Tuesday, November 13, 2012

Asia Timur Abad ke-17


Setelah pada mulanya menyambut baik orang Eropa, bangsa Jepang mulai melihat bahaya pengaruh luar negeri. Sementara itu, Dinasti Ming di Cina kehilangan kontrol.
Pada tahun 1467, pecah perang saudara di antara para penguasa feodal di Jepang. Kaisar kehilangan sebagian besar kekuasaannya. Bahkan, shogun hanya memiliki sedikit pengaruh dalam mengelola negeri. Selama lebih dari satu abad, tentara pribadi yang terdiri atas para samurai saling bertempur untuk memperebutkan kekuasaan di Jepang. Selama perang saudara ini, beberapa orang Eropa mulai mengunjungi Jepang. Bangsa Eropa pertama yang tiba adalah para pelaut Portugis pada tahun 1542. Tujuh tahun kemudian, seorang misionaris Yesuit berkebangsaan Spanyol, Fransiscus Xaverius, mulai merintis penyebaran agama Kristen di Jepang. Para pedagang dan misionaris lain kemudian mengikutinya. Pada mulanya, mereka disambut baik.
Selain membawa agama baru ke Jepang, orang Eropa juga membawa senjata api. Beberapa orang samurai memandang rendah benda ini kerena dianggap sebagai senjata orang pengecut. Namun, samurai lainnya melihat keunggulan senjata ini di medan tempur. Dalam Pertempuran Nagashino pada tahun 1575, Oda Nobunaga mempersenjatai ke-3000 anak buahnya denag musket (senapan) yang dibeli dari orang Portugis. Mereka mengalahkan pasukan berkuda samurai yang jumlahnya lebih besar, yang bersenjatakan senjata trdisional, sehingga ia dapat merebut Kyoto, ibukota Jepang, pada 1568. Peristiwa ini merupakan titik balik dalam sejarah Jepang. Ini adalah awal zaman modern di mana pengaruh bangsa Eropa memainkan peran. Orang Jepang berusaha mengandalikan pengaruh itu, melarang penyebaran agama Kristen dan para pedagang asing. Namun, bangsa Eropa memihak beberapa bangsawan di selatan Jepang, di mana barang-barang dan pemikiran orang Eropa diterima.
Perebutan Kekuasaan dan Perang Saudara
Nobunaga terluka, kemudian melakukan bunuh diri. Namun, upayanya diteruskan oleh Hideyoshi, yang menjadi kampaku atau menteri kepala kekaisaran pada tahun 1585. Hideyoshi berencana membangun sebuah imperium Jepang besar yang juga mencakup Cina. Ia menyerang Korea pada tahun 1592 dan 1597. Namun, serangannya gagal. Ia meninggal dunia di Korea. Hideyoshi telah menunjuk Tokugawa Ieyasu sebagai wali anaknya, tetapi terjadi perebutan kekuasaan. Ieyasu mengalahkan para saingannya dalam pertempuran di Sekigahara pada tahun 1600. Ia menjadi shogun pertama dari Dinasti Tokugawa pada tahun 1603. Hideyoshi dan Ieyasu memegang kekuasaan terpusat yang kuat dan perdagangan di Jepang. Mereka melarang orang asing dan agama Kristen hidup di Jepang. Ia juga melarang warganya pergi ke luar negeri.
Tahun-tahun Penting
1520
Pedagang Portugis pertama tiba di Cina
1542
Serangan bangsa Mongol ke Cina
1548
Misi Yesuit pertama ke Jepang
1568
Nobunaga merebut Kyoto dan Jepang tengah
1582
Korupsi merajalela di masa Dinasti Ming
1590
Hideyoshi menguasai bagian utara dan timur Jepang
1592-1598
Jepang menyerang Korea
1641
Pemberontak merebut sebagian besar Cina
1644
Orang Manchu menguasai Beijing; Dinasti Ming runtuh
Kemunduran Dinasti Ming
Pada tahun 1500, Dinasti Ming melemah. Kaisar melarang kapal-kapal Cina berlayar ke luar perairan pantai negeri itu, tetapi mengizinkan kapal-kapal asing untuk mengunjungi Cina. Para perompak Jepang juga menyerang daerah pantai, membuat perairan itu berbahaya bagi pelayaran. Sejak tahun 1517, para pedagang Eropa tiba di Cina. Pada tahun 1557, orang Portugis diizinkan tinggal di Makao. Beberapa imam Yesuit diizinkan ke Beijing.
Setelah mengalahkan serangan bangsa Mongol serta serbuan Jepang di Korea, Cina mengalami banyak masalah. Wabah kelaparan, kenaikan pajak, dan korupsi menimbulkan kekacauan. Pada 1641, para pemberontak mengambil alih sebagian Cina. Pada tahun 1644, orang Manchu dari utara didatangkan untuk menghalau para pemberontak di Beijing. Namun, orang Manchu memanfaatkan kesempatan ini dengan mengambil alih kekuasaan dan mendirikan Dinasti Qing.

0 komentar:

Post a Comment