Apa
yang gagal dilakukan oleh bangsa Persia pada abad ke-5 SM, berhasil
dilaksanakan oleh seorang jenderal Yunani pada abad ke-4 SM: pendirian sebuah
kekaisaran yang sangat luas dan berkuasa yang mencakup Eropa dan Asia, dan
membentang dari Yunani sampai India. Nama jenderal tersebut adalah Alexander.
Kita mengenalnya sebagai Alexander yang Agung (356-323 SM).
Ayah
Alexander, Philip II dari Macedonia, membuat seluruh wilayah Yunani berada di
bawah kekuasaannya persis sebelum ia tewas dibunuh pada tahun 336 SM. Alexander
muda bertumbuh dewasa di Athena, bukan hanya di balik bayang-bayang sang ayah,
melainkan juga dibawah pengaruh seorang filsuf hebat, Aristoteles, yang
sekaligus menjadi pembimbingnya. Alexander menggantikan ayahnya pada usia 20
tahun, seorang pria ditakdirkan untuk menjadi sangat luar biasa. Kendati
Alexander hanya memerintah selama 14 tahun, semasa pemerintahannya ia mampu
membangun sebuah kekaisaran yang lebih besar dari setiap kekaisaran yang pernah
ada. Sesudah mengalahkan Darius III (558-486 SM) di Pertempuran Issus pada
tahun 333 SM, Kekaisaran Persia porak-poranda. Tatkala Alexander berusia 33
tahun, wilayah yang diperintahnya berukuran 50 kali lebih besar dibandingkan
kekaisaran yang ia warisi dari Philip II. Teritori mencakup Yunani, Mesir,
semua bekas Kekaisaran Persia dan seantero dari apa yang kita namakan pada hari
ini sebagai Timur Tengah. Ia sudah merambah ke utara sejauh Sungai Donau, ke
timur sejauh Sungai Gangga di India, dan bahkan ia sudah mengirim sebuah
ekspedisi untuk menemukan hulu Sungai Nil. Pada waktu wafatnya, 323 SM, ia
dianggap sebagai jenderal dan pendiri kekaisaran terbesar yang pernah dikenal
dunia. Bahkan sampai hari ini, hampir dua ribu empat ratus tahun kemudian, yang
sanggup menyaingi pencapaiannya tidak lebih dari enam orang kaisar.
Akan
tetapi, bahwa kekaisaran Alexander pada hakikatnya dinilai penting adalah
karena untuk pertama kalinya, pertukaran gagasan secara bebas antara dua budaya
yang berbeda berhasil dilaksanakan. Tidak seperti kebanyakan pemimpin yang lain
yang berhasil meraih kemenangan, Alexander tidak hanya terbuka untuk menerima
gagasan bangsa-bangsa yang sudah ditaklukannya. Ia pun memetik gagasan yang ia
pelajari dari organisasi politik Persia. Sebaliknya, kesenian Yunani
memperngaruhi kesenian India. Sebelum kematiannya yang dini namun alami pada
usia 33 yahun, Alexander juga membangun kota Alexandria di Mesir, dengan
perpustakaannya yang lengkap dibuka hingga seribu tahun lamanya dan berkembang
menjadi pusat pembelajaran terhebat di dunia.
0 komentar:
Post a Comment