Tuesday, October 2, 2012

Piagam dan Palemen Inggris Abad Pertengahan

Pada abad ke-13, perebutan kekuasaan semakin meruncing di antara raja dan para bangsawan Inggris. Kekuasaan mutlak para penguasa dipertanyakan oleh orang-orang yang diperintah.

Tahun-tahun Penting
1215
Raja John enggan mencantumkan segelnya di atas Magna Carta
1216
Raja John wafat. Putranya yang berusia Sembilan tahun, Henry III, menjadi raja
1225
Magna Carta menjadi undang-undang di Inggris
1227
Henry III, yang berusia 20 tahun, mulai memerintah
1258
Reformasi hukum–Ketetapan Oxford
1265
Simon de Montford menyerukan pembentukan Parlemen
1272
Edward I menjadi Raja Inggris
1295
Model Parlemen Edward I
1307
Edward II menjadi Raja Inggris
1388
Penentangan tehadap Richard II
 Raja John dari Inggris, anak bungsu Raja Henry II, terkenal cepat murka. Tidak heran jika ia tidak disukai oleh para baron di wilayah Anjou dan Poitiers yang dikuasai Inggris. Kedua daerah itu jatuh ke tangan Perancis. Di Inggris, John mengenakan pajak tinggi bagi para baron dan memerintah sangat keras sehingga mendorong pemberontakan. Para baron mengancam John. Mereka menuntut agar John menerima hak-hak tradisional mereka serta mematuhi hukum.
Magna Carta
Pada tahun 1215, para baron menemui Raja John di sebuah padang rumput bernama Runnymede, di tepi Sungai Thames. Di sana, mereka memaksa John untuk mencantumkan segel kerajaan di atas Magna Carta, yang berarti ‘piagam agung’. Piagam ini meluputi banyak hal penting, termasuk masalah wewenang dan kekuasaan para sherif serta berbagai hak hukum bagi orang merdeka dan kota. Raja setuju untuk mematuhi hukum itu. Raja tidak diizinkan memungut pajak tanpa persetujuan Majelis Agung para bangsawan. Tidak lama setelah menyetujui piagam tersebut, John berbalik mengingkarinya. Perang saudara pun pecah. Tidak lama kemudian John wafat, meninggalkan takhta kepada anaknya yang masih muda, yaitu Henry III. Magna Carta disahkan kembali. Pada tahun 1225, Magna Carta dijadikan undang-undang Inggris. Henry III adalah raja yang tidak cakap memerintah dan menghabiskan banyak uang negara. Karenanya, para baron bersatu kembali, kali ini dipimpin oleh Simon de Montfort. Mereka memaksa Henry III agar berkonsultasi dengan Majelis Agung untuk segala urusan penting. Seperti ayahnya, Henry III kemudian mengingkari janjinya, tapi de Montfort mengalahkannya dalam pertempuran di Lewes. Simon de Montfort dan  Majelis Agung lalu memerintah Inggris atas nama Henry.
Kekuatan Parlemen
Pada tahun 1265, Simon de Monfort menyerukan pembentukan parlemen baru yang terdiri atas dua kamar, House of Lords (sebelumnya Majelis Agung para bangsawan dan uskup) dan House of Commons terdiri atas dua orang ksatria dari setiap desa yang mewakili rakyat, dan dua orang warga terhormat dari setiap kota kecil. Kemudian, Raja Edward I (1272-1307), penguasa yang berhasil, memperbarui hukum dan pemerintahan di Inggris. Ia membentuk satu Model Parlemen yang memasukkan lebih banyak perwakilan dari negeri itu. Namun, kekuasaan tetap dipegang raja. Pada tahun 1388, Raja Richard II bentrok dengan Parlemen yang melucuti beberapa hak raja.
Seiring waktu, kekuatan parlemen berangsur berkembang. House of Commons perlahan memperoleh kekuasaan lebih besar, meskipun parlemen masih didominasi oleh kelas atas. Baru pada abad ke-20, demokrasi utuh diterapkan sepenuhnya.

0 komentar:

Post a Comment