Wednesday, August 8, 2012

Pertempuran Actium


Pada tahun-tahun setelah kematian Julius Caesar (100-44 SM), muncul dua orang yang mengklaim warisan kepemimpinannya. Yang pertama adalah Mark Antony (82-30 SM), seorang pemimpin militer terkemuka yang telah bekerja di bawah kepemimpinan Caesar dalam banyak pertempuran, dan yang telah jatuh cinta pada mantan kekasih Caesar, Cleopatra VII dari Mesir (69-30 SM). Yang kedua adalah Gaius Octavianus (63 SM-14 M), yang kemudian dikenal sebagai Augustus, keponakan Caesar melalui adopsi. Antony adalah orang yang penuh percaya diri, agresif, dan berani. Sementara Octavianus adalah seorang yang berhati-hati, cerdik, dan diplomatis. Kedua orang ini sama-sama berhasrat untuk menjadi pemimpin Romawi, yang pada saat itu meliputi seluruh daerah Mediterania.
Kedua orang ini terlibat konflik terbuka pada tahun 33 SM, dan Antony meninggalkan Roma menuju Mesir di mana ia membangun armada laut dan logistik bagi pasukannya. Dengan bantuan Cleopatra, tampaknya Antony berada dalam posisi yang lebih kuat. Akan tetapi, Octavianus adalah seorang ahli propaganda. Ia meyakinkan Senat Romawi bahwa Antony adalah seorang pengkhianat Romawi dan bahwa ia bermaksud menjadikan Mesir sebagai pusat Mediterania. Ketika Octavianus berlayar dari Italia untuk berhadapan dan memerangi Antony, ia mendapat dukungan penuh dari kota Roma.
Octavianus mendarat di pantai barat Yunani, tempat Antony melatih pasukannya. Dibantu oleh jenderalnya yang brilian, Marcus Vipsanius Agrippa (63-12 SM), Octavianus segera berhasil mengepung Antony dan Cleopatra dari jalur logistik mereka. Ketika kalah manuver, Antony memutuskan sebuah serangan langsung untuk segera menyelesaikan masalah. Ia sebenarnya bisa tetap berada di darat dan mempertahankan keunggulan karena ia adalah seorang prajurit yang jauh lebih berpengalaman ketimbang Octavianus, tetapi ia terpengaruh oleh Cleopatra untuk bertempur di laut.
Pada tanggal 2 September 31 SM, Antony dan Cleopatra memimpin armada gabungan mereka berangkat dari pelabuhan Actium dengan 480 kapal besar yang membawa sekitar 20.000 prajurit. Tidak jelas apakah Antony benar-benar ingin memenangkan pertempuran ataukah ia hanya ingin mencari jalan melewati musuhnya dan menuju Mesir.
Pertempuran berlangsung sengit. Octavianus dan Agrippa telah memperlengkapi kapal-kapal mereka dengan mesin-mesin pelempar batu ke kapal musuh. Seiring berjalannya waktu, pasukan Octavianus mulai unggul. Antony menaikkan bendera yang menjadi tanda bagi armadanya untuk menyerah dan berusaha meloloskan diri dari musuh. Antony, Cleopatra, dan sekitar empat puluh kapalnya berhasil meloloskan diri, tetapi seluruh sisa pasukannya yang terdiri dari sekitar tiga ratus kapal menyerah kepada Octavianus dan Agrippa sebagaimana juga dilakukan oleh kekuatan darat Antony.
Antony dan Cleopatra mencapai Mesir. Semangatnya telah runtuh sehingga Antony tidak melakukan banyak perlawanan terhadap serbuan Octavianus ke Mesir. Baik Antony maupun Cleopatra memutuskan untuk bunuh diri ketimbang menyerahkan diri. Sebagai orang yang bertindak lebih hati-hati dibandingkan dengan pamannya Julius Caesar, Octavianus hanya meminta gelar sebagai Princeps (Warga Utama Romawi). Meskipun ia tidak pernah disebut sebagai kaisar, dalam kenyataannya ia memerintah Romawi dari tahun 30 SM hingga tahun 14 M dan membentuk sebuah pemerintahan satu orang yang menjadikan Romawi sebagai kekaisarannya dalam semua hal kecuali sebutan kaisar untuknya.

0 komentar:

Post a Comment