Sekitar pertengahan abad ke-19, Amerika Serikat adalah
sebuah negara yang terpecah. Negara ini terbagi atas wilayah utara dan selatan.
Di Amerika Serikat sekitar tahun 1850, wilayah utara
dipenuhi oleh kota dagang dan industri dengan jaringan kereta api. Sementara
itu, wilayah selatan adalah lahan pertanian, terutama perkebunan kapas dan
tembakau yang mengandalkan budak sebagai tenaga kerja. Wilayah utara melarang
perbudakan.
Perbedaan ini menimbulkan perselisihan ketika
undang-undang baru disusun untuk negara bagian dan teritori baru di Amerika
Serikat bagian barat. Kampanye anti-perbudakan di utara mengatakan bahwa
perbudakan seharusnya dihapuskan sepenuhnya. Akta Kansas-Nebraska tahun 1854
memberikan hak kepada negara bagian baru untuk memilih.
Abraham Lincoln (1809-1865) terpilih sebagai Presiden
Amerika Serikat pada tahun 1860. Ia adalah presiden dari Partai Republik,
partai penentang perbudakan, meski ia sendiri bukan aktivis anti-perbudakan.
Banyak negara bagian di selatan menolak berada di bawah pemerintahan ini.
Dipimpin oleh Jefferson Davis (1808-1889) pada Desember 1860, negara bagian di
selatan mengumumkan meninggalkan Union (sebutan Amerika Serikat selama Perang
Sipil) dan membentuk Negara Konfederasi Amerika. Pemerintah Amerika Serikat
mengatakan bahwa mereka tidak memiliki hak untuk melakukan itu.
Negara-negara bagian selatan meyakini bahwa mereka
memiliki hak membuat undang-undang sendiri tanpa campur tangan pemerintah
federal. Mereka membutuhkan tenaga kerja budak untuk bekerja di perkebunan.
Ekonomi selatan akan runtuh bila para budak dibebaskan.
Dua Kubu
Bagian utara (Union) yang terdiri atas 23 negara
bagian memiliki lebih banyak penduduk, uang, dan industri dibanding dengan
bagian di selatan. Utara juga menguasai angkatan laut dan mulai memblokade laut
untuk mencegah wilayah selatan memperoleh bantuan atau pasokan dari luar.
Sebelas negara di bagian selatan (Konfederasi) jauh lebih lemah, tetapi mereka
diuntungkan karena memiliki sejumlah jenderal hebat dan semangat bertempur yang
tinggi. Perang sipil mulai pecah pada 12 April 1861, ketika pasukan Konfederasi
memulai pertempuran di Fort Sumter, South Carolina. Pasukan Konfederasi
memenangi beberapa pertempuran di masa awal perang.
Titik Balik
Pasukan selatan memenangi pertempuran awal pada tahun
1861, termasuk di Fredericksburg dan Chancellorsville. Namun, titik balik
pertempuran terjadi pada 1 sampai 3 Juli 1863 ketika pasukan Union memenangi
pertempuran terbesar dalam perang saudara ini dalam Pertempuran Gettysburg. Ini
adalah pertempuran paling berdarah yang pernah terjadi di tanah Amerika.
Dipimpin oleh Jenderal George Meade, pasukan Union sukses menghentikan invasi
pasukan Konfederasi pimpinan Jenderal Robert E. Lee (1807-1870) ke arah utara.
Lebih dari 21.000 tentara Konfederasi dan lebih dari 22.000 tentara Union tewas
atau terluka. Sejak peristiwa ini, kesempatan pasukan Konfederasi untuk
memenangi perang terus menurun.
Akhir Perang
Pada 1864, kendari Jenderal Lee memiliki strategi
perang yang hebat, Jenderal Ulysses S. Grant berhasil menguasai Richmond,
ibukota Konfederasi. Jenderal Sherman melakukan perjalanan melintasi Georgia
dan negara-negara bagian selatan lainnya, lalu menguasai Atlanta. Kemenangan
ini diikuti dengan “perjalanan laut” sambil menghancurkan kota-kota dan lahan
pertanian yang dilewatinya. Kelangkaan pasukan, senjata, dan makanan,
menyebabkan Jenderal Lee menyerah pada 9 April 1865. Jenderal Lee menyerah
kepada Jenderal Grant di gedung pengadilan Appomattox, Virginia. Perang sipil
berakhir. Lebih dari 600.000 tentara tewas dalam perang ini, banyak di
antaranya karena terjangkit penyakit seperti tifus. Lima hari kemudian,
Presiden Abraham Lincoln dibunuh di Washington.
Perang Sipil Amerika menjawab dua pertanyaan besar.
Pertama, Amerika Serikat adalah negara tunggal, sehingga tidak ada satu negara
bagian pun yang berhak melepaskan diri. Kedua, perbudakan di selatan berakhir.
Setelah perang sipil, muncul masalah tentang bagaimana wilayah selatan harus
dibangun kembali, termasuk pembukaan sekolah dan jalur kereta api. Pengganti
Lincoln, Andrew Johnson (1808-1875), dari Partai Demokrat, menginginkan
perbaikan kondisi bagi penduduk Amerika Serikat kulit hitam. Sementara kaum
Republikan menginginkan kebijakan lebih keras. Republikan menang. Penduduk di selatan
menolak sebagian besar aspek Rekonstruksi. Banyak bekas budak yang ikut
berperang untuk Union kembali ke rumah mereka di selatan dengan mengharap
kebebasan yang lebih besar. Namun, Ku Klux Khan dan kelompok rasis lainnya
memulai kampanye pembunuhan dan melancarkan aksi teror pada tahun 1866, untuk
mencegah orang kulit hitam Amerika memperoleh hak-hak sipil. Pasukan Union
kemudian ditarik, Rekonstukri berakhir, dan Demokrat mengambil alih wilayah
selatan.
0 komentar:
Post a Comment