Shogun adalah para jenderal yang bertindak sebagai
diktator dalam pemerintahan. Samurai adalah para ksatria Jepang. Keduanya
menguasai hampir 700 tahun.
Keluarga Fujiwara memegang kekuasaan di Jepang
selama 300 tahun sejak abad ke-9. Namun, pengaruh mereka melemah ketika dari
keluarga ini jarang lahir anak perempuan, yang merupakan mempelai tradisional
para kaisar. Selama beberapa waktu, sejumlah mantan kaisar memegang kekuasaan.
Kemudian, klan Taira mengambil alih kekuasaan untuk waktu singkat sampai
direbut oleh klan saingan, Minamoto, sebagai pendukung Minamoto Yoritomo.
Yoritomo memegang jabatan sei-i dai
shogun, yang berarti ‘jenderal besar penakluk kaum barbar’. Pada tahun
1192, ia mendirikan keshogunan Kamakura. Yoritomo memerintah Jepang dari
wilayahnya di Kamakura, dekat Edo (Tokyo), dengan kekuatan tak terbatas. Sejak
itu, para shogun memerintah Jepang sebagai diktator militer hingga tahun 1868.
Ketika Yoritomo wafat pada tahun 1199, keluarga Hojo, cabang dari klan Taira,
menjadi wali para shogun, dan memegang kekuasaan tidak resmi hingga keshogunan
Kamakura tersingkir pada tahun 1333.
Pemerintahan Jepang menjadi sangat kompleks. Kaisar
merupakan sosok seremonial, yang sangat dihormati oleh semua orang. Namun,
kekuasaan sebenarnya berada di tangan para shogun. Para wali kaisar dan shogun
juga memiliki pengaruh. Demikian pula dengan para daimyo atau bangsawan yang bersaing untuk mendapatkan jabatan di
istana dan kerap saling berperang untuk memperebutkan tanah. Akibatnya, muncul
satu kelas ksatria yang disebut samurai
yang bertempur bagi para daimyo.
Para
Ksatria Jepang
Samurai adalah para ksatria yang siap bertempur
sampai mati demi daimyo. Para samurai mengucap sumpah setia selamanya kepada
daimyo. Seperti para ksatria Eropa, samurai meyakini kebenaran dan kehormatan,
serta memiliki aturan tingkah laku ketat yang disebut bushido. Sebelum bertempur, seorang ksatria akan meneriakkan
namanya sendiri dan nama para leluhur, serta mengungkapkan aksi
kepahlawanannya. Dalam pertempuran, ia bertempur satu lawan satu, dan kerap
mereka menggunakan dua pedang sekaligus. Jika kalah atau ditangkap musuh,
seorang samurai harus melakukan ritual bunuh diri (hara-kiri) untuk menyelamatkan nama baiknya. Saat itu, persaingan
antar-samurai sangat tinggi.
Pada tahun 1333, klan Ashikaga menggulingkan
keshogunan Kamakura dan sang kaisar, serta mengangkat kaisar baru. Kaisar baru
menunjuk klan Ashikaga sebagai shogun, kali di Kyoto. Namun, kerap terjadi
pertempuran para samurai di antara daimyo. Perselisihan terus meningkat hingga,
pada 1467-1477, pecah perang saudara Onin. Hasilnya, Jepang terbagi menjadi
hampir 400 negara-klan. Para kaisar Kyoto menjadi tidak berdaya dan miskin.
Meski demikian, perdagangan dan kebudayaan yang berpusat di tanah para daimyo mencata
perkembangan di Jepang. Bagi penduduk biasa, perang di antara para daimyo
menyebabkan pajak tinggi, menimbulkan ketidakamanan dan gangguan bagi kehidupan
mereka.
0 komentar:
Post a Comment