Pada
kurun waktu ketika hak-hak perempuan masih dianggap sesuatu yang masih sangat
baru, ia merupakan sosok paling kuat pada abad ke-19 yang memimpin monarki
terbesar yang pernah disaksikan oleh dunia. Lahir dari ibu keturunan Jerman dan
ayah yang meninggal dunia ketika ia baru berusia delapan bulan, ia memerintah
paling lama dibandingkan penguasa manapun dalam sejarah Britania—64 tahun. Nama
pemimpin negara ini, Victoria (1819-1901), dipakai untuk menamai era yang merupakan
masa keemasan Inggris oleh karena pencapaiannya di bidang politik, budaya, dan
industri.
Naik
Takhta
Victoria
adalah putri Edward, Duke of Kent, putra keempat Raja George III dan Putri
Victoria Maria Louisa, putri Duke Franz dari keluarga kekaisaran Jerman yang
merupakan campuran dari Saxe-Coburg-Gotha, dan kakak perempuan dari Raja
Leopold I dari Belgia. Victoria menjalani kehidupannya dengan menyendiri sampai
usia 18 tahun ketika, pada tahun 1837, pamannya, Raja William IV (1765-1837)
wafat dan secara mendadak, ia menjadi Ratu Kerajaan Britania Raya dan Irlandia.
Remaja putri yang selalu dilindungi itu menerima berita penunjukkan dirinya
dengan sikap dingin dan berhati-hati, dan pada pertempuan pertama dengan dewan
penasehat kerajaan Privy Council,”Victoria,” demikian kenang Arthur Wellesley,
Duke of Wellington (1769-1852), “tidak hanya dihormati, melainkan menyerap
perhatian seisi ruangan”.
Masa
Keemasan Inggris
Victoria
menikah dengan sepupunya, Prince Albert of Saxe-Coburg (1819-1861), pada tanggal
10 Pebruari 1840, dan mereka dianugerahi sembilan orang anak. Setelah Pangeran
Albert meninggal dunia, Victoria berduka selama 40 tahun dan ia memelihara
kerajaan yang ia perintah.
Ratu
Inggris pertama dari sebuah monarki yang berlangsung selama dua abad, Victoria
adalah sosok pemegang kekuasaan yang kuat dan dipersiapkan untuk berperan aktif
dalam urusan-urusan dalam negeri. Ia memerintah dengan tegas dan aktif, dan ia
memerintah dengan begitu menyeluruh sehingga ia tidak mau mengizinkan putranya,
yang kelak menjadi Raja Edward VII, untuk memerintah menggantikan dia.
Sekalipun usia Edward mendekati 60 tahun ketika ibunya wafat, ratu ini tetap
aktif hingga akhir hayatnya.
Victoria
adalah pendukung yang teguh dalam perluasan ruang lingkup Kerajaan Inggris,
yang mencapai puncaknya sepanjang paruh kedua semasa pemerintahannya dan
mencakup sebagian besar Afrika, termasuk Kanada dan Australia. Tahun 1876,
perdana menteri kesayangannya, Benjamin Disraeli (1804-1881) dari Partai
Konservatif, meminta gelar Parlemen merundingkan gelar tambahan bagi Victoria,
yaitu Maharani India. Konon, dan memang terbukti kebenarannya, pada masa
pemerintahan Victoria, Kerajaan Inggris tidak pernah mengalami masa kelam.
Revolusi
Industri yang digabungkan dengan besarnya kekayaan kerajaan menjadikan Inggris
pusat budaya dan teknologi di dunia. London menjadi kota yang paling besar dan
paling makmur di muka bumi. Sementara itu, ilmu dan kesusastraan berkembang
pesat tanpa tertandingi oleh pemerintahan mana pun. Victoria adalah zaman keemasan
Britania, dan kejayaan ini tetap berada di puncaknya ketika Victoria wafat pada
tahun 1901, dalam usia 81 tahun.
0 komentar:
Post a Comment