian dan kemakmuran telah mendorong peningkatan jumlah penduduk (400 juta orang pada tahun 1800) sehingga terjadi kekurangan bahan pangan. Pajak tinggi, korupsi meningkat, sementara penduduk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Dinasti Qing sangat konservatif, terkucil, dan keras kepala. Akibatnya, terjadi protes dan pemberontakan, kerap diorganisasi oleh berbagai perkumpulan rahasia yang memiliki ambisi politik. Sekte Teratai Putih mengobarkan pemberontakan petani yang berlangsung dari tahun 1795 hingga 1804. Pemberontakan ini menyebabkan melemahnya rasa hormat rakyat terhadap Dinasti Qing. Sejumlah bangsa asing, yaitu Rusia, Jepang, Tibet, dan minoritas lainnya, serta orang Eropa di atas kapal layar cepat dan kapal meriam mereka, juga menggerogoti Cina.
Camput Tangan Orang Cina
Para kaisar Qing dibesarkan dengan keyakinan bahwa Cina adalah pusat dunia. Mereka melukiskan negeri mereka sebagai “Kerajaan Tengah, yang dikelilingi oleh bangsa-bangsa barbar”. Ketika seorang Duta Besar Inggris, Lord Macartney, pergi ke Beijing pada tahun 1793, Kaisar Qianlong menolak membahas perdagangan. Sejak itu, orang asing memutuskan untuk mencapai tujuan dengan cara lain. Perdagangan opium pun ditingkatkan. Pada tahun 1800, banyak orang Cina menghadapi kesulitan dalam segala segi kehidupan. Mereka mengisap opium seperi mengisap tembakau sebagai tempat pelarian. Ketika orang Cina berusaha menghentikan perdagangan opium pada tahun 1839, Inggris melawannya. Bahkan, kontrol Cina atas pasokan teh dunia mulai mendekati akhir. Selama era 1830-an, orang Inggris bernama Robert Fortune mencuri beberapa tanaman teh ketika mengunjungi Cina. Ia membawanya ke India dan mendirikan perkebunan teh di sana untuk menyaingi perkebunan teh di Cina.

