Pada abad ke-13, orang-orang di Cina sangat tidak
tahu bahwa di Eropa memang ada manusia, demikian juga sebaliknya. Namun, semua
penduduk Cina itu merasa sangat ngeri oleh karena hadirnya satu orang pria.
Entah bagaimana caranya, ia dan “gerombolannya” seakan-akan datang dari negeri
antah-berantah, sambil menyuntikkan ketakutan ke dalam hati setiap orang dari
satu ujung bumi ke ujung yang lain.
Jenghis Khan (1167-1227), seorang panglima tertinggi
yang sangat tidak mengenal halusnya peradaban Cina maupun Eropa. Ia tidur di
tenda-tenda yang terbuat dari kulit binatang, dan dengan mengendarai kuda
Mongolia yang kekar serta berlari kencang, ia tampil laksana tokoh militer
paling berhasil dalam sejarah. Menjelang akhir abad ke-12, ia menjadi pemimpin
gerombolan orang Mongol yang tidak melihat adanya rambu-rambu untuk memiliki
Kekaisaran Mongol yang besar.
Bangsa Mongol adalah orang-orang yang suka
mengembara dan hidup di dataran-dataran yang luas di Asia Tengah. Selama
bertahun-tahun mereka mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan mendiami
tanah datar yang luas dan kering, berkelahi dnegan sesame dan merampok penduduk
desa-desa yang terletak di sekeliling Kekaisaran Cina. Hanya segelintir orang
di luar wilayah tempat tinggal mereka yang pernah mendengar tentang orang
Mongol. Tembok Besar Cina, yang mulai dibangun sekitar tahun 220 SM, lazimnya
membuat mereka tetap bertahan hidup, dan sebagian besar dari wilayah Eropa
jaraknya mencapai ribuan kilometer dari tanah-tanah gersang berhawa dingin yang
didiami orang-orang Mongol itu. Pada hakikatnya, tidak ada tembok atau jarak
yang akan menjadi persoalan.
Jenghis Khan pertama kali mengarahkan perhatiannya
kepada orang-orang Tartar. Setelah mengalahkan mereka, ia beralih ke selatan,
yaitu Cina, di mana Dinasti Qin sedang berada di ambang kehancuran dan oleh
karena itu, menjadi sasaran jarahan yang empuk bagi orang-orang Mongol. Jenghis
Khan merebut Peking (Beijing) pada tahun 1214 dan segera menduduki sebagian
besar wilayah Cina. Tahun 1219, ia menoleh ke barat, yaitu ke wilayah-wilayah
yang belum pernah mendengar tentang penaklukkan-penaklukkan yang dilakukannya.
”Gerombolan Mongol”, bak samudera menunggang kuda
yang dibekali persenjataan berat. Mereka datang untuk menjadi terkenal, membabat
Rusia, menghancurkan Kekaisaran Persia, mencaplok Polandia dan Hongaria serta
mengancam seantero Eropa. Selama delapan tahun berikutnya, Jenghis Khan
menciptakan kekaisaran berdampingan terbesar yang belum pernah disaksikan oleh
dunia. Hanya Kerajaan Inggris, apabila termasuk Kanada dan Australia, yang
dapat mengunggulinya. Tidak seperti Alexander yang Agung, para Caesar Romawi,
atau kaisar Persia, gagasan Jenghis Khan untuk menang bukanlah untuk menduduki
suatu wilayah dan memerintah penduduk setempat, melainkan memperkosa, menjarah,
dan menghancurkan apa saja yang ada di depan mata. Sikapnya yang melecahkan
harkat manusia membuatnya sangat ditakuti di seluruh wilayah Eurasia.
Meskipun demikian, keberhasilan gerombolan itu
seluruhnya bergantung pada kemampuan Jenghis Khan dalam memimpin dan menyatukan
orang-orang Mongol. Ketika Ogadai Khan (1185-1241) menjadi pemimpin sepeninggal
Jenghis, dan melanjutkan tradisinya untuk menaklukkan wilayah-wilayah lain,
kendaraan berat yang sangat besar milik orang-orang Mongol itu betul-betul
kehabisan bahan bakar dan mereka pun kembali ke Asia Tengah.
Untuk jangka panjang, dampak paling penting yang
ditimbulkan oleh Kekaisaran Mongol adalah bahwa penduduk di kedua ujung
bumi–Cina dan Eropa–menyadari bahwa pihak lain itu eksis. Perang Salib telah
membuka kembali dialog masa lalu antara Eropa dan Timur Tengah, namun sebelum orang-orang Mongol, penduduk Eropa sama
sekali tidak sadar bahwa ada wilayah yang bernama Timur Jauh.
0 komentar:
Post a Comment