Tuesday, October 2, 2012

Perjalanan Marco Polo

Sebelum abad ke-13, kesan-kesan yang dimiliki penduduk Eropa mengenai Asia didasarkan pada pengalaman mereka yang mengerikan dengan bangsa Mongol, dan mereka sangat tidak memiliki pengetahuan mengenai budaya Cina yang pelik selain budaya Mongolia. Karena sesungguhnya belum pernah ada interaksi antarbudaya, mereka tidak saling mengenal secara memadai sehingga mereka tidak tahu bagaimana harus membuka sebuah dialog. Abjad, bahasa, dan tradisi budaya masing-masing berkembang tanpa saling bergantung, dan jelas berbeda.

Beberapa orang Eropa sudah pernah mendengar tentang Cina, namun tak seorang pun yang pernah mengunjungi negara itu dan kembali untuk memberikan informasi sampai Nicolo Polo dan saudara laki-lakinya, Maffeo Polo berkunjung sendiri pada tahun 1269.
Kedua kakak-beradik itu, yang berasal dari kota mandiri Venesia di Italia (yang merupakan salah satu kota dagang terpenting di Eropa) sudah berlayar sejauh Laut Hitam hingga dengan tujuan berdagang di mana mereka berjumpa sejumlah penduduk Turkestan. Melalui mereka, kedua bersaudara Italia tadi berkenalan dengan utusan-utusan istana Kubilai Khan (1215-1294), kaisar Cina di Mongol. Utusan Cina itu mengundang kakak-beradik Polo untuk singgah di Cina dan berkenalan dengan kaisar mereka yang belum pernah berjumpa dengan orang Eropa; Kubilai Khan, yang sangat tertarik pada apa yang mereka utarakan, menyuruh mereka untuk meminta kepada paus agar mengutus misionaris dan mengajarkan agama Kristen, kesenian Barat, dan kesusastraan Barat kepada orang Cina.
Tatkala kedua kakak-beradik itu kembali ke Italia pada tahun 1269, orang-orang senegerinya tidak sanggup membayangkan kehebatan cerita mereka. Tahun 1271, Polo bersaudara memutuskan untuk kembali ke Cina, dan kali ini dengan membawa seorang remaja laki-laki, putra Nicolo, yang bernama Marco. Kubilai Khan terpesona melihat penampilan pemuda belia itu dan dia dijadikan duta besar berkuasa penuh, diutus untuk menjalankan banyak misi di lingkungan Cina hingga Tibet dan Birma (Myanmar). Marco Polo (1254?-1324) melihat lebih banyak Asia ketimbang yang pernah disaksikan atau bahkan pernah diimpikan oleh orang Eropa manapun. Bersama-sama ayah dan pamannya, Marco menetap di Cina selama 20 tahun lebih. Ia mempelajari bahasa-bahasa dan adat-istiadat di Asia dan mengenal beragam bangsa dengan segala perbedaannya. Ketika Polo kembali ke Venesia pada tahun 1295, mereka sekali lagi diperhadapkan dengan sikap ketidakpercayaan. Namun, setelah mereka memperlihatkan apa yang mereka telah pelajari di Cina, penduduk Venesia akhirnya merasa yakin dan Polo bersaudara disambut serta dihormati.
Banyak hal menakjubkan yang mereka bawa kembali dari Cina tidak pernah dilihat di Eropa sebelumnya. Bahkan ada sebuah dongeng–yang tidak dibuktikan kebenarannya–bahwa mereka memperkenalkan spageti di Italia yang dibawa dari Cina. Adalah mungkin bahwa buku karya Marco Polo, The Travels of Marco Polo, merupakan salah satu buku perjalanan paling terkenal dan paling berpengaruh sepanjang sejarah. Kehebatannya dalam menggambarkan sesuatu secara rinci melengkapi cakrawala orang Eropa Abad Pertengahan dengan informasi yang substansial mengenai Cina dan negara-negara Asia lain.
Karena perjalanan darat sulit dilakukan, perdagangan antara Eropa dan Timur Jauh berjalan lamban. Namun, jalur perdagangan dibuka setelah Marco Polo menunjukkan rincian rute-rute yang dapat dilalui. Benar, perjalanan laut Christhoper Columbus dua abad kemudian diilhami oleh sebuah hasrat untuk menemukan sebuah rute ke Cina dengan cara yang lebih mudah.

0 komentar:

Post a Comment