Saturday, October 20, 2012

Columbus “Menemukan” Amerika


Beberapa peristiwa telah membentuk sejarah umat manusia sebagaimana kedatangan Christopher Columbus (1451-1506) di Benua Amerika. Columbus tidak menemukan Amerika–sudah ada penduduk asli yang jumlahnya mencapai Sembilan juta jiwa di belahan bumi Barat ketika Columbus menjejakkan kakinya di pantai El Salvador. Meskipun demikian, penduduk asli Amerika tidak memiliki pengetahuan tentang eksistensi dunia belahan Timur sebesar kesadaran penduduk Eropa mengenai eksistensi pulau-pulau di Amerika. Kedua wilayah itu  berbeda dan sama sekali tidak bergantung satu sama lain, seakan-akan keduanya betul-betul berada di planet yang terpisah. Orang-orang Viking di bawah kepemimpinan Leif Ericson (970-1020) sudah menetap untuk waktu yang singkat di Nova Scotia pada tahun 1000 Masehi, namun mereka tidak pernah menyadari bahwa mereka telah menginjakkan kaki di belahan bumi yang lain. Columbus membuka jalan untuk kedua belahan bumi ini dalam berinteraksi.
Sekarang, kita tahu bahwa dunia berbentuk bulat dengan tanah-tanah datar yang padat di belahan timur maupun barat. Meskipun demikian, sebelum era Columbus, pandangan yang diterima di Eropa adalah bahwa bumi itu datar seperti sebuah meja, dan bahwa jika kita berlayar mengarungi samudera hingga jarak yang sangat jauh, kita akan gagal mencapai ujung bumi. “Dunia”–daratan padat yang kita diami–dikelilingi oleh air, dan hanya sebatas itu.
Columbus lahir di Genoa, sebuah kota palabuhan di Italia, dan merupakan salah satu dari sekelompok orang yang percaya bahwa dunia berbentuk bulat dan bahwa orang dapat pergi ke timur atau ke barat dan akhirnya bertemu kembali di titik di mana ia memulai perjalanannya.
Ada juga sebuah alasan praktis untuk membuktikan teori ini. Menjelang abad ke-15, perdagangan dengan Timur Jauh, yang dikembangkan oleh pedagang-pedagang Venesia yang mengikuti jalur perjalanan Marco Polo, berjalan baik di Eropa. Akan tetapi, rute perdagangan lewat darat yang dirintis Marco Polo menjadi sebuah perjalanan yang sangat panjang dan sukar. Para nahkoda, seperti Columbus, yang mempercayai teori bahwa dunia itu bulat, merasa yakin bahwa mereka dapat mencapai Timur Jauh dengan berlayar menuju Barat.
Columbus berupaya mencari sebuah sokongan dari pemerintah yang bersedia menanggung biaya perjalanannya. Permohonannya ditolak oleh Genoa, Venesia, maupun Portugal. Ia selanjutnya berpaling kepada Raja Ferdinand V (1452-1516) dan Ratu Isabella I (1451-1501) dari Spanyol. Mereka sepakat untuk menyerahkan tiga buah kapal–Nina, Pinta, dan Santa Maria–termasuk anak buah kapalnya untuk perjalanan itu. Columbus mulai berlayar pada 6 September 1492 dan, setelah pelayaran berjalan lima minggu di mana semua anak buah kapalnya nyaris memberontak, ekspedisi itu mendarat di El Salvador, Kepulauan Hindia Barat, 12 Oktober tahun itu.
Columbus kembali ke Spanyol pada 15 Maret 1493 dan berlayar beberapa kali lagi untuk mendapatkan wilayah jajahan. Langkah ini dilakukan secara berturut-turut pada tahun 1493, 1500, dan 1502. Ia meninggal dunia dalam kondisi miskin dan terabaikan pada tahun 1506 sengan membawa keyakinan bahwa dirinya telah mencapai Asia. Penemuan-penemuannya ditanggapi dengan antusias oleh orang-orang Spanyol, yang dengan menggebu-gebu berupaya menjelajahi dan menjajah yang akhirnya menghasilkan sebuah penelitian atas sebagian besar pantai timur dari belahan bumi Barat selama satu generasi. Bangsa Spanyol itu pun akhirnya sadar bahwa Columbus sebetulnya telah menemukan sebuah “Dunia Baru”.

0 komentar:

Post a Comment