Pada
permulaan abad ke-20, Kekaisaran Rusia merupakan kekaisaran terbesar yang
membina kontak sepenuhnya dengan dunia. Meskipun demikian, kekaisaran ini juga
merupakan sebuah tempat primitif yang terbelakang, yang nyaris tidak disentuh oleh
Revolusi Industri atau pembaharuan-pembaharuan sosial yang begitu mempengaruhi
Eropa sepanjang abad sebelumnya. Diperintah oleh sebuah dinasti yang otokratis
secara total, yaitu Dinasti Romanov, rakyat Rusia makin hari makin gelisah.
Timbul
pemberontakan pada tahun 1905 setelah Rusia mengalami kekalahan yang memalukan
dalam Perang Rusia-Jepang, namuan Tsar Nicholas II (1868-1918) berhasil
menekannya. Tahun 1914, Nicholas sekali lagi maju ke medan perang, kali ini
melawan Jerman. Setelah pasukannya menderita kekalahan di medan tempur, situasi
domestik mulai kisruh. Dengan persediaan makanan yang makin menipis, terjadi
peningkatan kemarahan terhadap kaum kaya yang selalu menikmati gaya hidup
berfoya-foya dengan mengorbankan kepentingan orang lain.
Kerusuhan
Setelah
berkali-kali terjadi penjarahan makanan, tahun 1915 dan 1916, sebuah revolusi
berskala penuh meletus pada tahun 1917, dan pada tanggal 2 Maret, Nicholas
dipaksa turun takhta. Beberapa upaya—sekalipun gagal, dijalankan untuk
membentuk sebuah pemerintahan baru. Kendati demikian, seluruh struktur sosial
dan ekonomi dalam Kekaisaran Rusia akhirnya tumbang akibat beratnya beban yang
harus dipikul dan ketegangan sebagai dampak Perang Dunia I. Sementara anarki
dan kelaparan melanda bagian pinggiran negeri itu, Rusia menjadi lahan yang
subur bagi doktrin sosialisme, yang dikhotbahkan oleh seorang akademis Jerman,
calon ahli filsafat yang bernama Karl Marx (1818-1883). Marx mempercayai bahwa
rakyat jelata seharusnya dapat menjadi kaya hanya dengan merebut tanah milik
kaum kaya. Kelompok sosialis yang paling kejam adalah Bolseviks, yang juga
paling terorganisasi. Kelompok ini dengan suara lantang menentang tsar. Ketika
sebuah pemerintahan dibentuk oleh anggota Partai Demokrat Konstitusional yang
dipimpin oleh Alexander Kerensky (1881-1970), kaum Bolseviks menyerang tsar
juga. Pada 7 Nopember 1917, Kerensky ditumbangkan dalam sebuah kudeta berdarah
dan Bolseviks merebut kekuasaan, mendirikan sebuah dewan yang dinamai Dewan
Kepala Departemen Pemerintahan untuk memerintah Rusia. Kepala dewan ini,
perdana menteri pertama dari Rusia pasca-kekaisaran, adalah Vladimir Ilyich
Ulianov (1870-1924), yang dikenal dengan nama Vladimir Lenin, yang sudah
menetap di Swiss ketika revolusi itu meletus.
Lahirnya
Negara Komunis Pertama di Dunia
Pemerintahan
baru Lenin menghadapi banyak lawan, namun dalam bulan Maret 1918, ia
menandatangani sebuah perjanjian damai dengan Jerman dan mampu membawa pulang
pasukan-pasukan yang setia untuk menjalankan rencananya dan menutup mulut
mereka yang tidak sependapat dengan dirinya. Tanggal 17 Juli 1918, Lenin
mengeluarkan perintah bahwa tsar yang dipecat dijatuhi hukuman dan ia pun mulai
mengkonsolidasi kekuatan. Ia menyatukan semuah jajahan tsar terakhir menjadi
sebuah kekaisaran baru, dan diberi nama Union
of Sovyet Socialist Republics (USSR) atau Uni Sovyet pada tanggal 30
Desember 1922. Sebuah negara dengan satu partai yang dilandasi gagasan-gagasan
Karl Marx, di mana Partai Komunis yang dipimpin Lenin memiliki semua kekuatan
dan menguasai segala kekayaan dan tanah. Selama beberapa dekade berikutnya,
jutaan nyawa dan sumber-sumber daya besar dikorbankan dalam upaya yang sia-sia
untuk membenarkan sebuah eksperimen yang kejam di kalangan masyarakat yang
membutuhkan waktu 70 tahun untuk mengakhirinya.
0 komentar:
Post a Comment