Penjelajahan di Oseania

Penjelajahan di Oseania berlangsung lebih lambat dibandingkan penjelajahan di belahan dunia lainnya. Penjelajahan di kawasan ini antara lain dipelopori oleh Abel Tasman dan James Cook.
Selama abad ke-17, para pelaut Belanda menjalajahi bagian selatan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Pada 1620-an mereka menemukan pantai utara dan barat Australia. Daerah baru itu mereka namakan “Belanda Baru”.
Pada tahun 1642, seorang Belanda bernama Abel Tasman (1603-1659) menemukan Pulau Tasmania (nama pulau itu diambil dari namanya). Ia berlayar dari Mauritius dan mengarah terlalu ke selatan sehingga tidak melihat Australia. Lebih ke timur, Tasman kemudian menemukan bagian selatan Selandia Baru. Setelah bentrok dengan penduduk Maori, ia kembali ke Batavia (Jakarta) di Hindia Timur Belanda (sekarang Indonesia), dimana dalam perjalanan ini ia menemukan Tonga dan Fiji. Pada tahun berikutnya, ia berlayar di sepanjang pantai utara Australia.
Pada tahun 1688 dan 1699, mualim Inggris William Dampier menjelajahi garis pantai barat dan barat-laut Australia. Para penjelajah ini membuktikan bahwa Australia adalah sebuah pulau. Namun, mereka tidak bermukim di sana. Pasifik masih belum dikenal karena terlalu luas dan miskin untuk menarik kepentingan dagang bangsa Eropa.
Jean-Francois La Perouse (1741-1788) dikirim oleh Raja Louis XVI untuk berlayar mengelilingi dunia dalam suatu ekspedisi ilmiah. Ia mengarungi samudera dengan awak yang terdiri atas para ilmuwan untuk membuat peta, serta mengamati dan mengumpulkan berbagai sampel ketika mengunjungi Kanada, Siberia, dan Australia. Kapalnya menghilang pada 1788.
Perjalanan Kapten Cook
Penjelajan ilmiah pertama di kawasan selatan ini dilakukan oleh Kapten James Cook (1728-1779) yang melakukan tiga kali perlayaran. Kapten Cook ditugaskan untuk berlayar ke Tahiti guna mengamati pergerakan Venus di depan Matahari. Setelah itu, ia secara rahasia dikirim ke selatan untuk membuat peta Selandia Baru dan Australia bagi kepentingan pemerintah Inggris. Pelayaran pertama (1768-1771) membawanya memutari Selandia Baru. Kemudian, ia mendarat di Teluk Botani di Australia, mengklaimnya sebagai milik Inggris. Dalam pelayaran kedua (1772-1775), ia menjadi penjelajah pertama yang mengunjungi Antartika. Namun, ia tidak dapat meneruskannya akibat terhambat bongkahan es. Kapten Cook menemukan manfaat sayuran dan buah-buahan bagi para pelautnya, yang dapat mencegah skorbut (yang disebabkan oleh kekurangan vitamin C). Ia juga membawa seniman yang terlatih dengan baik karena beranggapan bahwa berbagai penemuan harus dicatat seilmiah mungkin. Dalam pelayaran terakhir, yang dimulai pada tahun 1776, ia mengunjungi Tonga, Selandia Baru, Tahiti, dan akhirnya Hawaii, di mana ia terbunuh dalam perselisihan dengan penduduk setempat pada tahun 1779.
Tahun-tahun Penting
1642-1644
Pelayaran Abel Tasman ke Tasmania dan Selandia Baru
1688-1699
William Dampier menjelajahi garis pantai barat dan barat-laut Australia
1766-1768
Bougainvillle menemukan Polinesia dan Melanesia
1768-1771
Pelayaran pertama Kapten James Cook
1772-1775
Pelayaran kedua Kapten James Cook
1776-1779
Pelayaran ketiga Kapten James Cook
1829
Inggris menduduki seluruh Australia
1840
Inggris mengklaim Selandia Baru
Penduduk Pribumi
“Tanah baru” yang dijelajahi oleh Kapten Cook telah dihuni selama ratusan tahun. Orang Maori tinggal di Selandia Baru, sementara orang Aborogin di Australia. Kedua bangsa ini hidup menurut tradisi kuno. Dapat dimengerti apabila mereka khawatir terhadap Cook dan anak buahnya, orang Eropa pertama yang mereka lihat.
Orang Aborogin telah tinggal di Australia selama ribuan tahun. Mereka hidup dengan mengumpulkan makanan dan berburu, serta menggunakan pengetahuan mereka yang sudah maju akan alam. Mereka begitu berbeda dengan orang Eropa. Mereka mengalami benturan kebudayaan. Akibatnya, kebudayaan mereka hampir punah.
Orang Maori diperkirakan berlayar ke Aoteroa (sebutan orang Maori untuk Selandia Baru) dari Polinesia sekitar tahun 750. Mereka merupakan petani, pejuang, dan penduduk desa. Ketika orang Eropa memasuki wilayah mereka, mereka pun melawan.
Para pemukim pertama di Australia tiba pada tahun 1788. Mereka adalah para narapidana yang dikirim dari Inggris. Para pemukim yang bukan tahanan baru tiba pada 1793. Banyak di antara pemukim awal berasal dari Skotlandia, Irlandia, Wales. Mereka membawa penyakit yang kerap membunuh penduduk lokal yang tidak memiliki kekebalan tubuh untuk menghadapi jenis penyakit baru bagi mereka.

