Monday, December 24, 2012

Sejarah Irlandia (1540-1800)

Pemerintahan Inggris yang beragama Protestan dipaksakan di Irlandia selama abad ke-17. Inggris terus berusaha menindak berbagai perlawanan yang muncul.
Orang Irlandia tidak pernah menyukai orang Inggris. Henry II dari Inggris menaklukkan sebagian besar Irlandia pada 1171. Selama 400 tahun berikutnya, monarki Inggris berusaha mempertahankan kekuasaannya di sana. Hubungan kedua bangsa terus memburuk, terutama berkaitan dengan agama. Orang Irlandia memeluk agama Katolik, sementara orang Inggris menganut Protestan. Para pastor Irlandia mendorong pemberontakan dengan mengajarkan bahwa orang Inggris adalah kelompok bidaah sehingga tidak berhak memerintah Irlandia. Orang Inggris lalu mengambil langkah tegas untuk tetap berkuasa di Irlandia. Mereka membubarkan banyak biara kuno dan menjual tanahnya kepada keluarga yang mendukung pemerintahan mereka. Orang Irlandia bereaksi dengan melancarkan banyak pemberontakan. Pada tahun 1556, Mary I menginginkan pasukan Irlandia tengah untuk menyingkirkan penduduk asli Irlandia dan memberikan tanahnya kepada pemukim Inggris.
Perkebunan dan Pemberontakan
Inggris lalu memperluas kekuasaannya pada 1580. Para pemukim Inggris dijanjikan kekayaan dan kesempatan. Mereka dengan cepat mengembangkan tanah dan kota baru. Namun, koloni mereka dihancurkan oleh orang Irlandia pada 1598. Pemberontakan pecah di Ulster, sebuah kawasan Irlandia murni, tetapi ditindas pada 1603. Inggris mendirikan perkebunan di sana, dengan mendatangkan kaum Puritan Skotlandia, diperkuat dengan kota-kota berbenteng seperti Londonderry. Beberapa orang Irlandia bangkit melawan, tetapi lebih banyak yang meninggalkan tanah mereka. Pada pertengahan abad ke-17, jumlah orang Katolik di Ulster lebih sedikit dibandingkan orang Protestan.
Pada 1642, pecah pemberontakan dan ribuan pemukim Protestan terbunuh. Karena sibuk dengan Perang Saudara Inggris, Cromwell baru menumpas pemberontakan itu pada 1649. Ia tiba dengan pasukan besar dan menindas orang Irlandia. Penduduk setempat berpindah ke daerah yang lebih gersang di bagian barat, sementara para prajurit Inggris diberikan tanah untuk dihuni. Orang Katolik hanya memiliki kurang dari setengah tanah mereka.
Tahun-tahun Penting
1556
Mary I memulai perkebunan Protestan di Irlandia
1580
Pemukiman perkebunan lainnya didirikan
1598
Pemberontakan pecah di Irlandia, terutama di Ulster
1642
Pemberontakan orang Irlandia melawan control Inggris
1649
Penumpasan pemberontakan di Irlandia orang Cromwell
1690
Pertempuran Boyne, kaum Protestan menang
1798
Pemberontakan kaum nasionalis Wolf Tone
Pemerintahan Kaum Protestan
Harapan orang Irlandia sedikit berkembang ketika James II yang beragama Katolik menjadi Raja Inggris. Anak perempuannya menikahi William of Orange dari Belanda, panglima aliansi negara-negara yang memerangi Prancis. William menjadi Raja Inggris pada 1688. James melarikan diri ke Irlandia. Akhirnya, tentara James (kaum Yakobit) bertempur dengan pasukan William di Boyne pada 1690. William keluar sebagai pemenang.
Rangkaian peristiwa ini menjadi titik balik dalam sejarah Irlandia. Hukum tegas diterapkan. Orang Katolik dilarang: memiliki senjata, terlibat dalam masalah politik, memiliki tanah, mendapat pendidikan, dan bahkan memiliki kuda bertubuh besar. Orang Katolik yang berpindah ke Protestan diberikan tanah yang dirampas dari mereka yang tetap memeluk agama Katolik. Rakyat pun terpecah belah. Sejumlah orang Irlandia menerima keadaan, sementara yang lainnya terus menentang. Selain itu, banyak orang Irlandia meninggalkan negerinya. Meski abad ke-18 relatif tenang, muncul masalah baru. Wolf Tone memimpin pemberontakan pada 1790-an. Banyak orang Irlandia terbunuh. Selain menghalau serangan Prancis, Inggris menumpas pemberontakan dengan kejam. Keadaan ini memaksa orang Inggris menyadari bahwa kaum Katolik Irlandia akan tetap ada.

1 komentar:

Irlandia memang dibawah bayang-bayang Inggris

Post a Comment