Wednesday, January 16, 2013

Revolusi Prancis

Selama berabad-abad, sejarah politik dunia sarat dengan kejadian-kejadian mengenai diturunkannya calon raja atau kaisar, atau konspirasi untuk menggulingkan raja dan kerajaan yang sedang memerintah. Pada paruh kedua abad ke-18, sebuah fenomena baru mulai timbul. Rakyat jelata bangkit melawan penguasa yang memerintah mereka…dan mereka menang. Peristiwa-peristiwa semacam itu tidak sekadar menyangkut teritori-teritori kecil yang terpencil letaknya, melainkan sebuah revolusi yang penting di negara-negara besar, seperti di Inggris dan Prancis.
Pertama-tama, Amerika Utara yang menjadi jajahan utama Inggris, mendeklarasikan kemerdekaannya dan bangkit sebagai sebuah bangsa baru. Selanjutnya, rakyat Prancis, yang penat dengan kelaliman mutlak dari raja-raja Dinasti Bourbon, memberontak melawan Raja Louis XVI (1754-1793), yang sudah berkuasa sejak 1774 sebagai raja Bourbon kelima. Baik kelas menengah maupun kelas papa sudah lama merasa tidak suka dengan kekuasaan maupun hak-hak istimewa yang dimiliki para bangsawan
Awal Revolusi
Pada abad ke-18, Prancis berada dalam krisis. Bahan pangan langka, harga-harga melambung, dan pemerintah bangkrut. Untuk memperoleh lebih banyak uang, Raja Louis harus mengambil pinjaman atau menaikkan pajak. Untuk itu, ia memerlukan persetujuan dan dukungan dari majelis tradisional, Estates General, yang tidak pernah mengadakan pertemuan selama 175 tahun. Namun, penyulut kemarahan mereka sehingga mengadakan revolusi adalah tindakan Louis yang menetapkan bahwa kaum bangsawan dibebaskan dari pajak.
Pada saat pertemuan, para wakil kelas professional memberontak melawan para bangsawan dan kaum rohaniwan. Mereka membentuk Majelis Nasional dan menuntut perubahan, membuat konstitusi baru yang menghapus tatanan lama, menasionalisasi tanah milik Gereja, dan menyusun kembali pemerintahan lokal. Louis mengirim pasukan untuk membubaskan Majelis Nasional.
Ketika warga Paris mendengar hal itu, mereka memberontak. Pada tanggal 14 Juli 1789, nyaris seluruh rakyat Prancis berbondong-bondong menyerbu dan merebut Bastille, penjara raksasa yang digunakan untuk memenjarakan para tokoh rakyat yang menentang raja. Louis, yang pada waktu itu berdiam di istana Versailles, pingsan dan tidak dapat berbuat apa-apa tatkala rakyat mendeklarasikan bahwa mereka adalah warga negara Prancis dan bukan lagi bawahan dari Raja Prancis. Louis sudah begitu lama tidak peka terhadap lingkungan sehingga ia tidak tahun seberapa dalam ketidakpuasan yang dirasakan rakyatnya. Ratunya, Marie Antoinette (1755-1793) yang berasal dari Austria dan sama-sama tidak pedulinya memberi komentar, “Suruh mereka makan kue!” ketika di diberi tahu bahwa rakyat marah karena mereka tidak punya roti untuk dimakan. Kerusuhan itu menandai sebuah revolusi berdarah. Para pemberontak menuntut, “Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan” (Liberty, Equality, Fraternity).
Sementara gerakan rakyat yang melakukan revolusi semakin bertumbuh, anarki melanda Prancis, terutama di Paris. Raja, ratu, beserta keluarga kerajaan ditahan di sebuah rumah dan kemudian dipenjara. Akhirnya, dalam musim dingin tahun 1792-1793, mereka, satu per satu, dipancung dengan guillotin (alat pemancung kepala).
Tahun-tahun Penting
1788
Estates Generales dipanggil untuk mengadakan pertemuan
1789
Pembentukan Majelis Nasional dan serangan terhadap Bastille
1789
Deklarasi Hak-hak Manusia
1791
Konstitusi Baru dan Majelis Perwakilan
1792
Perang Revolusioner dan Republik Prancis Pertama
1793-1794
Rezim Teror
1794
Kediktatoran Robespierre. Serangan ke Belanda
1795-1799
Direktori memerintah Prancis
1796
Napoleon menjadi panglima tertinggi tentara Prancis
1799
Napoleon mengambil alih kekuasaan
Perebutan Kekuasaan
Pada tahun 1792, monarki dihapuskan. Dan pada saat itu juga, pemerintahan revolusioner berperang dengan banyak negara Eropa lainnya, yang khawatir revolusi akan menyebar ke negeri mereka.
Seperti kerap terjadi dalam revolusi, timbul kekacauan dan terjadi perebutan kekuasaan. Pemerintahan revolusioner yang baru menangkap pesaing mereka, baik pendukung revolusi maupun pemimpin rakyat, dan menuduh mereka sebagai “musuh revolusi”. Bentrokan politik terjadi antara kelompok Jacobin dan Girondin, yang dimenangkan oleh Jacobin. Kelompok Jacobin, yang dipimpin oleh Maximilien Robespierre (1758-1794), kemudian mendominasi badan pemerintahan baru yang disebut Komite Keselamatan Publik. Komite ini dikepalai oleh Robespierre sendiri. Komite ini juga memobilisasi tentara Prancis untuk menghadapi serbuan dari luar. Antara September 1793 dan Juli 1794, mereka menghukum mati siapa pun yang menentang selama Rezim Teror berlangsung.
Rezim Teror
Setelah Louis dihukum mati pada 1793, Komite menyerang dan menghukum siapa pun yang dicurigai menetang revolusi. Sebuah pengadilan didirikan untuk mengadili “musuh-musuh negara”, meski pengadilan ini berlangsung tergesa-gesa dan kerap tidak adil. Para aristokrat, pendukung monarki, pendeta, dan siapa pun yang dicurgai, dihukum guillotin. Selama Rezim Teror berlangsung, sekitar 18.000 orang kehilangan nyawa. Setelah Robespierre menyingkirkan saingannya di Komite, ia memerintah untuk wantu singkat. Akhirnya, ia sendiri dihukum guillotin pada Juli 1794. Dan Rezim Teror pun berakhir.
Direktori
Konstitusi baru disusun pada tahun 1795 dan terbentuk pemerintahan lemah yang disebut Direktori. Perang telah berkobar, dan tentara revolusioner Prancis berhasil menaklukkan Belanda dan Jerman selatan. Seorang jenderal muda, Napoleon Bonaparte (1769-1821), mengambil alih pasukan. Ia menyerbu Italia, Swiss, dan Mesir. Direktori bergantung pada Napoleon. Napoleon menjadi populer dan kuat. Pada tahun 1799, Napoleon menyingkirkan Direktori dan  mengambil alih kekuasaan.

0 komentar:

Post a Comment