Sunday, September 16, 2012

Pertempuran Hastings

Inggris di puncak kekuasaannya pada abad ke-19 mengendalikan kerajaan terbesar yang pernah dikenal dunia. Namun, semasa Kekaisaran Romawi berkuasa, Inggris hanyalah sebuah wilayah di perbatasan yang belum dijamah. Bengsa-bangsa Celtik yang tinggal di Kepulauan Britania amat sangat mandiri, namun, tak diragukan lagi, mereka yang berdiam di wilayah yang sekarang bernama Kerajaan Inggris tunduk kepada bangsa Romawi sampai abad ke-5, dan kepada bangsa Anglo-Saxon setelahnya. Menjelang abad ke-5, bangsa Viking juga mendirikan tempat berpijak. Akhir abad ke-9, Anglo-Saxon berkuasa dan mereka memerintah dari tahun 828 hingga 1066, kecuali selama jangka waktu 26 tahun ketika Kepulauan Britania berada di bawah kekuasaan Denmark.

Tahun 1066, Raja Harold II (1027-1066) menggantikan ipar lelakinya, Edward di Penerima Pengakuan Dosa (1002-1066) sebagai Raja Inggris. Edward sudah menjanjikan takhta kepada Harold secara terbuka, namun ini bukan sebuah pergantian takhta yang mudah. Saudara tiri Edward, William Duke of Normadia (1027-1087), juga menuntut gelar itu dengan menunjukkan bukti bahwa Harold juga sudah berjanji akan mendukung ia sebagai raja Inggris.
William menghimpun pasukan yang terdiri atas prajurit-prajurit Normandia dan Perancis, menyeberangi Selat Channel dari Normandia, yang berada di sebelah utara Perancis, dan menyerbu Inggris. Harold, yang gagal mengacaukan pendaratannya, berhadapan dengan William dalam pertempuran Hastings pada 14 Oktober 1066. Laskarnya, yang maju dengan berjalan kaki, tidak sebanding dengan pasukan Normandia yang bersenjata lengkap, yang menyerbu dengan menunggang kuda. Pasukan berkuda William juga memperdaya pasukan Saxon yang berjalan kaki; dan, di penghujung hari, Harold serta banyak perwiranya tewas, sementara itu laskarnya dikalahkan.
Pada hari Natal, William dinobatkan sebagai Raja Inggris, yang kemudian dikenal sebagai William sang Penakluk. Walaupun kemudian Napoleon dan Hitler mencoba mengulangi kemenangan yang sangat penting tersebut, William merupakan orang terakhir dalam sejarah yang memimpin invasi kemenangan ke Inggris dengan kekuatan bersenjata.
Dengan penaklukkan Normandia, Inggris terbuka pada pengaruh-pengaruh seni dan sastra Eropa. Walaupun Inggris mempertahankan bahasanya, Inggris menyaring dann mengadopsi seni dan sastra terbaik yang ditawarkan Eropa. Ini merupakan dasar peradaban Inggris yang akan merupakan pusat penciptaan dan tanda Amerika Utara.

0 komentar:

Post a Comment