Monday, December 24, 2012

Jepang dan Asia Tenggara Abad ke-18

Asia perlahan disusupi oleh orang Eropa, yang berusaha menguasai perdagangan. Selama abad ke-18, kawasan perdagangan ini berubah menjadi pertempuran politik.
Sejak tahun 1603, Jepang dikuasai oleh para shogun Tokugawa, yang mengatur negeri itu dengan ketat, mengucilkannya dari negara lain. Namun, mereka juga membawa perdamaian dan keamanan. Di bawah pemerintahannya, Jepang menjadi negara makmur. Jumlah penduduk bertambah dari 20 juta menjadi 30 juta dalam waktu 150 tahun. Hasil pertanian meningkat pesat. Kota-kota menjadi makmur, demikian pula dengan perdagangan dan kelas pedagang. Para pengrajin terampil membuat berbagai barang indah, khususnya pakaian dan tenunan. Banyak penduduk Jepang mengelola pendidikan dengan baik.
Namun, Jepang juga memiliki masalah. Banyak orang Jepang meninggalkan desa dan memadati daerah perkotaan, sementara kaum samurai terjerat utang. Pajak tinggi menyebabkan kerusuhan. Banyak kejahatan kecil dihukum mati. Pada 1740-an, shogun pencerahan Yoshimure (1684-1751) mencabut banyak hukum yang keras dan mengizinkan masuknya buku-buku Eropa ke negeri itu. Namun pada 1760-an terjadi wabah kepalaran, gempa bumi, dan berbagai pemberontakan. Gerakan penentang shogun pun semakin banyak. Sejumlah pedagang Belanda adalah satu-satunya kelompok asing yang diizinkan mengunjungi Jepang. Mereka diperlakukan dengan hina. Namun karena perdagangan di sana menghasilkan banyak keuntungan, orang Belanda menerima saja penghinaan itu.
Asia Tenggara
Di Asia Tenggara, tidak ada larangan seperti di Jepang. Para pedagang rempah-rempah dari Arab dan Eropa telah mengunjungi kawasan ini sejak Abad Pertengahan. Kemudian orang Eropa mendirikan sejumlah pos perdagangan. Orang Belanda menguasai Asia Tenggara, menduduki Jawa, dan mendirikan pos dagang di banyak pulau di Hindia Timur Belanda (kini Indonesia). Beberapa negara yang dikuasai kaum Muslim di Hindia Timur bersahabat atau dikuasai oleh Belanda.
Selama abad ke-18, kawasan dagang ini berubah menjadi pertempuran politik. Inggris semakin berminat terhadap kawasan ini. Pada tahun 1762, mereka memaksa Spanyol menyerahkan monopoli mereka atas jalur laut menuju Amerika Latin. Pada tahun 1786, mereka menguasai Penang di Malaya. Kemudian pada tahun 1795, mereka merebut pelabuhan Malaka dari tangan Belanda.
Selama Perang Napoleon, Inggris menduduki Batavia (Jakarta), pusat pemerintahan Belanda di Jawa. Namun, mereka mengembalikannya setelah Belanda mengakui kekuasaan mereka atas Malaya. Pada tahun 1819, Sir Thomas Stamford Raffles (1781-1826) mendirikan Singapura sebagai pelabuhan bebas, dan memberikan hak istimewa kepada para pedagangnya sendiri. Daerah ini menjadi tempat persinggahan penting bagi perdagangan dengan Cina, dan dengan cepat menjadi pusat perdagangan utama di kawasan ini. Barang-barang dari Inggris dan India dibawa ke timur, sementara barang-barang dari Cina dan Hindia Timur dikirimkan ke Barat.
Perang Lokal
Negara-negara Eropa terlibat dalam peperangan di antara negara-negara Asia Tenggara. Mereka menggunakan konflik lokal untuk menyelesaikan perselisihan di antara orang Eropa sendiri. Orang Inggris, Prancis, dan Belanda beberapa kali bentrok di Siam (sekarang Thailand), sekalipun Siam sendiri tetap merdeka. Antara tahun 1824 hingga 1826, pecah Perang Inggris-Burma setelah Burma mendukung musuh-musuh Inggris yang tinggal di tanah Bengal yang dikuasai Inggris. Orang Eropa perlahan membuat berbagai daerah di Asia Tenggara bergantung pada mereka. Pada tahun 1820, orang Eropa memiliki pijakan kuat di Asia Tenggara.

0 komentar:

Post a Comment