Friday, September 20, 2013

Ratu Victoria Memerintah Inggris Raya

Pada kurun waktu ketika hak-hak perempuan masih dianggap sesuatu yang masih sangat baru, ia merupakan sosok paling kuat pada abad ke-19 yang memimpin monarki terbesar yang pernah disaksikan oleh dunia. Lahir dari ibu keturunan Jerman dan ayah yang meninggal dunia ketika ia baru berusia delapan bulan, ia memerintah paling lama dibandingkan penguasa manapun dalam sejarah Britania—64 tahun. Nama pemimpin negara ini, Victoria (1819-1901), dipakai untuk menamai era yang merupakan masa keemasan Inggris oleh karena pencapaiannya di bidang politik, budaya, dan industri.
Naik Takhta
Victoria adalah putri Edward, Duke of Kent, putra keempat Raja George III dan Putri Victoria Maria Louisa, putri Duke Franz dari keluarga kekaisaran Jerman yang merupakan campuran dari Saxe-Coburg-Gotha, dan kakak perempuan dari Raja Leopold I dari Belgia. Victoria menjalani kehidupannya dengan menyendiri sampai usia 18 tahun ketika, pada tahun 1837, pamannya, Raja William IV (1765-1837) wafat dan secara mendadak, ia menjadi Ratu Kerajaan Britania Raya dan Irlandia. Remaja putri yang selalu dilindungi itu menerima berita penunjukkan dirinya dengan sikap dingin dan berhati-hati, dan pada pertempuan pertama dengan dewan penasehat kerajaan Privy Council,”Victoria,” demikian kenang Arthur Wellesley, Duke of Wellington (1769-1852), “tidak hanya dihormati, melainkan menyerap perhatian seisi ruangan”.
Masa Keemasan Inggris
Victoria menikah dengan sepupunya, Prince Albert of Saxe-Coburg (1819-1861), pada tanggal 10 Pebruari 1840, dan mereka dianugerahi sembilan orang anak. Setelah Pangeran Albert meninggal dunia, Victoria berduka selama 40 tahun dan ia memelihara kerajaan yang ia perintah.
Ratu Inggris pertama dari sebuah monarki yang berlangsung selama dua abad, Victoria adalah sosok pemegang kekuasaan yang kuat dan dipersiapkan untuk berperan aktif dalam urusan-urusan dalam negeri. Ia memerintah dengan tegas dan aktif, dan ia memerintah dengan begitu menyeluruh sehingga ia tidak mau mengizinkan putranya, yang kelak menjadi Raja Edward VII, untuk memerintah menggantikan dia. Sekalipun usia Edward mendekati 60 tahun ketika ibunya wafat, ratu ini tetap aktif hingga akhir hayatnya.
Victoria adalah pendukung yang teguh dalam perluasan ruang lingkup Kerajaan Inggris, yang mencapai puncaknya sepanjang paruh kedua semasa pemerintahannya dan mencakup sebagian besar Afrika, termasuk Kanada dan Australia. Tahun 1876, perdana menteri kesayangannya, Benjamin Disraeli (1804-1881) dari Partai Konservatif, meminta gelar Parlemen merundingkan gelar tambahan bagi Victoria, yaitu Maharani India. Konon, dan memang terbukti kebenarannya, pada masa pemerintahan Victoria, Kerajaan Inggris tidak pernah mengalami masa kelam.
Revolusi Industri yang digabungkan dengan besarnya kekayaan kerajaan menjadikan Inggris pusat budaya dan teknologi di dunia. London menjadi kota yang paling besar dan paling makmur di muka bumi. Sementara itu, ilmu dan kesusastraan berkembang pesat tanpa tertandingi oleh pemerintahan mana pun. Victoria adalah zaman keemasan Britania, dan kejayaan ini tetap berada di puncaknya ketika Victoria wafat pada tahun 1901, dalam usia 81 tahun.

0 komentar:

Post a Comment