Friday, September 20, 2013

Perang Candu

Pedagang Eropa menggunakan kekuatan adiktif candu untuk memperoleh hubungan dagang penting dengan Cina, negara yang mengisolasi diri dari luar.
Selama berabad-abad, orang Cina tidak berhubung dengan bagian dunia lain. Banyak pedagang Eropa sangat ingin berdagang dengan Cina terutama karena sutera dan porselen dari Cina sangat populer di Eropa. Namun, pemerintah Cina hanya mengizinkan perdagangan dilaksanakan di satu pelabuhan, yaitu Guangzhou (Canton). Untuk mengakali masalah ini, para pedagang asing mulai menyelundupkan candu ke negara Cina, sehingga penduduk Cina terpaksa menjual barang-barang berharga mereka untuk ditukar dengan candu. Pemerintah Cina berusaha menghentikan praktik ini. Pada tahun 1839, pejabat Cina di Guangzhou, Lim Tse-shu, mengunjungi gudang-gudang Inggris. Mereka menyita lalu membakar 20.000 peti candu.
Inggris menganggap tindakan itu sebagai penyitaan milik pribadi, dan tidak dapat mentolerirnya. Maka, Inggris mengirim kapal-kapal perang untuk mengancam Cina dan mengepung pelabuhan. Cina menolak membayar konpensasi, melarang perdagangan dengan Inggris, dan menembaki pasukan Inggris. Maka, dimulailah Perang Candu I (1839-1842) antara Inggris dan Cina.
Perjanjian Nanking
Perang ini berat sebelah karena Inggris memiliki pasukan yang superior. Inggris membombardir Guangzhou dan menguasai Hongkong. Ketika Perang Candu I berakhir, Inggris memaksa Cina menandatangani Perjanjian Nanking (Nanjing) agar Cina membuka pelabuhannya bagi Inggris. Cina juga harus membayar kompensasi dan menyerahkan Hongkong kepada Inggris.
Pendekatan agresif Inggris ke Cina dimotori oleh Sekretaris Luar Negeri Inggris, Henry Temple (Viscount Palmerston III). Ia juga selalu menyiapkan pasukan untuk mempertahankan kepentingan-kepentingan Inggris di luar negeri. Akibat kalah perang dan kemudian perjanjian berat sebelah, Cina terpaksa memenuhi permintaan bangsa Eropa. Cina khawatir perdagangan asing akan menyebabkan Cina berada di bawah pengaruh asing.
Kerusuhan Sosial
Tahun-tahun Penting
1839
Para pejabat Cina menghancurkan gudang candu milik Inggris
1839
Pecah Perang Candu I
1842
Cina menandatangani Perjanjian Nanking
1842
Hongkong menjadi teritori Inggris
1844
Perjanjian Wanghia dengan Amerika Serikat
1851
Pemberontakan Taiping
1856
Pecah Perang Candu II
1858
Cina menandatangani Perjanjian Tientsin
1898
Inggris memperoleh hak sewa atas Teritori Baru (Hongkong) selama 99 tahun
Persoalan, terutama dipicu bangsa Inggris, meletus lagi pada pertengahan 1850-an dan mengakibatkan pecahnya Perang Candu II (1856-1860). Perang ini juga dimenangkan oleh Inggris dan berakhir dengan perjanjian lain. Perjanjian Tientsin ditandatangani pada 1858. Perjanjian ini memaksa Cina membuka lebih banyak pelabuhannya untuk berdagang dengan perdagang Eropa. Negara-negara lain, seperti Prancis dan Amerika Serikat, juga membuat perjanjian sepihak yang memberikan hak khusus bagi warganya dan meningkatkan pengaruh Barat di Cina. Sejak itu, para pedagang dan misionaris segera berdatangan ke Cina.
Pada waktu yang sama, kekaisaran besar Cina berangsur meredup. Pemerintahan Dinasti Qing (Manchu) mengalami banyak pemberontakan yang dimulai oleh para petani yang kelaparan. Pemberontakan Taiping (1851-1864) dipicu oleh orang-orang yang menginginkan agar lahan dibagi rata untuk semua penduduk. Kekuasaan asing ikut membantu meredakan pemberontakan ini karena menginginkan Dinasti Qing tetap berkuasa, sehingga perjanjian-perjanjian yang telah dibuat masih tetap berlaku.

0 komentar:

Post a Comment