Friday, December 21, 2012

Negara-negara Afrika Abad ke-17

Pada abad ke-17, Afrika terdiri atas berbagai bangsa dan kerajaan, masing-masing memiliki adat-istiadat, bentuk pemerintahan, bahasa, dan agama sendiri.
Selama periode ini, bangsa-bangsa Afrika berkembang dengan cepat. Jika saja orang Eropa tidak datang, bangsa Afrika mungkin dapat mengembangkan kebudayaannya lebih maju lagi. Kendati tidak berpengaruh besar hingga abad ke-19, orang Eropa membeli emas, barang eksotis, dan budak, serta menjual senjata, pakaian, perkakas, dan barang lainnya. Aktivitas ini mengubah perdagangan dan masyarakat tradisional Afrika. Beberapa daerah, seperti Afrika barat, kehilangan banyak penduduk akibat perdagangan budak. Perbedaan sosial meningkat ketika para kepala suku dan pedagang melakukan perjanjian dagang yang menguntungkan dengan orang Eropa. Bahkan, beberapa kepala suku menjual sukunya sendiri sebagai budak.
Tahun-tahun Penting
1570
Kemunculan Kanem-Bornu sebagai negara besar
1575
Pemukim Portugis pertama di Angola
1588
Perusahaan Guinea Inggris didirikan
1600
Mwenemutapa mencapai puncak kejayaannya
1625
Kerajaan baru, Allada, didirikan oleh Raja Akaba
1637
Belanda mengusir Portugis dari Pantai Emas
1652
VOC mendirikan Cape Town
1660-an
Kemunculan kerajaan-kerajaan Bambara di Afrika barat
1685
Dahomey didirikan dari tiga kerajaan
1689
Osei Tutu mendirikan Imperium Asante
1701
Perluasan militer Asante oleh Osei Tutu
Negara terbesar Afrika adalah Songhai. Para pedagang Eropa di wilayah pantai merebut emas dan perdagangan budak dari Songhai. Akibatnya, kemakmuran Songhai merosot tajam. Pada tahun 1591, pasukan Maroko menyeberangi Gurun Sahara dan merebut Songhai. Di selatan Sahara, muncul negara baru, seperti Mossi, negara-kota Hausaland, Karem-Borne, dan Darfur. Negara-negara Muslim ini berdagang dengan orang Arab dan Turki Ottoman.
Di selatan timur, negara Kristen Ethiopia dikelilingi oleh negara-negara Muslim. Kaum Muslim di sebagian negeri itu memberontak dan menghancurkan Ethiopia. Orang Portugis kemudian tiba dan menghalau kaum Muslim pada tahun 1543. Ethiopia pun hidup dalam keadaan damai. Di sepanjang pantai timur dan barat, orang Portugis mendirikan benteng dan depot budak. Keadaan ini menarik minat penduduk Afrika mendatangi kawasan pantai. Para kepala suku terdorong mencari kekayaan dengan menjual budak.
Dahomey dan Asante
Sejumlah negara menduduki kawasan hutan di sepanjang pantai barat Afrika. Pada tahun 1625, sebuah negara baru, Allada, didirikan oleh Raja Akaba. Antara tahun 1645 hingga 1685, kerajaan ini bersatu dengan dua kerajaan lainnya menjadi Dahomey. Negara baru ini menjadi kaya karena perdagangan emas dan budak. Dahomey ditaklukkan pada tahun 1747 oleh orang Yoruba dari Oyo (kini Nigeria). Dahomey mendapat cap buruk dari orang Eropa karena saat pemimpinnya wafat, ribuan budak dikorbankan untuk menemaninya ke alam baka.
Di sebelah barat Dahomey terletak Asante. Pada tahun 1689, Osei Tutu mendirikan Konfederasi Asante yang kuat dengan ibukota Kumasi. Negara ini menjadi makmur karena perdagangan cola nut (spesies pohon tropis dari genus Cola, berasal dari Afrika), emas, dan budak. Benteng dan pos perdagangan penting Portugis di Elmira, Asante, direbut oleh Belanda pada 1637.
Afrika menyediakan budak untuk bekerja di perkebunan yang jumlahnya semakin banyak di Amerika. Jutaan orang mati selama peperangan untuk mencari budak di sejumlah negara Afrika atau dalam perjalanan menyeberangi Samudera Atlantik. Kehilangan begitu banyak penduduk menimbulkan bencana bagi Afrika.

0 komentar:

Post a Comment