Sekitar 1.500 tahun SM, bangsa Arya sebagai pejuang
dan gembala yang tangguh, berpindah ke selatan menyeberangi Pegunungan Hindu
Kush untuk berdiam di anak benua India.
Bencana alam berupa musim kemarau atau wabah
penyakit, atau perang saudara memaksa bangsa Arya meninggalkan kampung halaman
di Rusia selatan. Mereka menyebar ke Anatolia, Persia, dan India. Mereka hidup
dalam rumah-rumah kayu di desa terpencil, tidak seperti penduduk kota yang
tinggal dalam rumah-rumah berbatu bata di lembah Sungai Indus.
Bangsa
Arya di India
Orang Arya mengukur kekayaan dari jumlah ternak yang
dimiliki. Sekalipun tidak semaju penduduk asli India, mereka lebih tangguh.
Mereka dikenal sebagai prajurit dan penjudi, senang memakan daging sapid an
minum anggur serta menyukai music, tari, dan perlombaan balap kereta perang.
Perlahan, mereka pun menetap dan mengadopsi banyak cara hidup penduduk asli
India, yaitu menjadi petani dan pandai besi. Padi adalah salah satu tanaman
yang dibudidayakan. Sebelumnya, bangsa Arya tidak mengenal padi, walaupun padi
telah ditanam di lembah Sungai Indus.
Kebudayaan
Hindu
Penggunaan pajak dan system irigasi memungkinkan
bangsa Arya menghasilkan cukup panen guna menopang kota besar. Pada 500 SM,
terdapat 16 kerajaan besar di India utara. Kerajaan terkuat adalah Maghada.
Maghada adalah tempat kelahiran Kekaisaran Maurya dan dua agama baru, Jain dan
Buddha. Bangsa Arya tidak mengenal system tulisan. Seperti banyak bangsa kuno,
mereka menurunkan sejarah dan keyakinan keagamaan secara lisan. Tradisi yang
disebut Wedha (Kitab Pengetahuan)
baru ditulis di kemudian hari. Kitab tertua adalah Rig-Weda, kumpulan lebih dari 1.000 himne, yang disusun dalam bahaa
mereka, Sansekerta. Sebagian besar dari yang kita ketahui tentang kehidupan
bangsa Arya pada zaman kuno berasal dari kitab Weda, kitab kuno orang Hindu.
Tidak seperti agama lainnya, Hinduisme tidak dimulai oleh seorang pengajar.
Kepercayaan dikumpulkan secara perlahan seiring perjalanan waktu.
0 komentar:
Post a Comment