Bahkan
sebelum pecah perang di Eropa, Amerika Serikat telah menjalankan politik
isolasi. Kebijakan ini menyebabkan negara tidak terlibat dalam urusan luar,
kecuali jika dipandang perlu untuk mempertahankan diri. Keterisolasian secara
geografis dan kesibukan dalam urusan domestik memungkinkan pemimpin Amerika
Serikat untuk tetap tidak terlibat dalam persekutuan dengan negara-negara
Eropa.
Ketika
Perang Dunia I pecah di Eropa, sebagian besar penduduk Amerika Serikat ingin
tetap netral. Presiden Woodrow Wilson menghabiskan periode 1914 sampai 1917
dengan mencoba melakukan mediasi antara negara-negara Eropa sedang berperang
dan menjaga agar Amerika Serikat tetap
tidak terlibat dalam perang. Amerika Serikat baru ikut berperang pada 1917,
setelah kapal Amerika Serikat diserang oleh kapal selam Jerman, U-boot (Inggris menyebutnya U-boat).
Setelah
Perang Dunia I, keinginan melakukan isolasi semakin kuat. Pada 1919, Senat
Amerika Serikat memutuskan untuk tidak bergabung dalam Liga Bangsa-Bangsa.
Sejak awal 1920-an, ekonomi Amerika Serikat cepat pulih dari depresi sehabis
perang. Produksi industri mulai tumbuh.
Pada
1920, Warren Harding (1865-1923) terpilih sebagai presiden. Ia menjanjikan
“kembali ke keadaan normal” yang berarti Amerika Serikat tidak akan ikut ambil
bagian dalam hubungan internasional. Ia juga membuat hokum dan aturan negara.
Salah satunya, pelarangan alkohol. Ini menandai dimulainya periode Pelarangan
di Amerika Serikat.
Pelarangan
dan Gangster
Sebelum
Perang Dunia I, Women’s Christian
Temperance Union dan kelompok penentang lainnya memperjuangkan kebijakan
Pelarangan. Mereka berpendapat bahwa alkohol adalah minuman berbahaya yang
dapat menghancurkan kehidupan keluarga dan memicu tindak kejahatan. Usaha ini membuat
Amandemen ke-18 ditambah ke dalam Konstitusi Amerika Serikat pada 1920.
Amandemen ini berisi pelarangan industri manufaktur, perjualan, dan
transportasi minuman beralkohol di Amerika Serikat. Banyak orang berpikir bahwa
aturan ini akan mengurangi tindak kejahatan. Namun, yang terjadi adalah
sebaliknya. Para gangster mendirikan
kedai minum yang disebut speakeasy,
tempat mereka menjual minuman selundupan atau illegal. Perang terbukan
antargeng menjadi pemandangan yang umum, sementara korupsi di lembaga penegak
hokum kerap terjadi. Ketika disadari bahwa kebijakan Pelarangan ini tidak
berjalan sebagaimana mestinya, Amandemen ke-21 disahkan untuk mengakhiri
kebijakan Pelarangan pada 1933.
Lonjakan
dan Kegagalan
Dengan
berakhirnya Perang Dunia I, Amerika Serikat menarik diri dari panggung dunia
dan melanjutkan kebijakan isolasi pada 1930-an, bahkan memperkenalkan kebijakan
pembatasan imigrasi. Selama lonjakan ekonomi pada 1920-an, Amerika Serikat
menjadi negara pertama di mana jutaan penduduknya mengendarai mobil,
mendengarkan radio, dan dapat menyaksikan film. Masa ini merupakan pencapaian
terbesar dalam bidang seni, termasuk pertumbuhan industri film Hollywood, dan
kemajuan di bidang arsitektur. Garis langit New York terus berubah ketika
semakin banyak gedung dibangun. Namun Raungan Abad ke-20 (Roaring Twenties), yaitu Era Musik Jazz, berakhir dengan runtuhnya
bisnis dan ekonomi pada 1929. Untuk mengatasi pengangguran massal, Presiden
Franklin Delano Roosevelt (1882-1945) menggunakan dana pemerintah dari pajak
untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru guna mengatasi tingginya tingkat
pengangguran.
Berakhirnya
Kebijakan Isolasi
Presiden
Roosevelt meneruskan kebijakan isolasi luar negeri hingga meletusnya perang di
Eropa pada 1939. Kebijakan ini berakhir tiba-tiba saat Jepang menyerang Pearl
Harbor, pelabuhan Angkatan Laut Amerika Serikat di Hawaii, Samudera Pasifik,
pada 7 Desember 1941. Presiden Roosevelt menggambarkan 7 Desember sebagai
“tanggal yang akan dikenang dengan kengerian”. Hari berikutnya, Kongres mengumumkan
perang atas Jepang. Amerika Serikat ikut dalam Perang Dunia II dan politik
isolasi pun berakhir.
0 komentar:
Post a Comment