Penaklukkan Inggris Atas Kanada

Dua abad setelah Columbus membuka mata orang Eropa bahwa belahan bumi Barat itu eksis, negara-negara besar menetapkan wilayah kekuasaannya. Spanyol mengendalikan apa yang ada di sebelah selatan, wilayah yang sekarang bernama Amerika Selatan, kecuali Brazil, yang berada di bawah kekuasaan Portugis. Orang Inggris menuntut bagian timur dari wilayah yang sekarang bernama Amerika Serikat, dan Prancis mendominasi semua daratan sampai ke utara dan barat dari wilayah yang dikuasai Inggris.
Persaingan Inggris dengan Prancis
Barang-barang banyak ditemukan di wilayah sekeliling Great Lakes dan Sungai St. Lawrence, dan orang Prancis menemukan bahwa bulu hewan ini sangat berkualitas. Tidak lama kemudian terjadi banyak pertikaian antara orang Inggris dan Prancis mengenai perdagangan bulu hewan tersebut. Tahun 1670, Raja Charles II (1630-1685) menyewa perusahaan bernama Hudson Bay Company. Ini menandai permulaan dari upaya Inggris secara besar-besaran untuk menggali sumber-sumber daya di teritori sebelah utara Sungai St. Lawrence.
Tahun 1756, Perang Tujuh Tahun di Eropa mengadu kekuatan Inggris dan Prusia melawan Prancis, Austria, Rusia, Saxonia, dan kemudian Swedia. Perang tersebut mempunyai muatan kepentingan Inggris dan Prancis di Amerika Utara sebagai semacam hiburan selingan, namun berubah menjadi perang yang akhirnya menimbulkan akibat-akibat yang lebih jauh jangkauannya ketimbang pertikaian di Eropa.
Memperebutkan Kanada
Raja George II mengutus Jenderal James Wolfe (1727-1759) yang masih muda namun berotak cemerlang untuk mengepalai pasukan Inggris melawan Jenderal Marquis Louis Joseph de Montcalm (1712-1759) dari Prancis. Klimaks dari deklarasi perang Jenderal Wolfe adalah pertempuran untuk menguasai kota Quebec yang didiami bangsa Prancis. Pasukan Inggris berhasil dalam menutup rapat-rapat Sungai St. Lawrence untuk mencegah setiap pasokan air ke Quebec, namuan Jenderal Montcalm tetap percaya diri bahwa kota yang pertahanannya sudah sangat kuat tidak dapat ditaklukkan. Kuatnya pertahanan itu telah, bagaimanapun juga, menghalangi serangan-serangan Inggris pada tahun 1690 dan 1716. Pasukan Inggris mengejutkan pasukan Prancis dengan didakinya gunung-gunung yang tinggi di sebelah barat Quebec dan Inggris mengalahkan Prancis yang mempertahankan kota itu. Jenderal Wolfe sendiri tewas dalam serangan itu, namun rencananya tetap terwujud dan pasukan-pasukannya mampu merampas ibukota Kanada Prancis tersebut. Jenderal Montcalm juga tewas, dan ini membuat kontes itu menjadi unik dalam artian bahwa kedua jenderal yang memimpin tewas tatkala betul-betul sedang memimpin pasukan-pasukan mereka bertempur.
Kekalahan Prancis di Quebec meneguhkan Inggris tentan statusnya sebagai kerajaan yang adidaya dan paling unggul di antara sebagian besar wilayah Amerika Utara yang sudah didiami oleh bangsa Eropa. Walaupun demikian, penguasaan ini ditakdirkan berumur pendek, karena kegelisahan mulai timbul di 13 koloni sampai ke selatan Sungai St. Lawrence.

Pemberontakan Kaum Yakobit Skotlandia

Pada awal abad ke-18, kesengsaraan orang Skotlandia mendorong klaim keluarga Stuart atas takhta Inggris, memicu pecahnya dua pemberontakan orang Skotlandia.
Ketika Raja James II wafat pada 1688, keluarga Stuart kehilangan cengkraman atas takhta Inggris. Penduduk pegunungan Skotlandia menginginkan seorang Raja Skotlandia. Sementara itu, orang Inggris dengan sengaja berusaha menghancurkan sistem klan penduduk pegunungan, menuntut para laird (kepala klan) untuk berada jauh dari rumah mereka di Edinburg atau London. Akibatnya, para laird memerlukan lebih banyak uang sehingga mereka menaikkan sewa dan mulai mengusir penduduk. Ikatan kekeluargaan di berbagai klan hancur, dan anggota klan menjadi penyewa, tanpa hak sebagai anggota klan.
Di Inggris, Ratu Anne wafat pada 1714. Sepupunya, George dari Hanover (Jerman) menjadi raja baru. George adalah buyut James I dari Inggris yang Protestan, tetapi ia orang asing. Beberapa pihak merasa James Stuart yang berdarah Skotlandia memiliki hak lebih besar. Ia bukan hanya anggota keluarga Stuart, tetapi juga seorang Katolik. Selain itu, banyak orang Skotlandia tidak senang karena negeri mereka disatukan dengan Inggris untuk membentuk United Kingdom (Kerajaan Bersatu) pada 1707. Kaum Yakobit menyerbu Inggris pada 1715, tetapi dikalahkan di Preston, Lancashire.
Kaum Yakobit mendukung James Stuart. Mereka merencanakan pemberontakan di Inggris dari Skotlandia, tetapi gagal. James Stuart kembali dari Prancis, tetapi terlambat: 26 prajurit dihukum mati dan 700 lainnya dikirim ke Hindia Barat sebagai hukuman. Pada 1745, terjadi pemberontakan lainnya. Anak James, Charles Edward Stuart, yang dikenal sebagai “Bonnie Prince Charlie”, secara diam-diam mendarat di barat-laut Skotlandia dan memimpin pemberontakan ’45. Setelah menaklukkan Skotlandia, tentaranya menyerbu Inggris. Mereka mencapai Derby, tetapi tidak dapat bergerak lebih ke selatan. Pada 1746, kaum Yakobit dikalahkan dalam pertempuran di Culledon.
Bonnie Prince Charlie melarikan diri, kembali ke Prancis dengan menyamar. Inggris menguasai Dataran Tinggi, dan pembalasan mereka secara kejam. Para laird Dataran Tinggi dihukum mati dan anggota klan dilarang mengenakan kilt (rok Skotlandia) maupun memainkan bagpipes (alat musik tradisional Skotlandia). Selama bertahun-tahun, tanah klan secara paksa dikosongkan dari penghuni untuk dijadikan lahan merumput bagi kawanan domba, guna memperoleh uang dengan memasok wol ke Inggris. Anggota klan dikirim untuk tinggal di sejumlah kota, Ulster atau wilayah koloni.

