Tuesday, November 13, 2012

Isolasi Jepang


Para shogun Tokugawa membawa kestabilan di Jepang setelah bertahun-tahun mengalami kekacauan. Khawatir akan pengaruh buruk dari orang-orang asing, mereka menutup Jepang dari dunia luar.
Pada tahun 1603, Tokugawa Ieyasu, kepala sebuah keluarga terkemukan di Jepang, menjadi shogun dengan memanfaatkan kekuatan militer dan maneuver politik. Ia mendirikan pemerintahan di Edo (kemudian dinamakan Tokyo) dan mulai mengubah sebuah desa nelayan kecil menjadi kota besar berbenteng. Dari Edo, ia mengelola sebagian besar masalah kenegaraan. Ieyasu mengundurkan diri pada tahun 1605. Namun, ia tetap mengontrol pemerintahan hingga wafat pada tahun 1616.
Setelah 150 tahun mengalami kekacauan dan perang saudara antar-para daimyo (bangsawan) yang saling bersaing, keluarga Tokugawa mengontrol Jepang dengan ketat. Mereka menyingkirkan para daimyo yang membuat masalah dan membatasi pengaruh asing. Sejak tahun 1540, para pedagang Eropa dan pendeta Katolik dari Spanyol dan Portugal telah mengunjungi Jepang. Nagasaki di selatan, yang diperintah oleh seorang daimyo pemberontak, menjadi basis terpencil mereka.
“Kejahatan orang asing” membuat khawatir para penguasa Tokugawa yang menganggap pengunjung asing akan menyebarkan pemikiran yang merusak dan memecah belah negeri itu lagi. Pada kenyataannya, orang asing memang mengubah pemikiran penduduk di sekitar Nagasaki. Tokugawa Iemitsu, yang kemudian menjadi shogun, menindas orang Jepang yang baru memeluk agama Kristen ketika mereka memberontak pada tahun 1637. Ia membunuh 37.000 orang Kristen dan melarang agama mereka.
Jepang Menjadi Makmur
Setelah pemberontakan orang Kristen Jepang di Nagasaki, hanya beberapa pedagang Belanda dan Cina yang diizinkan masuk ke Jepang. Orang Jepang tidak diizinkan bepergian ke luar negeri, sementara orang Jepang yang tinggal di luar negeri tidak diizinkan pulang ke tanah airnya. Para imam Kristen diperintahkan pergi atau dibunuh. Kehidupan diatur sangat ketat, dan Jepang ditutup dari pengaruh luar. Pemerintahan Tokugawa member Jepang masa damai selama hampir 250 tahun.
Tahun-tahun Penting
1603
Ieyasu mendirikan Shogun Tokugawa
1609
Pangkalan dagang kecil Belanda didirikan di Pulau Deshima di Teluk Nagasaki
1612
Penindasan terhadap orang Kristen Nagasaki dimulai
1637
Pedagang Portugis dilarang dan diusir
1638
Pemberontakan Shimabara di Nagasaki
1684
Kesulitan setelah pembaharuan Tokugawa Tsunayoshi
1703
Edo (Tokyo) hancur akibat gempa bumi dan kebakaran
1716
Yoshimure, seorang pembaharu, mulai memerintah
Jepang menjadi makmur dan berjalan sebagai sebuah negara. Para pedagang dan petani didorong untuk memperluas usaha. Sementara para daimyo dan pejuang samurai tradisional kehilangan posisi mereka dan menjadi miskin. Seperti di Eropa, Jepang berubah dari masyarakat feodal menjadi masyarakat yang bertumpu pada ekonomi perdagangan. Berbagai kota bertumbuh menjadi besar sementara jumlah penduduk meningkat drastis selama abad ke-17 dan ke-18. Meskipun masih diatur dengan ketat, masyarakat Jepang menjadi semakin terpelajar.
Terjadi pula kemunduran sejenak pada perkembangan Jepang selama periode ini. Pada tahun 1684, shogun Tokugawa keempat, Tsunayoshi, memerkenalkan sejumlah pembaharuan yang terinspirasi dari para sarjana Buddha. Namun, pembaharuan itu tidak disukai. Pada tahun 1703, ibukota Edo (Tokyo) hancur akibat gempa bumi dan kebakaran. Namun pada tahun 1716, seorang shogun pembaharu, Yoshimune, mulai berkuasa, dan isolasi Jepang dari bagian dunia lain mulai terbuka.

0 komentar:

Post a Comment