Friday, December 21, 2012

Perbudakan dan Perompakan

Perkembangan awal banyak koloni di Amerika dijalankan oleh para perompak, pemilik perkebunan gula, dan jutaan budak Afrika.
Dalam kurun waktu 100 tahun setelah pendaratan pertama Columbus pada tahun 1492, sebagian besar penduduk pribumi di Karibia, orang Arawak dan Karib, mati akibat perlakuan buruk dan penyakit orang Eropa. Pada awal abad ke-17, Karibia menjadi medan tempur. Bangsa Spanyol, Perancis, Inggris, dan Belanda berperang memperebutkan kepulauan yang mereka sebut sebagai Hindia Barat. Beberapa pulau bertukar tangan beberapa kali untuk kepentingan dagang dan perebutan tanah guna mendirikan wilayah jajahan Eropa.
Para pencari kekayaan dari Inggris, Perancis, dan Belanda merompak untuk memperoleh harta benda. Mereka kerap didukung oleh pemerintah karena mereka menimbulkan masalah bagi orang Spanyol, merebut sejumlah pulau, mendirikan pemukiman, dan menghasilkan keuntungan. Beberapa di antaranya kemudian diangkat menjadi laksamana atau gubernur kolonial. Sir Francis Drake berlayar mengitari dunia pada 1577-1580. Ia menyerang kapal-kapal Spanyol dan pulang dalam keadaan kaya raya. Ia adalah orang Inggris pertama yang mengitari dunia. Kapten Kidd, yang diperintahkan untuk membasmi perompak, justru bergabung dengan para perompak. Edward Teach (Si Janggut Hitam) dan Kapten Henry Morgan menyerang pemukiman dan kapal Spanyol di Karibia. Mereka membuka jalan bagi tebentuknya koloni. Spanyol kehilangan banyak emas akibat perompakan, tetapi ini tidak menghentikan mereka untuk menjajah Eropa.
Perdagangan Budak
Di Eropa, teh dan kopi menjadi minuman favorit. Ini menyebabkan tingginya permintaan akan gula untuk membuat menuman teh terasa manis. Tebu tumbuh subur di iklim Hindia Barat, tetapi penanamannya memerlukan banyak pekerja. Pekerja lokal tidak ada karena banyak pribumi yang telah mati. Oleh karena itu, para pemukim mengimpor pekerja budak dari Afrika barat.
Orang Eropa tidak merasa bersalah menggunakan orang Afrika sebagai budak. Orang Afrika dibeli murah, dijejalkan ke dalam kapal, dan kemudian dijual kepada para pemilik perkebunan. Dua pertiga di antaranya mati dalam perjalanan atau karena penyakit, perlakuan buruk, dan kerja yang berlebihan. Meski demikian, pada tahun 1800, terdapat lebih dari sembilan juta budak Afrika di Amerika.
Segitiga Perdagangan
Perkebunan tebu yang dimiliki oleh orang Eropa biasanya mencakup lahan yang sangat luas. Di situ terdapat gudang, galangan kapal, gereja, barak budak, dan rumah sang pemilik tanah yang megah. Terbentuk segitiga perdangan, yaitu barang-barang dari Eropa dibawa ke Afrika barat, kemudian budak dari Afrika barat dibawa ke Amerika, dan akhirnya hasil perkebunan dibawa pulang ke Eropa. Pasar gula, tembakau, minyak, dan produk lainnya yang menguntungkan di Eropa benar-benar dieksploitasi. Perompakan, perkebunan, dan perbudakan dimotori oleh keinginan untuk meraih keuntungan. Keuntungan ini menggerakkan pertumbuhan ekonomi Eropa. Perbudakan berlangsung hingga abad ke-19. Banyak orang Afro-Amerika masa kini adalah merupakan keturunan para budak.

0 komentar:

Post a Comment