Tuesday, October 2, 2012

Jenghis Khan dan Kekaisarannya

Pada abad ke-13, orang-orang di Cina sangat tidak tahu bahwa di Eropa memang ada manusia, demikian juga sebaliknya. Namun, semua penduduk Cina itu merasa sangat ngeri oleh karena hadirnya satu orang pria. Entah bagaimana caranya, ia dan “gerombolannya” seakan-akan datang dari negeri antah-berantah, sambil menyuntikkan ketakutan ke dalam hati setiap orang dari satu ujung bumi ke ujung yang lain.

Jenghis Khan (1167-1227), seorang panglima tertinggi yang sangat tidak mengenal halusnya peradaban Cina maupun Eropa. Ia tidur di tenda-tenda yang terbuat dari kulit binatang, dan dengan mengendarai kuda Mongolia yang kekar serta berlari kencang, ia tampil laksana tokoh militer paling berhasil dalam sejarah. Menjelang akhir abad ke-12, ia menjadi pemimpin gerombolan orang Mongol yang tidak melihat adanya rambu-rambu untuk memiliki Kekaisaran Mongol yang besar.
Bangsa Mongol adalah orang-orang yang suka mengembara dan hidup di dataran-dataran yang luas di Asia Tengah. Selama bertahun-tahun mereka mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan mendiami tanah datar yang luas dan kering, berkelahi dnegan sesame dan merampok penduduk desa-desa yang terletak di sekeliling Kekaisaran Cina. Hanya segelintir orang di luar wilayah tempat tinggal mereka yang pernah mendengar tentang orang Mongol. Tembok Besar Cina, yang mulai dibangun sekitar tahun 220 SM, lazimnya membuat mereka tetap bertahan hidup, dan sebagian besar dari wilayah Eropa jaraknya mencapai ribuan kilometer dari tanah-tanah gersang berhawa dingin yang didiami orang-orang Mongol itu. Pada hakikatnya, tidak ada tembok atau jarak yang akan menjadi persoalan.
Jenghis Khan pertama kali mengarahkan perhatiannya kepada orang-orang Tartar. Setelah mengalahkan mereka, ia beralih ke selatan, yaitu Cina, di mana Dinasti Qin sedang berada di ambang kehancuran dan oleh karena itu, menjadi sasaran jarahan yang empuk bagi orang-orang Mongol. Jenghis Khan merebut Peking (Beijing) pada tahun 1214 dan segera menduduki sebagian besar wilayah Cina. Tahun 1219, ia menoleh ke barat, yaitu ke wilayah-wilayah yang belum pernah mendengar tentang penaklukkan-penaklukkan yang dilakukannya.
”Gerombolan Mongol”, bak samudera menunggang kuda yang dibekali persenjataan berat. Mereka datang untuk menjadi terkenal, membabat Rusia, menghancurkan Kekaisaran Persia, mencaplok Polandia dan Hongaria serta mengancam seantero Eropa. Selama delapan tahun berikutnya, Jenghis Khan menciptakan kekaisaran berdampingan terbesar yang belum pernah disaksikan oleh dunia. Hanya Kerajaan Inggris, apabila termasuk Kanada dan Australia, yang dapat mengunggulinya. Tidak seperti Alexander yang Agung, para Caesar Romawi, atau kaisar Persia, gagasan Jenghis Khan untuk menang bukanlah untuk menduduki suatu wilayah dan memerintah penduduk setempat, melainkan memperkosa, menjarah, dan menghancurkan apa saja yang ada di depan mata. Sikapnya yang melecahkan harkat manusia membuatnya sangat ditakuti di seluruh wilayah Eurasia.
Meskipun demikian, keberhasilan gerombolan itu seluruhnya bergantung pada kemampuan Jenghis Khan dalam memimpin dan menyatukan orang-orang Mongol. Ketika Ogadai Khan (1185-1241) menjadi pemimpin sepeninggal Jenghis, dan melanjutkan tradisinya untuk menaklukkan wilayah-wilayah lain, kendaraan berat yang sangat besar milik orang-orang Mongol itu betul-betul kehabisan bahan bakar dan mereka pun kembali ke Asia Tengah.
Untuk jangka panjang, dampak paling penting yang ditimbulkan oleh Kekaisaran Mongol adalah bahwa penduduk di kedua ujung bumi–Cina dan Eropa–menyadari bahwa pihak lain itu eksis. Perang Salib telah membuka kembali dialog masa lalu antara Eropa dan Timur Tengah, namun sebelum orang-orang Mongol, penduduk Eropa sama sekali tidak sadar bahwa ada wilayah yang bernama Timur Jauh.

0 komentar:

Post a Comment