Menyusul
kejatuhan Dinasti Manchu pada tahun 1911 dan pendirian Republik Cina, negara
ini terlibat dalam perang sipil yang berkepanjangan.
Pihak
oposisi melaksanakan Revolusi Cina pada 1911 dan meruntuhkan pemerintahan
Dinasi Manchu. Pemimpin revolusioner, Sun Yat-sen (1866-1925), diangkat sebagai
presiden provinsial. Republik Cina didirikan pada 12 Pebruari 1912, sekaligus
penurunan takhta pemerintahan imperial. Kepresidenan Sun Yat-sen tidak
berlangsung lama, yaitu hanya tiga hari akibat kurang mendapat dukungan. Cina
kemudian diperintah oleh pemimpin militer, Yuang Shikai, sampai wafatnya pada
1916, ketika situasi politik di negara itu mulai terpecah.
Para
pengikut Yuang Shikai membentuk pemerintahan di Beijing sementara Partai (nasionalis)
Kuomintang Sun Yat-sen membentuk pemerintahan tandingan di Kanton (Guangzhou).
Sepuluh tahun selanjutnya, Cina terlibat dalam perang sipil. Terjadi
demonstrasi mahasiswa menentang isi Perjanjian Versailles pada 1919, ketika
Jepang mengambil alih koloni Jerman di Cina, yang memicu pendirian Partai
Komunis Cina pada tahun 1921. Dengan bantuan Uni Sovyet, Sun Yat-sen
mengorganisasi ulang Partai Kuomintang. Dalam kebijakannya, ia menginzinkan
anggota Partai Komunis untuk bergabung. Ketika Sun Yat-sen wafat pada tahun
1925, kepemimpinan Cina dan Partai Kuomintang dilanjutkan oleh Chiang Kai-shek.
Perang
Sipil Cina
Pada
1926, Chiang Kai-shek melancarkan ekspedisi melawan para tuan tanah di utara
yang ingin menggulingkan pemerintahan nasionalis. Ekspedisi ini dibantu oleh
Partai Komunis Cina. Bersama-sama, mereka mengalahkan para tuan tanah. Namun
pada 1927, aliansi Komunis dan Kuomintang berakhir. Kedua kubu mulai saling
bertarung. Pertempuran ini dikenal sebagai Perang Sipil Cina. Chiang Kai-shek
menetapkan ibukota negara di Nanjing (Nangking) pada tahun 1927. Pada tahun
yang sama, Chiang Kai-shek menghalau Partai Komunis untuk keluar dari Shanghai
dan memaksa mereka melarikan diri ke perbukitan Jiangxi. Kaum Nasionalis
mengklaim telah menyatukan Cina, meskipun sebenarnya mereka belum sepenuhnya
menguasai seluruh negara.
Mao
Zedong
Pada
1931, memanfaatkan pergolakan yang timbul di Cina, Jepang menduduki Manchuria
dan mendirikan negara boneka Manchukuo pada 1932. Sementara itu, kaum komunis
membentuk pemerintahan tandingan (Jiangxi Sovyet) di Cina bagian selatan pada
1931. Pada tahun yang sama, Mao Zedong menjadi ketua Jiangxi Sovyet. Partai
komunis membangun angkatan bersenjata di Jiangxi, dan berhasil bertahan dari
empat kali percobaan pengusiran oleh kaum Kuomintang. Pada Oktober 1933, Chiang
Kai-shek melancarkan serangan besar melawan kaum komunis dengan tujuan
memusnahkan mereka. Kaum komunis bertahan selama satu tahun. Lalu pada Oktober
1934, sekitar 100.000 anggota kaum komunis meninggalkan Jiangxi dan melakukan long march.
Akhir
Perjanjian
Mao
Zedong memimpin long march yang
menempuh hampir 10.000 kilometer hingga mencapai Yan’an, Provinsi Shaanxi di
Cina bagian utara. Perjalanan itu berlangsung sampai Oktober 1935. Hanya
sekitar 20.000 dari 100.000 peserta dapat bertahan hingga tujuan. Long march ini menjadikan Mao Zedong
(1893-1976) sebagai pemimpin kaum komunis Cina.
0 komentar:
Post a Comment