Pemberontakan di Amerika Latin

Ketika Eropa bertempur dalam Perang Napoleon, para pemukim di Amerika Latin menjadi semakin gelisah. Mereka memperkuat gerakan kemerdekaan.
Sejak Portugal dan Spanyol membagi Dunia Baru di antara mereka pada 1494, mereka menguasai wilayah jajahan yang sangat luas di Amerika Tengah dan Selatan. Selama berabad-abad, wilayah koloni ini menderita akibat pemerintahan orang Eropa. Pada 1807-1808, Napoleon memasuki Portugal dan Spanyol. Kedua negara ini menjadi medan pertempuran antara pasukan Inggris, Spanyol, dan Portugal melawan pasukan Prancis. Periode kekacauan ini memberi kesempatan bagi wilayah koloni untuk memulai perang kemerdekaan pada tahun 1808 dan menolak menerima saudara Napoleon, Joseph, sebagai Raja Spanyol baru dan sebagai penguasa mereka.
Kemerdekaan
Argentina menyatakan kemerdekaan dari Spanyol pada 1810, diikuti oleh Paraguay pada 1811. Peru mendapat kemerdekaan dari Spanyol pada 1821, demikian pula dengan Meksiko di tahun yang sama. Brazil akhirnya memisahkan diri dari Portugis pada 1822. Venezuela merdeka pada 1830. Gerakan kemerdekaan di Amerika Selatan berutang banyak kepada dua orang pemimpin yang bersemangat, Simon Bolivar (1783-1830) dan Jose de San Martin (1778-1850). Keduanya terinspirasi oleh pemikiran dalam Revolusi Prancis.
Simon Bolivar mengusir orang Spanyol dari Kolombia dan Venezuela. Ia lalu bergabung dengan San Martin untuk membebaskan Peru. Ia menjadi presiden Republik Gran-Kolombia, tetapi tidak berhasil mencegah perpecahan negara itu pada 1830. Jose de San Martin adalah revolusioner yang bergabung dalam gerakan kemerdekaan Argentina. Ia memimpin pasukan menyeberangi Pegunungan Andes ke Cile, dan membebaskannya pada 1818. Pada 1820, ia merebut Lima, Peru.
Pada 1819, Bolivar dan para aristokrat Venezuela lainnya mengalahkan Spanyol di New Granada (Kolombia) dan Peru. Pada 1824, Bolivar bertemu dengan San Martin. Pada 1826, Bolivar memproklamirkan Republik Gran-Kolombia (Venezuela, Kolombia, Ekuador, dan Panama), tetapi republik ini kemudian terpecah-belah. Pada 1825, Peru Hulu menggunakan nama Bolivia sebagai penghormatan terhadap Bolivar. Baik Bolivar maupun San Martin berjuang dalam keadaan yang sangat sulit.
Antara 1808 hingga 1830, 13 koloni bekas koloni di Amerika Selatan meraih kemerdekaan. Meski merdeka, keadaan tidak benar-benar berubah kerena kekuasaan masih dipegang oleh para pemilik perkebunan.

