Sebelum abad ke-13, kesan-kesan yang dimiliki
penduduk Eropa mengenai Asia didasarkan pada pengalaman mereka yang mengerikan
dengan bangsa Mongol, dan mereka sangat tidak memiliki pengetahuan mengenai
budaya Cina yang pelik selain budaya Mongolia. Karena sesungguhnya belum pernah
ada interaksi antarbudaya, mereka tidak saling mengenal secara memadai sehingga
mereka tidak tahu bagaimana harus membuka sebuah dialog. Abjad, bahasa, dan
tradisi budaya masing-masing berkembang tanpa saling bergantung, dan jelas
berbeda.
Beberapa orang Eropa sudah pernah mendengar tentang
Cina, namun tak seorang pun yang pernah mengunjungi negara itu dan kembali
untuk memberikan informasi sampai Nicolo Polo dan saudara laki-lakinya, Maffeo
Polo berkunjung sendiri pada tahun 1269.
Kedua kakak-beradik itu, yang berasal dari kota
mandiri Venesia di Italia (yang merupakan salah satu kota dagang terpenting di
Eropa) sudah berlayar sejauh Laut Hitam hingga dengan tujuan berdagang di mana
mereka berjumpa sejumlah penduduk Turkestan. Melalui mereka, kedua bersaudara
Italia tadi berkenalan dengan utusan-utusan istana Kubilai Khan (1215-1294),
kaisar Cina di Mongol. Utusan Cina itu mengundang kakak-beradik Polo untuk
singgah di Cina dan berkenalan dengan kaisar mereka yang belum pernah berjumpa
dengan orang Eropa; Kubilai Khan, yang sangat tertarik pada apa yang mereka
utarakan, menyuruh mereka untuk meminta kepada paus agar mengutus misionaris
dan mengajarkan agama Kristen, kesenian Barat, dan kesusastraan Barat kepada
orang Cina.
Tatkala kedua kakak-beradik itu kembali ke Italia
pada tahun 1269, orang-orang senegerinya tidak sanggup membayangkan kehebatan
cerita mereka. Tahun 1271, Polo bersaudara memutuskan untuk kembali ke Cina,
dan kali ini dengan membawa seorang remaja laki-laki, putra Nicolo, yang
bernama Marco. Kubilai Khan terpesona melihat penampilan pemuda belia itu dan
dia dijadikan duta besar berkuasa penuh, diutus untuk menjalankan banyak misi
di lingkungan Cina hingga Tibet dan Birma (Myanmar). Marco Polo (1254?-1324)
melihat lebih banyak Asia ketimbang yang pernah disaksikan atau bahkan pernah
diimpikan oleh orang Eropa manapun. Bersama-sama ayah dan pamannya, Marco
menetap di Cina selama 20 tahun lebih. Ia mempelajari bahasa-bahasa dan
adat-istiadat di Asia dan mengenal beragam bangsa dengan segala perbedaannya.
Ketika Polo kembali ke Venesia pada tahun 1295, mereka sekali lagi
diperhadapkan dengan sikap ketidakpercayaan. Namun, setelah mereka
memperlihatkan apa yang mereka telah pelajari di Cina, penduduk Venesia
akhirnya merasa yakin dan Polo bersaudara disambut serta dihormati.
Banyak hal menakjubkan yang mereka bawa kembali dari
Cina tidak pernah dilihat di Eropa sebelumnya. Bahkan ada sebuah dongeng–yang
tidak dibuktikan kebenarannya–bahwa mereka memperkenalkan spageti di Italia
yang dibawa dari Cina. Adalah mungkin bahwa buku karya Marco Polo, The Travels of Marco Polo, merupakan
salah satu buku perjalanan paling terkenal dan paling berpengaruh sepanjang
sejarah. Kehebatannya dalam menggambarkan sesuatu secara rinci melengkapi
cakrawala orang Eropa Abad Pertengahan dengan informasi yang substansial
mengenai Cina dan negara-negara Asia lain.
Karena perjalanan darat sulit dilakukan, perdagangan
antara Eropa dan Timur Jauh berjalan lamban. Namun, jalur perdagangan dibuka
setelah Marco Polo menunjukkan rincian rute-rute yang dapat dilalui. Benar,
perjalanan laut Christhoper Columbus dua abad kemudian diilhami oleh sebuah
hasrat untuk menemukan sebuah rute ke Cina dengan cara yang lebih mudah.
0 komentar:
Post a Comment