Pada 1848, berbagai pemberontakan dan demonstrasi
terjadi di banyak bagian benua Eropa. Peristiwa itu dipicu oleh ketidaksenangan
rakyat atas pemerintah yang sedang berkuasa.
Alasan munculnya pemberontakan serupa dengan yang
menyulut Revolusi Prancis. Salah satu alasan utama adalah penduduk di banyak
negara di penjuru Eropa mulai merasa mereka lebih penting daripada “negara”,
sehingga mereka harus memiliki suara dalam pemerintahan. Menanggapi
pemberontakan dan protes disertai kekerasan, para penguasa mencoba merestorasi
sistem pemerintahan lama. Peristiwa yang terjadi pada 1848 menunjukkan bahwa
perubahan adalah suatu keharusan.
Alasan kuat lain atas terjadinya pemberontakan 1848
adalah nasionalisme, yaitu keinginan rakyat penutur bahasa yang sama untuk
membentuk negara merdeka sendiri. Nasionalisme yang kuat muncul di Italia dan
Jerman, yang wilayahnya terpecah ke dalam banyak negara bagian kecil yang
menjadi bagian dari Kekaisaran Austria. Pemberontakan lainnya dipicu oleh
rakyat yang menginginkan makanan lebih murah, atau perubahan dalam hukum
pemerintahan.
Chartisme
Di beberapa negara, rakyat menuntut hak untuk memilih.
Ini adalah salah satu reformasi yang diinginkan oleh gerakan Chartisme di
Inggris. “Perjanjian Rakyat” pertama kali dipublikasikan di Inggris pada Mei
1838. Petisi yang ditandatangani 1,2 juta penduduk ini diajukan ke parlemen
pada Juni 1839, tetapi ditolak sebulan kemudian. Pada Pebruari 1848, menyusul
revolusi di Prancis, dibuat petisi akhir. Ketika selesai, dinyatakan bahwa
petisi ini telah disetujui oleh 3 juta penduduk. Pada 10 April 1848, terjadi
pawai massa dari London ke Houses of Parliament untuk menyampaikan
petisi ini. Petisi ini ditolak, sehingga kaum Chartisme memulai cara kekerasan.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa itu telah
memudahkan perjuangan. Banyak orang dapat membaca dan banyak surat kabar
memberitahukan apa yang terjadi di negara-negara lain. Tentara harus dikerahkan
untuk mengatasi kericuhan karena minimnya jumlah anggota kepolisian. Sebagian
besar pemberontakan yang terjadi pada tahun 1848 dapat digagalkan. Namun dalam
beberapa tahun berikutnya, kaum nasionalis telah bertumbuh lebih kuat. Banyak
pemerintahan mulai melihat bahwa reformasi demokratik akan diperlukan dalam
waktu dekat.
Revolusi di Eropa
Di Prancis, Raja Louis-Phillippe digulingkan. Republik
Kedua dibentuk oleh Louis Napoleon, keponakan Napoleon Bonaparte yang diangkat
sebagai “pangeran-presiden”. Pemberontakan juga meluas di negara-negara Italia
yang masing-masing masih berdiri sendiri, namun semuanya dapat ditumpas pada
akhir tahun. Kanselir Austria, Pangeran Metternich mengundurkan diri pada Maret
1848, dan Raja Ferdinand diturunkan dari takhta oleh Franz Josef pada Desember
1848.
Pemberontakan juga muncul di Berlin, Wina, Praha,
Budapest, Catalonia, Wallachia, Warsawa, dan London. Di Jerman, Dewan Nasional
mengadakan pertemuan di Frankfurt, sementara sebuah konstitusi baru
diberlakukan di Belanda.
Di Belgia, diterbitkan The Communist Manifesto
yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Di seluruh Eropa, angkatan
bersenjata dan petani tetap loyal pada monarki mereka. Pemberontakan dapat
dipadamkan di Prusia dan Italia meski terjadi sejumlah reformasi.
1 komentar:
Sumpah makasih banyak. Susah banget nyari yang simple.
Post a Comment