Modernisasi Rusia

Para penguasa yang menggantika Peter yang Agung menempuh strategi westernisasi dan perluasan wilayah. Ini menjadikan Rusia sebuah kekuatan besar di Eropa.
Ketika Peter yang Agung wafat pada 1725, istrinya menjadi Tsarina Catherine I. Namun, Catherine I wafat setelah memerintah selama beberapa tahun. Anna Ivanovna memerintah selama 10 tahun sejak 1730, melanjutkan kebijakan pro-barat Peter dan menyambut banyak orang asing di istana. Rakyat Rusia menderita karena para teman tsarina di St. Petersburg lebih peduli musik, puisi, dan berperang melawan Ottoman atau di Eropa, dibanding memperhatikan nasib para petani.
Sejak tahun 1741, putri Peter, Elizabeth (1709-1762) membuat Rusia semakin memandang ke Barat dan menjadi negara industri. Ia lalu menyatakan perang terhadap Prusia selama Perang Tujuh Tahun. Tsarina Elizabeth memaksa Peter, pewaris takhta Rusia, untuk menikah pada 1745. Istrinya Catherine (1729-1796), berasal dari keluarga bangsawan Prusia yang miskin. Seperti kebanyakan wanita pada zaman itu, Catherine harus menerima perjodohan. Ketika Elizabeth wafat pada 1762, Peter III memerintah sebagai tsar selama setengah tahun.
Catherine II, yang Agung
Peter III adalah seorang yang lemah. Ia dipandang rendah oleh Catherine. Enam bulan setelah dinobatkan, Peter terbunuh dalam suatu pertengkaran. Catherine menyatakan dirinya sebagai tsarina dan menggantikan suaminya. Sekalipun cerdas dan anggun, Catherine menampakkan pribadi yang kejam dalam kehidupan publik.
Untuk menopang peperangan dan kehidupan istana yang boros, Catherine menarik pajak tinggi dan memaksa para pemuda untuk ikut bertempur. Ia merencanakan pembaharuan pendidikan dan kondisi sosial, tetapi hanya sedikit pejabat berpendidikan yang dapat melaksanakannya. Catherine meminta bantuan kaum bangsawan. Sebagai upah, ia menambah kekuasaan para bangsawan. Sementara itu, kondisi para petani semakin memburuk. Kondisi ini menyebabkan munculnya Pemberontakan Pugachev pada 1773-1774 yang dipimpin oleh Pugachev. Para pemberontak merebut kota Kazan. Pugachev menjanjikan penghapusan tuan tanah, perbudakan, pajak, dan dinas militer. Namun, Pugachev dan pengikutnya ditumpas dengan kejam.
Tahun-tahun Penting
1741
Elizabeth menjadi tsarina
1756-1763
Rusia terlibat dalam Perang Tujuh Tahun
1761
Catherine yang Agung menjadi tsarina
1772
Pembagian pertama Polandia
1783
Rusia menduduki semenanjung Crimea
1792
Rusia merebut daaerah pantai Laut Hitam
1793-1795
Pembagian kedua dan ketiga Polandia
1796
Kematian Catherine yang Agung
Kebijakan Luar Negeri
Komisi pembaharuan, terdiri atas para menteri yang ditugaskan Catherine pada 1760-an, gagal menjalankan tugasnya. Karenanya, Catherine memilih pemerintahan yang otokratik, membagi negeri menjadi sejumlah wilayah, masing-masing diperintah oleh para bangsawan.  Ia membiarkan para bangsawan menangani urusan dalam negeri Rusia.
Keinginannya untuk mendapatkan kejayaan tampak dari cara ia memperluas wilayah Rusia. Strategi perluasan ini dirancang oleh dua menterinya, Count Alexander Suvarov dan Grigori Potemkin. Di bagian utara dan barat, wilayah baru diperoleh melalui peperangan dengan Swedia pada tahun 1790. Wilayah Polandia diperoleh ketika negeri itu pecah, memberi Rusia pelabuhan laut yang penting di Laut Baltik.
Di selatan, Rusia merebut Azov. Rusia juga merebut Laut Hitam dari tangan orang Ottoman, kemudian Crimea, dan seluruh pantai utara Laut Baltik pada 1792. Rusia membangun sebuah angkatan laut yang kuat di kawasan ini. Di timur, Rusia perlahan menguasai Siberia.
Catherine adalah seorang yang kejam. Anggota istana dihukum cambuk, sementara petani yang berani mengeluh atas kesengsaraan mereka akan dihukum. Banyak orang miskin mengalami kelaparan. Namun, Catherine tetap mengumpulkan pajak tinggi untuk mendanai perang dan gaya hidupnya yang mewah.