Tuesday, October 2, 2012

Perang Salib

Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476, Kekaisaran Romawi Timur terus mengawasi jalan masuk ke tempat-tempat suci orang Kristen di Yerusalem dan Betlehem. Akan tetapi, pada tahun 610, Yerusalem direbut oleh bangsa Persia, yang menguasainya hingga tahun 630. Pada tahun yang sama, Nabi Muhammad mulai menyebarkan ajaran bahwa Islam harus disebarkan, dan para pengikutnya menguasai Yerusalem pada tahun 683. Menjelang awal abad ke-8, mereka menaklukkan pantai-pantai Laut Mediterania, dari Spanyol hingga Konstantinopel. Mereka senantiasa bertenggang rasa terhadap orang-orang Kristen yang berziarah ke tempat-tempat suci, dan Charlemagne bahkan membentuk aliansi dengan Khalifah Harun al-Rasyid (764?-809).

Tahun-tahun Penting
1095-1099
Perang Salib I, untuk merebut Palestina dan Suriah
1187
Perang Salib II, Saladin merebut kembali Yerusalem
1189-1192
Perang Salib III
1202-1204
Perang Salib IV, penjarahan Konstantinopel
1212
Perang Salib Anak-anak
1218-1221
Perang Salib V- gagal
1228-1229
Perang Salib VI- sukese sebagian
1291
Palestina direbut oleh sultan Mesir
Tahun 1071, kaisar dari Kekaisaran Byzantium Romanus Diogenes mendeklarasikan perang terhadap orang Turki Seljuk, namun ia mengalami kekalahan. Ini mengakibatkan tumbangnya Kekaisaran Byzantium dan huru-hara umum di seantero Timur Tengah sementara khalifah-khalifah Arab dan sultan-sultan Turki yang bersaing saling merebut batas kekuasaan atas wilayah-wilayah yang tersisa. Pada saat itu orang Turki Seljuk berhasil memotong jalan masuk ke Tanah Suci bagi orang Kristen di Eropa. Pada tahun 1095, di Sidang Clemont, Paus Urbanus II menyerukan kepada orang Kristen untuk membebaskan Palestina dari kekuasaan kaum Muslim. Para ksatria dan rakyat jelata mengikuti seruan itu di bawah pimpinan Peter si Pertapa dan Walter si Miskin. Kebanyakan di antara mereka tidak pernah mencapai Palestina, sementara sisanya menjadi gerombolan orang kelaparan dan liar. Pada tahun 1099, satu pasukan tentara Salib berdisiplin tinggi merebut kembali Yerusalem, dan Perang Salib Pertama dinilai berhasil. Mereka membunuh banyak penduduk. Mereka lalu mendirikan empat kerajaan Pasukan Salib di Palestina dan Suriah. Pada mulanya, orang Sarasen, sebutan Pasukan Salin bagi orang Turki Seljuk, membiarkan keberadaan kerajaan Pasukan Salib itu.
Namun, beberapa anggota Pasukan Salib melakukan tindakan buruk kepada kaum Muslim. Pada 1187, Sultan Salahudin al-Ayyubi (Pasukan Salib memanggilnya Saladin) yang Muslim mengalahkan Pasukan Salib dan merebut kembali Yerusalem. Pada 1191, Raja Richard I dari Inggris, yang dijuluki di Hati Singa, memimpin pasukan ke Tanah Suci. Ia merebut Siprus dan kota Akra, tetapi tidak dapat merebut kembali Yerusalem. Saladin menghormati Richard. Mereka berdua akhirnya menandatangani perjanjian untuk membagi Tanah Suci, termasuk Yerusalem. Pasukan Salib mendirikan ‘Kerajaan Kedua’ di kota suci dengan pusat di Akra.
Perang Salib Keempat, tahun 1200-1204, tidak berhasil mengamankan Yerusalem, namun bangsawan-bangsawan Perancis benar-benar menjarah Kontantinopel sebagai ganti biaya pejalanan dari Italia dan mendirikan kerajaan Kristen Romawi di sana yang bertahan hingga tahun 1262.
Tidak ada satu pun dari keempat Perang Salib berikutnya, yang terjadi antara tahun 1212 dan 1270, yang berhasil seperti Perang Salib Pertama. Sebagian besar di antaranya sama sekali pengalami kegagalan. Agaknya, Perang Salib yang paling tragis adalah Perang Salib Anak-anak tahun 1212. Hanya 201 dari 50.000 anak-anak yang berasal dari Perancis dan Jerman ke Tanah Suci kembali dalam keadaan masih hidup. Sisanya mati kelaparan atau ditangkap untuk dijadikan budak.
Perang Salib Kelima yang dilancarkan untuk menyerbu Mesir mengalami kegagalan. Tiga perang salib terakhir (1218-1272) juga menemui kegagalan. Palestina akhirnya ditaklukkan pada 1291 oleh Sultan Mesir.
Dari segi sejarah, makna Perang Salib bagi Eropa bukan karena perang-perang itu merupakan serangkaian kekalahan militer, melainkan fakta bahwa semua itu mengakibatkan Eropa membuat kontak dengan Timut. Meskipun perang-perang itu gagal dalam membebaskan Yerusalem secara pemanen dari kekuasaan orang Arab, semua Perang Salib itu dinilai berhasil membuka sebuah cakrawala baru dan memberikan sebuah sudut pandang yang luas bagi orang Eropa. Faktanya, banyak orang percaya bahwa Perang Salib adalah sesuatu yang mempercepat perubahan yang akhirnya mengantarkan lahirnya Renaisans.

0 komentar:

Post a Comment