Tuesday, November 13, 2012

Prancis Abad ke-17


Pada tahun 1624, Louis XIII dari Prancis menunjuk Kardinal Richelieu sebagai perdana menteri. Mereka bekerja sama selama 18 tahun. Ambisi Richelieu adalah menjadikan Prancis sebagai bangsa besar yang diperintah secara terpusat. Sebelumnya, pada duke lokal memiliki kekuatan besar. Richelieu berusaha mematahkan pengaruh para duke. Pada tahun 1628, ia juga menindak kaum Protestan Huguenot Prancis yang dianggap membuat masalah. Namun, Richelieu tidak disukai oleh para pemimpin Katolik, para bangsawan, dan hakim karena menghapus banyak hak istimewa mereka. Pajak tinggi yang dikenakannya memicu pemberontakan di kalangan penduduk. Ia berpendapat bahwa untuk mencapai tujuan dibutuhkan kontrol kuat dan cara kekerasan.
Di luar negeri, Austria dan Spanyol adalah ancaman utama Prancis. Dinasti Habsburg memerintah kedua negeri itu, jika mereka bergabung, Prancis akan menjadi rapuh. Pada tahun 1631, dalam Perang Tiga Puluh Tahun, Habsburg Austria menguasai banyak daerah Jerman dan mengancam akan mendominasi Eropa.
Kardinal Richelieu
Armand du Plessis, duke of Richelieu (1585-1642), menjadi uskup pada 1607 dan cardinal pada 1622. Ia masuk dewan perwalian Marie de Medici pada 1616, dan menjadi perdana menteri pada 1624. Richelieu meyakini “absolutism”, yaitu hak raja untuk melakukan apa yang diinginkan. Ia berpendapat bahwa raja bertanggung jawab kepada Tuhan, bukan kepada Gereja, para bangsawan, atau rakyat. Richelieu menggunakan mata-mata dengan efektif dan menindas semua oposisi. Ia melatih penggantinya, Kardinal Mazarin, yang melanjutkan kebijakan Richelieu dan memerintah sebagai wali bagi Louis XIV yang masih kecil hingga 1661. Di banyak negara Eropa, periode ini adalah masa ketika para perdana menteri memiliki kekuatan besar.
Prancis Menjadi Semakin Kuat
Untuk melemahkan Austria, Richelieu membayar Swedia, Belanda, dan Denmark untuk memerangi musuh bersama mereka, Dinasti Habsburg. Pada tahun 1635, Prancis menyatakan perang terhadap Spanyol (yang memerintah Belgia dan Burgundi). Perang berlangsung hingga tahun 1648. Tujuan perang Richelieu tercapai, walaupun ia meninggal sebelum perang berakhir. Prancis memperluas wilayahnya sampai ke Pegunungan Pirenia dan Sungai Rhein.
Ketika Richelieu wafat pada 1642, Kardinal Mazarin, pengikut sekaligus penggantinya, melanjutkan kebijakannya. Prancis menggantikan Spanyol sebagai kekuatan besar di Eropa. Sebuah pemberontakan oleh kaum bangsawan Prancis, yang disebut Fronde, ditumpas pada tahun 1653. Ketika naik takhta, Louis XIV masih berusia lima tahun, dan Mazarin memerintah sebagai wali. Pada tahun 1661, Prancis benar-benar berubah. Negeri itu menjadi semakin besar, kuat, dan makmur, sementara pasukannya merupakan yang terbaik di Eropa. Louis XIV menjadi raja terbesar Prancis.


0 komentar:

Post a Comment