Wednesday, August 8, 2012

Pertempuran Teutoburger Wald


Selama pemerintahan Gaius Octavianus (63 SM-14 M) yang kemudian dikenal sebagai Caesar Augustus, batas wilayah kekaisaran Romawi mencapai batas paling luas. Hanya sedikit bangsa yang berusaha melawan legiun Romawi yang keterampilan dan keberaniannya telah menjadi legenda. Tampaknya orang Romawi akan selamanya mendominasi daerah di sekitar Laut Mediterania.
Akan tetapi ada sebuah pengecualian dari kondisi ini, yaitu suku-suku Jerman yang tinggal di sebelah timur Sungai Rhein di Jerman. Orang Jerman telah berulang kali berperang melawan Romawi, dan Julius Caesar (100-44 SM) telah berulang kali menaklukkan mereka. Tetapi, orang Jerman masih menguasai wilayahnya dan mereka bermaksud mempertahankannya. Pada masa ini, orang Jerman jarang dikenal karena catatan sejarah semuanya ditulis oleh orang Romawi. Dari informasi yang bisa dikumpulkan menunjukkan bahwa mereka adalah para ksatria yang penuh semangat, yang mata pencaharian utamanya adalah berburu. Merasa digagalkan oleh orang Romawi dalam pertempuran, orang Jerman akhirnya menemukan cara yang tepat untuk melawan musuh lamanya.
Pada tahun 9 M, Publius Quintilius Varus memimpin tiga legiun Romawi dan pasukan cadangannya (sekitar 20.000 pria, termasuk 1.500 pasukan kavaleri) untuk menekan sebuah pemberontakan oleh suku-suku Jerman di sepanjang perbatasan utara Romawi. Orang Jerman dipimpin oleh Arminius, seorang pemimpin suku Cheruscan yang menjadi otak pemberontakan. Varus memimpin sebuah pengejaran atas orang Jerman hingga memasuki wilayah hutan yang dikenal sebagai Teutoburger Wald, yang sekarang adalah Grotenburg, sebelah barat daya Detmold, Jerman. Badai hujan yang besar menyulitkan gerak pasukan Romawi.
Varus dan pasukannya tiba-tiba diserang oleh orang Jerman dalam jumlah yang besar, yang melemparkan tombak dari hutan yang terlindung. Varus berhenti, mendirikan perkemahan dan mengamankan posisinya. Dalam situasi normal, hal ini sudah cukup untuk melawan semua serangan, tetapi orang Jerman telah terilhami kepemimpinan Arminius. Sebuah hujan besar lainnya telah mengacaukan barisan pasukan Romawi, dan orang Jerman segera menyerang secara langsung. Pasukan kavaleri Romawi melarikan diri dari medan tempur dan pasukan infanteri terdesak untuk bertempur di tanah yang tidak memungkinkan bagi mereka untuk mengembangkan taktik legiun.
Seandainya Varus adalah Caesar, Romawi mungkin akan menang. Karena tidak adanya kepemimpinan yang brilian, pasukan Romawi menjadi tercerai-berai ke dalam kelompok-kelompok kecil yang kewalahan menghadapi musuhnya. Ketika malam tiba, pasukan Romawi hampir musnah. Mereka yang tertangkap dijadikan korban persembahan bagi dewa-dewa orang Jerman.

0 komentar:

Post a Comment