Wednesday, August 8, 2012

Pertempuran Zama


Saat kekuatan Hannibal Barca (247?-183? SM) surut menyusul kekalahan saudaranya, Hasdrubal Barca di Sungai Metaurus, Romawi menemukan cara baru untuk menyerang Kartago. Seorang pemimpin muda dari pasukan Romawi, Publius Cornelius Scipio (237-183 SM), yang nantinya dikenal sebagai Africanus, telah mempelajari taktik Hannibal selama bertahun-tahun dan mendaratkan 40.000 prajurit Romawi di Kartago. Sebagai respons, Kartago merundingkan sebuah gencatan senjata sementara dengan Romawi. Selama masa gencatan senjata ini, Hannibal dan pasukannya berlayar dari Italia kembali ke Afrika utara. Panggung sudah disiapkan untuk sebuah pertempuran yang sengit antara seorang pemikir Kartago dengan seorang jenderal Romawi yang dalam tingkatan tertentu telah meniru strategi pertempuran Hannibal.
Zama (za’mu) adalah sebuah dataran terbuka, terletak di wilayah yang sekarang adalah Sowareen, 96 kilometer di sebelah barat daya Tunisia. Hannibal membawa 45.000 prajurit infanteri, 3.000 prajurit kavaleri, dan 20 gajah ke dalam pertempuran. Ini adalah kekuatan yang jauh lebih besar dibandingkan yang dia bawa keluar dari Italia. Tetapi, kebanyakan anak buahnya adalah orang-orang hasil rengkrutan baru, bukan veteran dari perang 20 tahun lalu. Sebaliknya, Scipio memiliki 45.000 prajurit, kebanyakan adalah para veteran, dan dia dibantu oleh pasukan berkuda Numidia, yang punya dendam lama terhadap orang Kartago.
Hannibal membawa pasukannya dalam empat barisan yang berbeda. Pertama adalah pasukan gajah, yang dimaksudkan untuk menimbulkan ketakutan di pihak musuh. Kedua adalah tentara bayaran yang kesetiaannya diragukan. Ketiga adalah pasukan milisi yang direkrut dengan cepat dari rakyat Kartago. Barisan keempat atau terakhir adalah 20.000 prajurit veteran yang ia bawa dari Italia.
Scipio mengubah format legiun tradisional Romawi dalam pertempuran. Ia membentuk barisan terbuka antara cohort (bagian dari satu legiun pasukan yang terdiri dari 300-600 prajurit) dan maniple (bagian dari satu legiun pasukan yang terdiri dari 60-120 prajurit) dan menempatkan sebuah kekuatan besar pasukan kavaleri di sayap kanannya. Gerakan ini pastilah membuat Hannibal tertawa karena ia telah menggunakannya melawan pasukan Romawi di Cannae. Pertempuran dimulai dengan gerakan pasukan gajah Hannibal. Pasukan Romawi meniup terompet kea rah gajah-gajah itu  dan membuka celah antar-cohort untuk membiarkan gajah-gajah itu melewati celah ini tanpa terganggu. Kavaleri Scipio kemudian menyerang pasukan berkuda Kartago. Kedua kelompok kavaleri ini untuk sementara meninggalkan medan pertempuran. Pertempuran ini menjadi sebuah konflik pasukan infanteri antara legiun Romawi  dan pasukan gabungan Hannibal yang dibawanya ke medan pertempuran ini. Pertempuran berlangsung sengit. Sekalipun pasukan Romawi mengalahkan baris kedua dan ketiga dari kekuatan Kartago, barisan keempat Hannibal, yaitu pasukan veterannya, bisa bertahan. Akan tetapi, pada saat yang menentukan dalam pertempuran ini, pasukan bekuda Romawi dan Numidia kembali ke medan tempur dan melakukan manuver pengepungan ganda atas Hannibal,  sangat mirip dengan yang dilakukannya di Cannae. Sejak itu, situasinya sudah jelas, sekalipun pihak Kartago bertempur mati-matian. Hannibal berhasil menyelamatkan diri  bersama sejumlah pasukannya,  tetapi 20.000 prajurit Kartago tewas di dataran Zama. Kartago tidak punya pilihan lain kecuali tunduk pada persyaratan Scipio, yang mengakhiri Perang Punik Kedua.

0 komentar:

Post a Comment