Beberapa
peristiwa telah membentuk sejarah umat manusia sebagaimana kedatangan
Christopher Columbus (1451-1506) di Benua Amerika. Columbus tidak menemukan
Amerika–sudah ada penduduk asli yang jumlahnya mencapai Sembilan juta jiwa di
belahan bumi Barat ketika Columbus menjejakkan kakinya di pantai El Salvador.
Meskipun demikian, penduduk asli Amerika tidak memiliki pengetahuan tentang
eksistensi dunia belahan Timur sebesar kesadaran penduduk Eropa mengenai
eksistensi pulau-pulau di Amerika. Kedua wilayah itu berbeda dan sama sekali tidak bergantung satu
sama lain, seakan-akan keduanya betul-betul berada di planet yang terpisah.
Orang-orang Viking di bawah kepemimpinan Leif Ericson (970-1020) sudah menetap
untuk waktu yang singkat di Nova Scotia pada tahun 1000 Masehi, namun mereka
tidak pernah menyadari bahwa mereka telah menginjakkan kaki di belahan bumi
yang lain. Columbus membuka jalan untuk kedua belahan bumi ini dalam
berinteraksi.
Sekarang,
kita tahu bahwa dunia berbentuk bulat dengan tanah-tanah datar yang padat di
belahan timur maupun barat. Meskipun demikian, sebelum era Columbus, pandangan
yang diterima di Eropa adalah bahwa bumi itu datar seperti sebuah meja, dan
bahwa jika kita berlayar mengarungi samudera hingga jarak yang sangat jauh,
kita akan gagal mencapai ujung bumi. “Dunia”–daratan padat yang kita
diami–dikelilingi oleh air, dan hanya sebatas itu.
Columbus
lahir di Genoa, sebuah kota palabuhan di Italia, dan merupakan salah satu dari
sekelompok orang yang percaya bahwa dunia berbentuk bulat dan bahwa orang dapat
pergi ke timur atau ke barat dan akhirnya bertemu kembali di titik di mana ia
memulai perjalanannya.
Ada
juga sebuah alasan praktis untuk membuktikan teori ini. Menjelang abad ke-15,
perdagangan dengan Timur Jauh, yang dikembangkan oleh pedagang-pedagang Venesia
yang mengikuti jalur perjalanan Marco Polo, berjalan baik di Eropa. Akan
tetapi, rute perdagangan lewat darat yang dirintis Marco Polo menjadi sebuah
perjalanan yang sangat panjang dan sukar. Para nahkoda, seperti Columbus, yang
mempercayai teori bahwa dunia itu bulat, merasa yakin bahwa mereka dapat
mencapai Timur Jauh dengan berlayar
menuju Barat.
Columbus
berupaya mencari sebuah sokongan dari pemerintah yang bersedia menanggung biaya
perjalanannya. Permohonannya ditolak oleh Genoa, Venesia, maupun Portugal. Ia
selanjutnya berpaling kepada Raja Ferdinand V (1452-1516) dan Ratu Isabella I
(1451-1501) dari Spanyol. Mereka sepakat untuk menyerahkan tiga buah kapal–Nina, Pinta, dan Santa Maria–termasuk
anak buah kapalnya untuk perjalanan itu. Columbus mulai berlayar pada 6
September 1492 dan, setelah pelayaran berjalan lima minggu di mana semua anak
buah kapalnya nyaris memberontak, ekspedisi itu mendarat di El Salvador,
Kepulauan Hindia Barat, 12 Oktober tahun itu.
Columbus
kembali ke Spanyol pada 15 Maret 1493 dan berlayar beberapa kali lagi untuk
mendapatkan wilayah jajahan. Langkah ini dilakukan secara berturut-turut pada
tahun 1493, 1500, dan 1502. Ia meninggal dunia dalam kondisi miskin dan terabaikan
pada tahun 1506 sengan membawa keyakinan bahwa dirinya telah mencapai Asia.
Penemuan-penemuannya ditanggapi dengan antusias oleh orang-orang Spanyol, yang
dengan menggebu-gebu berupaya menjelajahi dan menjajah yang akhirnya
menghasilkan sebuah penelitian atas sebagian besar pantai timur dari belahan
bumi Barat selama satu generasi. Bangsa Spanyol itu pun akhirnya sadar bahwa
Columbus sebetulnya telah menemukan sebuah “Dunia Baru”.
0 komentar:
Post a Comment