Selama
abad ke-19, ketika Inggris Raya sedang membangun kerajaan politiknya maupun
ekonominya di seluruh dunia, yang menjadi fokus Amerika Serikat adalah
pengembangan ekonomi teritori Amerika, sebuah wilayah yang luasnya hampir
menyamai Kerajaan Inggris Raya. Memang, sebagian besar negara-negara kuat di
Eropa—bahkan yang sekecil Portugal maupun Belgia sekalipun—memiliki jajahan di
Afrika dan Timur Jauh. Tahun 1898, berkat tanah yang kaya dengan sumber-sumber
alam dan sebuah ekonomi yang secara konstan meningkat, Amerika Serikat sudah
menjadi sebuah negara adidaya di bidang ekonomi dalam percaturan dunia.
Meskipun demikian, menurut ukuran Eropa, Amerika tidak dapat dinilai sebagai
negara adidaya dari segi politik karena negara tersebut tidak memiliki jajahan
ataupun kepentingan dalam perkembangan politis di luar bumi belahan Barat.
Perang
Spanyol-Amerika
Sementara
itu, Spanyol menyaksikan kerajaannya di bumi belahan Barat tumbang pada abad
ke-19, karena semua republik di Amerika Selatan yang berada di bawah kekuasaan
mereka memperoleh kemerdekaannya. Tahun 1895, rakyat Kuba mengadakan revolusi
melawan Spanyol. Hancurnya Spanyol secara kasar dicela dengan nada marah oleh
pers Amerika, dan, akibatnya, pada tanggal 15 Pebruari 1898, kapal perang
Angkatan Laut Amerika Serikat USS Maine
diledakkan di Pelabuhan Havana, dan diduga keras bahwa pelakunya adalah
kaki-tangan Spanyol. Rakyat Amerika menuntut bahwa Amerika Serikat maju ke
medan perang melawan Spanyol untuk membuat impas atas tewasnya 260 orang
laki-laki dalam peristiwa tenggelamnya kapal USS Maine dan membebaskan rakyat Kuba dan kekuasaan Spanyol yang
menindas. Pasukan Angkatan Laut Amerika Serikat memblokir Kuba dan menyerang
armada Spanyol di Filipina. Tanggal 1 Mei, armada yang dipimpin oleh Admiral
George Dewey berlayar menuju Teluk Manila dan menghancurkan setiap kapal perang
Spanyol yang ada di depan mata, tanpa satu orang Amerika pun yang tewas.
Tanggal 3 Juli, Quadron di bawah pimpinan Admiral William T. Samson,
menghancurkan seluruh armada Spanyol di Kuba, sekali lagi tanpa kehilangan
anggota pasukannya. Pada waktu yang bersamaan, pasukan Angkatan Darat Amerika
Serikat untuk menyerbu Kuba. Di dalamnya ada resimen Kavaleri Sukarelawan
Pertama (anggotanya dinamakan “Rough Riders”) yang dipimpin oleh Theodore
Roosevelt (1858-1919), yang kemudian menjadi presiden Amerika Serikat
(1901-1909). Tanggal 17 Juli, pasukan Spanyol dikalahkan.
Perang
Spanyol-Amerika berlangsung hanya 114 hari dan mengakibat segelintir korban di
pihak Amerika, namun dampak dari kemenangan ini layak diperhitungkan. Pasukan
Spanyol secara berturu-turut menyerah tidak hanya kepada Kuba dan Filipina,
melainkan juga kepada Puerto Rico dan Guam. Dengan kemenangan ini, Amerika
Serikat menjadi kekuatan politik berskala dunia.
Berkembangnya
sebuah kerajaan hanya sedikit mengubah nasib Amerika di bidang ekonomi. Tidak
seperti negara-negara tandingannya yang lebih kecil di Eropa, Amerika Serikat
sudah memiliki sumber-sumber daya yang sangat besar di negerinya sendiri.
Perang Spanyol-Amerika memaksa Amerika Serikat untuk mulai menentukan perannya
dalam percaturan dunia. Oleh kerena perang dan komunikasi internasional yang
semakin cepat dan maju, sebuah bangsa yang ditakdirkan sepenting Amerika
Seirkat tidak sanggup untuk tetap terisolasi, dan memang tidak akan pernah
terisolasi.
0 komentar:
Post a Comment