Tuesday, October 2, 2012

Wabah Pes

Selama berabad-abad sebelum merebaknya penggunaan antibiotik pada abad ke-20, penyakit mewabah di mana-mana dan epidemi bukan sesuatu yang tidak lazim. Usia harapan hidup rata-rata manusia kurang dari 40 tahun, dan angka kematian bayi jauh lebih tinggi dibandingkan sekarang. Meskipun demikian, Wabah Pes, atau “Maut Hitam (Black Death)”, yang melanda Eropa di pertengahan abad ke-14, adalah sebuah malapetaka di bidang ilmu kedokteran yang tidak dapat disamai wabah apa pun dalam sejarah manusia.

Sebelum Wabah Pes, epidemi yang terjadi biasanya cukup parah, namun hanya berlangsung sebentar. Apalagi, epidemi itu terjadi hanya sebatas wilayah geografis yang relative kecil. Sebaliknya, cengkeraman Maut Hitam sangat kuat, dan penyebarannya meluas sampai seantero Eropa, dari Sisilia hingga Swedia dan dari Inggris hingga Spanyol.
Nama penyakit ini diambil dari kondisi tampilannya, yaitu gumpalan darah berwarna kehitam-hitaman yang terbentuk di bawah kulit. Gumpalan-gumpalan darah ini biasanya disertai suhu badan yang sangat tinggi, linu yang luar biasa, kelenjar yang membengkak, yang akhirnya menyebabkan kematian. Pneumonia atau sifilis yang tak dapat disembuhkan sering kali menyertai gejalanya. Karena penyebab penyakit tersebut tetap tidak diketahui, kalangan luas mempercayai bahwa penyakit ini adalah perbuatan tangan Tuhan. Padahal secara klinis, Maut Hitam memang betul-betul wabah bubon, yang disebabkan oleh kuman-kuman Bacillus pestis yang masuk ke aliran darah melalui gigitan kutu yang dibawa oleh tikus besar berbulu coklat.
Di mana-mana orang menjadi gila akibat ketakutan. Ada orang-orang yang bunuh diri dan ada yang membakar segala harta bendanya dalam upayanya untuk menghentikan menyebaran penyakit tersebut, namun mereka sia-sia. Kegagalan doa-doa yang dinaikkan oleh penganut agama untuk menghentikan memuncaknya Wabah Pes itu menghasilkan ketidaksenangan di pihak Gereja. Maka, aktivitas-aktivitas yang menentang agama pun, misalnya “Misa Hitam”, mulai muncul.
Korban tewas akibat Wabah Pes ini diperkirakan berkisar antara 25 sampai 35 juta jiwa. Jumlah ini menunjukkan bahwa antara tahun 1348-1350, sepertiga dari seluruh penduduk Eropa telah musnah. Sejumlah kota kecil kehilangan 90% dari penduduknya. Hamburg di Jerman kehilangan duapertiga dari warganya, dan ada kemungkinan bahwa hampir sebagian dari penduduk Inggris tewas. Banyak keluarga yang seluruh anggotanya menjadi korban, dan banyak pula yang tercerai-berai menjadi yatim piatu dan diadopsi oleh keluarga-keluarga yang lain.
Ekonomi Eropa berubah secara drastis. Kurangnya tenaga buruh yang sangat menyolok mengakibatkan meningkatnya upah, harga barang-barang yang lebih tinggi, dan inflasi ringan. Banyak pebisnis menjadi bangkrut dan para pemilik tanah kehilangan tanah miliknya karena dalam banyak kasus, mereka tidak punya anak buah untuk menjalankan took atau mengelola tanah. Sistem feodal buruh yang intensif mulai terpecah.
Wabah Pes tersebut mempercepat terjadinya perubahan perjalanan sejarah Eropa. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi ekonomi Eropa, melainkan kehidupan beragamanya juga. Dengan menunjukkan bahwa Gereja tidak berdaya ketika menghadapi penyakit itu, Wabah Pes dengan cara yang mulus telah mempercepat Reformasi Protestan.
Meskipun setelah tahun 1350 Wabah Pes tidak separah sebelumnya, wabah tersebut terus bertahan hingga beberapa tahun berikutnya. Korban tewasnya begitu tinggi sehingga diperlukan jangka waktu 200 tahun lagi untuk membuat jumlah penduduk Eropa mencapai angka seperti pada tahun 1347.

0 komentar:

Post a Comment