Friday, February 28, 2014

Revolusi Cina

Menyusul kejatuhan Dinasti Manchu pada tahun 1911 dan pendirian Republik Cina, negara ini terlibat dalam perang sipil yang berkepanjangan.
Pihak oposisi melaksanakan Revolusi Cina pada 1911 dan meruntuhkan pemerintahan Dinasi Manchu. Pemimpin revolusioner, Sun Yat-sen (1866-1925), diangkat sebagai presiden provinsial. Republik Cina didirikan pada 12 Pebruari 1912, sekaligus penurunan takhta pemerintahan imperial. Kepresidenan Sun Yat-sen tidak berlangsung lama, yaitu hanya tiga hari akibat kurang mendapat dukungan. Cina kemudian diperintah oleh pemimpin militer, Yuang Shikai, sampai wafatnya pada 1916, ketika situasi politik di negara itu mulai terpecah.
Para pengikut Yuang Shikai membentuk pemerintahan di Beijing sementara Partai (nasionalis) Kuomintang Sun Yat-sen membentuk pemerintahan tandingan di Kanton (Guangzhou). Sepuluh tahun selanjutnya, Cina terlibat dalam perang sipil. Terjadi demonstrasi mahasiswa menentang isi Perjanjian Versailles pada 1919, ketika Jepang mengambil alih koloni Jerman di Cina, yang memicu pendirian Partai Komunis Cina pada tahun 1921. Dengan bantuan Uni Sovyet, Sun Yat-sen mengorganisasi ulang Partai Kuomintang. Dalam kebijakannya, ia menginzinkan anggota Partai Komunis untuk bergabung. Ketika Sun Yat-sen wafat pada tahun 1925, kepemimpinan Cina dan Partai Kuomintang dilanjutkan oleh Chiang Kai-shek.
Perang Sipil Cina
Pada 1926, Chiang Kai-shek melancarkan ekspedisi melawan para tuan tanah di utara yang ingin menggulingkan pemerintahan nasionalis. Ekspedisi ini dibantu oleh Partai Komunis Cina. Bersama-sama, mereka mengalahkan para tuan tanah. Namun pada 1927, aliansi Komunis dan Kuomintang berakhir. Kedua kubu mulai saling bertarung. Pertempuran ini dikenal sebagai Perang Sipil Cina. Chiang Kai-shek menetapkan ibukota negara di Nanjing (Nangking) pada tahun 1927. Pada tahun yang sama, Chiang Kai-shek menghalau Partai Komunis untuk keluar dari Shanghai dan memaksa mereka melarikan diri ke perbukitan Jiangxi. Kaum Nasionalis mengklaim telah menyatukan Cina, meskipun sebenarnya mereka belum sepenuhnya menguasai seluruh negara.
Mao Zedong
Pada 1931, memanfaatkan pergolakan yang timbul di Cina, Jepang menduduki Manchuria dan mendirikan negara boneka Manchukuo pada 1932. Sementara itu, kaum komunis membentuk pemerintahan tandingan (Jiangxi Sovyet) di Cina bagian selatan pada 1931. Pada tahun yang sama, Mao Zedong menjadi ketua Jiangxi Sovyet. Partai komunis membangun angkatan bersenjata di Jiangxi, dan berhasil bertahan dari empat kali percobaan pengusiran oleh kaum Kuomintang. Pada Oktober 1933, Chiang Kai-shek melancarkan serangan besar melawan kaum komunis dengan tujuan memusnahkan mereka. Kaum komunis bertahan selama satu tahun. Lalu pada Oktober 1934, sekitar 100.000 anggota kaum komunis meninggalkan Jiangxi dan melakukan long march.
Akhir Perjanjian
Mao Zedong memimpin long march yang menempuh hampir 10.000 kilometer hingga mencapai Yan’an, Provinsi Shaanxi di Cina bagian utara. Perjalanan itu berlangsung sampai Oktober 1935. Hanya sekitar 20.000 dari 100.000 peserta dapat bertahan hingga tujuan. Long march ini menjadikan Mao Zedong (1893-1976) sebagai pemimpin kaum komunis Cina.

0 komentar:

Post a Comment