Di
bawah kepemimpinan Kaisar Meiji (1852-1912), yang memegang tampuk kekuasaan
pada tahun 1868, Jepang berubah bentuk, dari sebuah masyarakat yang tertutup,
di mana warga negaranya dilarang membuat kontak dengan orang asing, menjadi
sebuah bangsa yang amat berhasrat untuk membina hubungan dengan dunia luar,
bahkan ingin menyamainya. Dalam waktu kurang dari setengah abad, Jepang
mengalami kemajuan, dari feodalisme Abad Pertengahan menjadi sebuah kekuatan
industrial yang modern.
Modernisasi
Jepang
Upaya-upaya
Meiji dalam memodernisasi Jepang awalnya mendapat tentangan dari sejumlah
syogun (kaum feodal), namun mayoritas penguasa dapat melihat bahwa
manfaat-manfaat dari keterbukaan negara itu untuk berdagang dengan orang asing
jauh melebihi melebihi kerugian-kerugiannya. Sebelum pemerintahan Meiji,
masing-masing syogun sudah memiliki pasukan bersenjata pribadi dan menjadi
pemimpinnya. Namun, pada tahun 1873, kaisar membentuk sebuah pasukan nasional
yang diperlengkapi dengan senjata-senjata mutakhir yang mengikuti model
persenjataan pasukan Jerman. Angkatan laut, yang tidak diperlukan tatkala
Jepang masih merupakan sebuah kerajaan yang terisolasi, juga dibentuk. Para
cedekiawan membuat kajian lengkap mengenai sistem perundang-undangan maupun
sistem pemerintahan Eropa. Dan, pada tahun 1890, didirikan Diet, sebuah
parlemen yang mencontoh sistem Inggris.
Kebijakan
Ekspansi
Pada
masa itu, bangsa Jepang sudah memiliki lingkaran yang penuh, dari sebuah bangsa
yang terisolasi seutuhnya menjadi bangsa yang sangat ingin menonjolkan dirinya
sebagai sebuah kekuatan dunia. Dari Eropa, Jepang sudah menyamakan
elemen-elemen pemerintahan, organisasi militer dan Revolusi Industri-nya.
Selanjutnya, Jepang meniru konsep pembangunan sebuah kekaisaran yang luasnya
melewati perbatasan negaranya sendiri. Bagi sebuah negara yang kebijakan
politik luar negerinya senantiasa tidak memiliki kebijakan politk luar negeri,
meninjolkan dirinya sendiri di seantero Asia menunjukkan sebuah langkah baru
yang berani. Jepang mencaplok Kepulauan Ryuku yang menjadi tetangganya pada
tahun 1870-an, dan pada tahun 1894, Jepang bergabung dengan Cina dalam Perang
Cina-Jepang untuk menguasai Semenanjung Korea dan Manchuria. Pada waktu itu,
dalam hal tanah, penduduk dan sumber daya, Cina amat mengungguli Jepang.
Meskipun demikian, Cina berada di bawah pemerintahan Dinasti Manchu yang tidak
efektif, yang perannya lebih menyerupai pemimpin boneka bagi penguasa-penguasa
militer setempat. Cina adalah sebuah negara adidaya Asia hanya karena luas
wilayahnya serta lokasi strategisnya. Sudah terbukti dengan sendirinya bahwa
persenjataan pasukannya sangat buruk untuk sebuah perang yang besar. Ketika
Jepang memenangi perang pada tahun 1894, negara ini berhasil memperoleh tempat
berpijak di Asia daratan.
Hanya
pengaruh Kekaisaran Rusia yang sangat besar yang menghadang upaya perluasan
kekuasaan Jepang secara total atas Manchuria dan Korea. Pada bulan Pebruari
1904, Jepang menyerang kapal-kapal dan pangkalan-pangkalan Rusia di Timur Jauh.
Perang Rusia-Jepang, pertikaian besar pertama pada abad ke-20, menghasilkan
kekalahan yang memalukan bagi Rusia. Untuk pertama kalinya sejak Jenghis Khan,
sebuah pasukan Asia dengan meyakinkan telah mengalahkan sebuah kekuatan Eropa
yang utama melalui serangkaian pertempuran yang tak berkeputusan. Setelah
perjanjian damai ditandatangani pada tanggal 5 September 1905, Jepang
mengendalikan semua wilayah di Asia Timur Laut, menjadi kekuatan dunia pertama
yang muncul di Asia di era modern. Kemenangan ini juga menetapkan Jepang
sebagai kekuatan besar yang tidak boleh dipandang sebelah mata, baik dari segi
politik maupun militer, dalam percaturan dunia.
0 komentar:
Post a Comment