Friday, February 28, 2014

Revolusi Rusia

Pada permulaan abad ke-20, Kekaisaran Rusia merupakan kekaisaran terbesar yang membina kontak sepenuhnya dengan dunia. Meskipun demikian, kekaisaran ini juga merupakan sebuah tempat primitif yang terbelakang, yang nyaris tidak disentuh oleh Revolusi Industri atau pembaharuan-pembaharuan sosial yang begitu mempengaruhi Eropa sepanjang abad sebelumnya. Diperintah oleh sebuah dinasti yang otokratis secara total, yaitu Dinasti Romanov, rakyat Rusia makin hari makin gelisah.
Timbul pemberontakan pada tahun 1905 setelah Rusia mengalami kekalahan yang memalukan dalam Perang Rusia-Jepang, namuan Tsar Nicholas II (1868-1918) berhasil menekannya. Tahun 1914, Nicholas sekali lagi maju ke medan perang, kali ini melawan Jerman. Setelah pasukannya menderita kekalahan di medan tempur, situasi domestik mulai kisruh. Dengan persediaan makanan yang makin menipis, terjadi peningkatan kemarahan terhadap kaum kaya yang selalu menikmati gaya hidup berfoya-foya dengan mengorbankan kepentingan orang lain.
Kerusuhan
Setelah berkali-kali terjadi penjarahan makanan, tahun 1915 dan 1916, sebuah revolusi berskala penuh meletus pada tahun 1917, dan pada tanggal 2 Maret, Nicholas dipaksa turun takhta. Beberapa upaya—sekalipun gagal, dijalankan untuk membentuk sebuah pemerintahan baru. Kendati demikian, seluruh struktur sosial dan ekonomi dalam Kekaisaran Rusia akhirnya tumbang akibat beratnya beban yang harus dipikul dan ketegangan sebagai dampak Perang Dunia I. Sementara anarki dan kelaparan melanda bagian pinggiran negeri itu, Rusia menjadi lahan yang subur bagi doktrin sosialisme, yang dikhotbahkan oleh seorang akademis Jerman, calon ahli filsafat yang bernama Karl Marx (1818-1883). Marx mempercayai bahwa rakyat jelata seharusnya dapat menjadi kaya hanya dengan merebut tanah milik kaum kaya. Kelompok sosialis yang paling kejam adalah Bolseviks, yang juga paling terorganisasi. Kelompok ini dengan suara lantang menentang tsar. Ketika sebuah pemerintahan dibentuk oleh anggota Partai Demokrat Konstitusional yang dipimpin oleh Alexander Kerensky (1881-1970), kaum Bolseviks menyerang tsar juga. Pada 7 Nopember 1917, Kerensky ditumbangkan dalam sebuah kudeta berdarah dan Bolseviks merebut kekuasaan, mendirikan sebuah dewan yang dinamai Dewan Kepala Departemen Pemerintahan untuk memerintah Rusia. Kepala dewan ini, perdana menteri pertama dari Rusia pasca-kekaisaran, adalah Vladimir Ilyich Ulianov (1870-1924), yang dikenal dengan nama Vladimir Lenin, yang sudah menetap di Swiss ketika revolusi itu meletus.
Lahirnya Negara Komunis Pertama di Dunia
Pemerintahan baru Lenin menghadapi banyak lawan, namun dalam bulan Maret 1918, ia menandatangani sebuah perjanjian damai dengan Jerman dan mampu membawa pulang pasukan-pasukan yang setia untuk menjalankan rencananya dan menutup mulut mereka yang tidak sependapat dengan dirinya. Tanggal 17 Juli 1918, Lenin mengeluarkan perintah bahwa tsar yang dipecat dijatuhi hukuman dan ia pun mulai mengkonsolidasi kekuatan. Ia menyatukan semuah jajahan tsar terakhir menjadi sebuah kekaisaran baru, dan diberi nama Union of Sovyet Socialist Republics (USSR) atau Uni Sovyet pada tanggal 30 Desember 1922. Sebuah negara dengan satu partai yang dilandasi gagasan-gagasan Karl Marx, di mana Partai Komunis yang dipimpin Lenin memiliki semua kekuatan dan menguasai segala kekayaan dan tanah. Selama beberapa dekade berikutnya, jutaan nyawa dan sumber-sumber daya besar dikorbankan dalam upaya yang sia-sia untuk membenarkan sebuah eksperimen yang kejam di kalangan masyarakat yang membutuhkan waktu 70 tahun untuk mengakhirinya.

0 komentar:

Post a Comment