Dari
lima agama dunia yang terorganisasi dengan jumlah penganut yang terbesar, ada
dua–agama Yahudi dan agama Hindu–yang sudah lahir sejak zaman kuno dan tidak
memiliki pendiri yang boleh dikatakan spesifik, sekalipun para rabbi mengajarkan
bahwa agama Yahudi dimulai ketika bapa orang Ibrani Abraham menerima dan
menjalankan perintah Tuhan. Ketiga agam yang lain–agama Islam, agama Buddha,
agama Kristen–didirikan di seputar masa sejarah oleh para pemimpinnya
masing-masing.
Pendirian
agama Buddha dimulai di India utara oleh seseorang yang bernama Siddharta
Gautama. Ia lahir pada tahun 563 SM di tengah-tengah sebuah keluarga kaya yang
bergaul dengan mereka yang tergolong Ksatria, kasta prajurit. Sejak muda
Siddharta berminat untuk mempelajari filosofi dan kesusastraan Weda, kitab suci
dasar dari agama Hindu. Akan tetapi, dari hari ke hari, dia disadarkan oleh
agama Hindu dan penderitaan yang ia saksikan di sekitarnya. Ini membuat dia
memutuskan untuk mengembangkan sebuah filosofi agama pengganti yang menjanjikan
pembebasan roh, seandainya bukan tubuh jasmani, dari penderitaan-penderitaan di
bumi.
Pada
usia 29 tahun, Siddharta memiliki
serangkaian visi yang meyakinkan dia untuk meninggalkan istananya, istrinya
serta putranya, menanggalkan semua harta miliknya yang bersifat duniawi dan
mulai mencari “kebenaran”. Ia mengunjungi banyak orang suci dan menghabiskan
waktu bertahun-tahun untuk berpuasa dan bermeditasi. Tujuannya adalah
menciptakan sebuah cara guna mengatasi semua keinginan daging–termasuk perasan
lapar–agar memiliki kemampuan untuk mengendalikan alam pikirannya secara utuh.
Kebenaran yang ia cari tidak juga ditemukan sampai pada satu malam dalam bulan
Mei 528 SM, ketika sedang duduk di bawah sebuah pohon “bodi”, ia menerima apa yang
dikenal oleh para penganut agama Buddha diakui sebagai “pencerahan”. Dalam
waktu singkat, Siddharta menyadari bahwa penderitaan manusia dapat dikalahkan.
Salah
satu dokrit besar dari agama Buddha ialah siklus reinkarnasi. Jiwa setiap
makhluk hidup yang mati, lahir kembali dalam bentuk makhluk hidup lain. Siklus
ini berlangsung terus menerus, dengan jiwa yang secara bertahap berubah dari
sebuah serangga menjadi seekor hewan dan menjadi bentuk manusia. Apabila semasa
hidupnya seorang manusia berperilaku jahat, maka ia akan dilahirkan kembali
dalam makhluk hidup yang lebih rendah derajatnya; bila sebaliknya yang ia
lakukan, maka ia akan menjadi manusia kembali. Siklus reinkarnasi ini tidak
terbatas, namun pencerahan Siddharta membuat ia sadar bahwa dengan mengikuti
jalur yang tetap–dharma–yaitu dengan bermeditasi dan beribadah, jiwa sanggup
mencapai suatu kondisi nirwana, sebuah status akhir yang sempurna, yang bukan
tidak mirip dengan konsep Sorga yang dianut oleh ajaran Kristen-Yahudi.
Siddharta
menggunakan nama “Buddha” yang berarti “Yang Dicerahkan” dan masuk ke dalam
dunia untuk mengajarkan filosofinya. Setelah kematiannya pada tahun 483 SM,
para pengikutnya mendirikan perserikatan keagamaan yang anggotanya terdiri atas
biksu-biksu. Dan, filosofi agama Buddha juga menyebar ke seantero Asia, yang
mendapat pengikut dalam proporsi yang lebih besar di Cina, Jepang, Asia
Tenggara daripada di India sendiri. Kini, tercatat hampir 300 juta penganut
agama Buddha di dunia, 99,5% di antarnya menetap di Asia.
0 komentar:
Post a Comment