Sunday, April 13, 2014

Amerika Serikat: Masa Antara Perang


Bahkan sebelum pecah perang di Eropa, Amerika Serikat telah menjalankan politik isolasi. Kebijakan ini menyebabkan negara tidak terlibat dalam urusan luar, kecuali jika dipandang perlu untuk mempertahankan diri. Keterisolasian secara geografis dan kesibukan dalam urusan domestik memungkinkan pemimpin Amerika Serikat untuk tetap tidak terlibat dalam persekutuan dengan negara-negara Eropa.
Ketika Perang Dunia I pecah di Eropa, sebagian besar penduduk Amerika Serikat ingin tetap netral. Presiden Woodrow Wilson menghabiskan periode 1914 sampai 1917 dengan mencoba melakukan mediasi antara negara-negara Eropa sedang berperang dan menjaga agar  Amerika Serikat tetap tidak terlibat dalam perang. Amerika Serikat baru ikut berperang pada 1917, setelah kapal Amerika Serikat diserang oleh kapal selam Jerman, U-boot (Inggris menyebutnya U-boat).
Setelah Perang Dunia I, keinginan melakukan isolasi semakin kuat. Pada 1919, Senat Amerika Serikat memutuskan untuk tidak bergabung dalam Liga Bangsa-Bangsa. Sejak awal 1920-an, ekonomi Amerika Serikat cepat pulih dari depresi sehabis perang. Produksi industri mulai tumbuh.
Pada 1920, Warren Harding (1865-1923) terpilih sebagai presiden. Ia menjanjikan “kembali ke keadaan normal” yang berarti Amerika Serikat tidak akan ikut ambil bagian dalam hubungan internasional. Ia juga membuat hokum dan aturan negara. Salah satunya, pelarangan alkohol. Ini menandai dimulainya periode Pelarangan di Amerika Serikat.
Pelarangan dan Gangster
Sebelum Perang Dunia I, Women’s Christian Temperance Union dan kelompok penentang lainnya memperjuangkan kebijakan Pelarangan. Mereka berpendapat bahwa alkohol adalah minuman berbahaya yang dapat menghancurkan kehidupan keluarga dan memicu tindak kejahatan. Usaha ini membuat Amandemen ke-18 ditambah ke dalam Konstitusi Amerika Serikat pada 1920. Amandemen ini berisi pelarangan industri manufaktur, perjualan, dan transportasi minuman beralkohol di Amerika Serikat. Banyak orang berpikir bahwa aturan ini akan mengurangi tindak kejahatan. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Para gangster mendirikan kedai minum yang disebut speakeasy, tempat mereka menjual minuman selundupan atau illegal. Perang terbukan antargeng menjadi pemandangan yang umum, sementara korupsi di lembaga penegak hokum kerap terjadi. Ketika disadari bahwa kebijakan Pelarangan ini tidak berjalan sebagaimana mestinya, Amandemen ke-21 disahkan untuk mengakhiri kebijakan Pelarangan pada 1933.
Lonjakan dan Kegagalan
Dengan berakhirnya Perang Dunia I, Amerika Serikat menarik diri dari panggung dunia dan melanjutkan kebijakan isolasi pada 1930-an, bahkan memperkenalkan kebijakan pembatasan imigrasi. Selama lonjakan ekonomi pada 1920-an, Amerika Serikat menjadi negara pertama di mana jutaan penduduknya mengendarai mobil, mendengarkan radio, dan dapat menyaksikan film. Masa ini merupakan pencapaian terbesar dalam bidang seni, termasuk pertumbuhan industri film Hollywood, dan kemajuan di bidang arsitektur. Garis langit New York terus berubah ketika semakin banyak gedung dibangun. Namun Raungan Abad ke-20 (Roaring Twenties), yaitu Era Musik Jazz, berakhir dengan runtuhnya bisnis dan ekonomi pada 1929. Untuk mengatasi pengangguran massal, Presiden Franklin Delano Roosevelt (1882-1945) menggunakan dana pemerintah dari pajak untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru guna mengatasi tingginya tingkat pengangguran.
Berakhirnya Kebijakan Isolasi
Presiden Roosevelt meneruskan kebijakan isolasi luar negeri hingga meletusnya perang di Eropa pada 1939. Kebijakan ini berakhir tiba-tiba saat Jepang menyerang Pearl Harbor, pelabuhan Angkatan Laut Amerika Serikat di Hawaii, Samudera Pasifik, pada 7 Desember 1941. Presiden Roosevelt menggambarkan 7 Desember sebagai “tanggal yang akan dikenang dengan kengerian”. Hari berikutnya, Kongres mengumumkan perang atas Jepang. Amerika Serikat ikut dalam Perang Dunia II dan politik isolasi pun berakhir.

0 komentar:

Post a Comment