Friday, September 20, 2013

Pesawat Bermesin Pertama di Dunia


Selama seperti abad ke-19 ditandai dengan sebuah Revolusi Industri, abad ke-20 menyaksikan sebuah Revolusi Teknologi. Revolusi ini mempengaruhi semua aspek kehidupan sehari-hari. Di bidang teknologi transportasi, pesawat terbang bagi masyarakat abad ke-20 sama seperti lokomotif uap bagi mereka yang hidup pada abad ke-19. Sejak dulu kala, banyak orang ingin sekali terbang seperti burung, dan selama berabad-abad legenda serta cerita-cerita bermunculan mengenai mereka yang betul-betul telah mewujudkan impian mistis serta magis ini. Pada abad ke-15, Leonardo da Vinci merancang sebuah mesin terbang yang cukup mudah digunakan, dan pada akhir abad ke-18, kakak-beradik Montgolfier di Prancis menciptakan balon yang lebih-ringan-dari-udara yang mampu membawa penumpang sampai ke tempat yang tinggi. Meskipun demikian, impian untuk menerbangkan manusia dengan sebuah kendaraan yang lebih-berat-dari-udara dan dapat dikendalikan tetap sukar dipahami. (Lebih-berat-dari-udara menyiratkan sebuah kendaraan yang dapat bertahan di suatu ketinggian oleh karena karakteristiknya yang aerodinamis, bukan oleh karena sekantong gas).
Upaya Penemuan
Beberapa upaya untuk membuat mesin serupa ini pada paruh kedua abad ke-19 tidak membuahkan hasil. Sebuah upaya yang gagal, oleh Samuel Pierpont dan Institusi Smithsonian, sudah ditinggalkan secara harfiah berhari-hari sebelum pesawat yang lebih-berat-dari-udara pertama kalinya berhasil dibuat. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 17 Desember 1903, di atas perbukitan pasir Kill Devil Hill, di dekat suatu tempat yang agaknya diberi nama Semenanjung Kitty Hawk, Carolina Utara. Dua pria dari Ohio,Willbur Wright (1867-1912), dan saudara kandungnya Orville Wright (1871-1948), mempunyai minat yang sama dalam bidang aeronautika sejak belia dan mereka menciptakan pesawat terbang layang tanpa kru yang pertama pada tahun 1896.
Penemuan yang Mengubah Dunia
Antara tahun 1900 dan 1902, mereka menguji coba beberapa pesawat terbang layang yang membawa kru di Kitty Hawk. Diakui oleh Wright bersaudara bahwa kunci keberhasilan dalam menerbangkan pesawat bertenaga mesin adalah tingkat kemampuan pilot dalam menggunakan pesawatnya. Mereka memandang hasil karya mereka sebagai sebuah pesawat ketimbang sebuah layang-layang yang dimodifikasi atau sebagai sebuah mesin yang dikendalikan di udara sebagaimana sebuah perahu di atas air. Wright Flyer yang pertama adalah sebuah pesawat terbang bersayap, berangka kayu yang diselubungi kain, digerakkan oleh mesin hasil ciptaan mereka sendiri. Mesin ini menggunakan air sebagai sarana pendingin, dengan daya 12 tenaga kuda, dan dihubungkan dengan sabuk kepada dua buah baling-baling yang arah putarannya saling berlawanan. Wilbur dan Orville menyelesaikan Flyer mereka semasa musim panas tahun 1903 dan menerbangkannya di Kitty Hawk dalam bulan Desember. Sayang sekali, pesawat itu tersapu angina. Pada tanggal 13 bulan yang sama, Wilbur menggunakan gilirannya yang pertama. Sekali lagi, ia pun hanya berhasil menyurukkan moncong Flyer ke dalam gundukan pasir. Meskipun demikian, pada tanggal 17 Desember, Orville Wright terbang selama 12 detik dan mencapai jarak 37 meter dengan pesawat bertenaga mesin yang lebih-berat-dari-udara dan membawa kru. Pencapaian ini menjadi peristiwa yang pertama dalam sejarah. Di penghujung tanggal 17 Desember, kedua kakak-beradik itu sudah melaksanakan dua buah penerbangan yang berhasil: Wilbur bahkan mencapai jarak 260 meter pada gilirannya yang terakhir.
Mulai 13 Mei 1904, Flyer 2 mereka menjalani banyak penerbangan yang berhasil sepanjang tujuh bulan berikutnya. Seperti Flyer yang mula-mula, bagaimanapun juga, Flyer 2 memperlihatkan bahwa ada kecenderungan menurunnya kecepatan secara bergantian, dan kakak-beradik ini kembali mengutak-atik struktur pesawat. Hasilnya, sebuah Flyer 3 yang lebih besar, yang terbukti lebih dapat diandalkan, dan berhasil terbang hingga sejauh 55 kilometer. Pada tanggal 5 Oktober 1905, Flyer 3 mencatat rekor sebagai pesawat yang mampu bertahan pada tingkat ketinggian tertentu selama 38 menit.

0 komentar:

Post a Comment