Pada abad ke-13, perebutan kekuasaan semakin
meruncing di antara raja dan para bangsawan Inggris. Kekuasaan mutlak para
penguasa dipertanyakan oleh orang-orang yang diperintah.
Tahun-tahun Penting
|
|
1215
|
Raja
John enggan mencantumkan segelnya di atas Magna
Carta
|
1216
|
Raja
John wafat. Putranya yang berusia Sembilan tahun, Henry III, menjadi raja
|
1225
|
Magna Carta
menjadi undang-undang di Inggris
|
1227
|
Henry
III, yang berusia 20 tahun, mulai memerintah
|
1258
|
Reformasi
hukum–Ketetapan Oxford
|
1265
|
Simon
de Montford menyerukan pembentukan Parlemen
|
1272
|
Edward
I menjadi Raja Inggris
|
1295
|
Model
Parlemen Edward I
|
1307
|
Edward
II menjadi Raja Inggris
|
1388
|
Penentangan
tehadap Richard II
|
Raja John
dari Inggris, anak bungsu Raja Henry II, terkenal cepat murka. Tidak heran jika
ia tidak disukai oleh para baron di wilayah Anjou dan Poitiers yang dikuasai
Inggris. Kedua daerah itu jatuh ke tangan Perancis. Di Inggris, John mengenakan
pajak tinggi bagi para baron dan memerintah sangat keras sehingga mendorong
pemberontakan. Para baron mengancam John. Mereka menuntut agar John menerima
hak-hak tradisional mereka serta mematuhi hukum.
Magna
Carta
Pada tahun 1215, para baron menemui Raja John di
sebuah padang rumput bernama Runnymede, di tepi Sungai Thames. Di sana, mereka
memaksa John untuk mencantumkan segel kerajaan di atas Magna Carta, yang
berarti ‘piagam agung’. Piagam ini meluputi banyak hal penting, termasuk
masalah wewenang dan kekuasaan para sherif serta berbagai hak hukum bagi orang
merdeka dan kota. Raja setuju untuk mematuhi hukum itu. Raja tidak diizinkan
memungut pajak tanpa persetujuan Majelis Agung para bangsawan. Tidak lama
setelah menyetujui piagam tersebut, John berbalik mengingkarinya. Perang saudara
pun pecah. Tidak lama kemudian John wafat, meninggalkan takhta kepada anaknya
yang masih muda, yaitu Henry III. Magna Carta disahkan kembali. Pada tahun
1225, Magna Carta dijadikan undang-undang Inggris. Henry III adalah raja yang
tidak cakap memerintah dan menghabiskan banyak uang negara. Karenanya, para
baron bersatu kembali, kali ini dipimpin oleh Simon de Montfort. Mereka memaksa
Henry III agar berkonsultasi dengan Majelis Agung untuk segala urusan penting.
Seperti ayahnya, Henry III kemudian mengingkari janjinya, tapi de Montfort
mengalahkannya dalam pertempuran di Lewes. Simon de Montfort dan Majelis Agung lalu memerintah Inggris atas
nama Henry.
Kekuatan
Parlemen
Pada tahun 1265, Simon de Monfort menyerukan
pembentukan parlemen baru yang terdiri atas dua kamar, House of Lords (sebelumnya Majelis Agung para bangsawan dan uskup)
dan House of Commons terdiri atas dua
orang ksatria dari setiap desa yang mewakili rakyat, dan dua orang warga
terhormat dari setiap kota kecil. Kemudian, Raja Edward I (1272-1307), penguasa
yang berhasil, memperbarui hukum dan pemerintahan di Inggris. Ia membentuk satu
Model Parlemen yang memasukkan lebih banyak perwakilan dari negeri itu. Namun,
kekuasaan tetap dipegang raja. Pada tahun 1388, Raja Richard II bentrok dengan
Parlemen yang melucuti beberapa hak raja.
Seiring waktu, kekuatan parlemen berangsur
berkembang. House of Commons perlahan
memperoleh kekuasaan lebih besar, meskipun parlemen masih didominasi oleh kelas
atas. Baru pada abad ke-20, demokrasi utuh diterapkan sepenuhnya.
0 komentar:
Post a Comment