Tuesday, October 2, 2012

Penemuan Mesin Cetak

Kini, mencetak banyak eksemplar dari sebuah dokumen yang spesifik, adalah sesuatu yang kita anggap wajar sebagai unsur yang esensial dalam komunikasi tertulis maupun lisan. Padahal, selama 5000 tahun sejak abjad pertama kali hingga digunakan hingga pertengahan abad ke-15 setiap dokumen tertulis yang ada di manapun di muka bumi–dengan pengecualian beberapa buah di Cina–adalah orisinil. Jika dibutuhkan beragam contoh dari sebuah naskah asli, contoh-contoh ini harus disalin dengan tulisan tangan, sebuah tugas berat yang bisa memakan waktu sampai bertahun-tahun. Di Eropa masa Abad Pertengahan, banyak biarawan mempersembahkan seluruh masa hidupnya untuk menyalin Alkitab termasuk banyak dokumen penting lain.

Cetak-mencetak–suatu proses yang menggunakan mekanisasi untuk memperbanyak dokumen tertulis–dimulai dengan lahirnya gagasan mengukir kayu untuk menggambarkan huruf-huruf ataupun kata-kata, mengolesinya dengan tinta dan kemudian menempelkan hasil ukiran itu pada permukaan kertas atau material-material lain. Bi Zheng (Pi Cheng) di Cina diakui secara umum sebagai pencipta keterampilan cetak-mencetak. Tahun 1041, ia mencetak dokumen-dokumennya yang pertama dengan menggunakan cetakan huruf, yang sudah ia bakar dalam tanah liat dan kemudian dibentuk menjadi kalimat. Proses Bi Zheng diperbaiki oleh Wang Zhen pada tahun 1298, yang membuat huruf-hurufnya dari kayu keras dan selanjutnya mencetak buku-buku dan bahkan surat kabar.
Sementara perdagangan yang dilakukan orang Eropa dengan Cina meluas dan berkembang selama beberapa abad berikutnya, proses cetak-mencetak mulai dikenal di dunia Barat. Tahun 1423, Laurence Janszoon Coster (1370-1440) dari Belanda mengeksperimenkan cetak-mencetak abjad Romawi dengan menggunakan huruf-huruf yang terbuat dari logam untuk menghasilkan sebuah piring cetak tanah liat. Metode-metode ini merupakan sebuah kemajuan pesat dibandingkan menyalin naskah dengan tangan. Meskipun demikian, sampai saat itu, metode ini masih sulit diterapkan. Tahun 1436, seorang berkebangsaan Jerman bernama Johann Gutenberg (1400-1468) yang ketika itu berusia 39 tahun mulai memanfaatkan penggunaan mesin–mesin cetak–yang membuat cetak-mencetak menjadi proses yang jauh lebih cepat dan lebih ekonomis. Ia menggandakan sejumlah penyesuaian dan perubahan terhadap gagasan Bi Zheng untuk memindah-mindahkan dan menggabungkan huruf-huruf yang jumlahnya mencapai ratusan hingga memenuhi halaman kosong. Gutenberg menerbitkan edisi pertama Alkitab yang diproduksi secara missal di Mainz, Jerman, pada tahun 1456, dan dalam kurun waktu beberapa dasawarsa, mesin-mesin cetak beroperasi di seluruh Eropa.
Boleh jadi Gutenberg tidak menciptakan cetak-mencetak namun ia mempercepat lahirnya mesin cetak yang mencetuskan perubahan secara mendasar yang terbesar dalam sejarah komunikasi antarmanusia–sebuah dampak yang lebih besar dari apa pun yang pernah ada sebelumnya dan yang lebih jauh jangkauannya dibandingkan apa pun yang akan terjadi dalam kurun waktu 500 tahun berikutnya.

0 komentar:

Post a Comment