Di
pertengahan abad ke-19, Jepang masih merupakan sebuah monarki feodal yang
struktur sosialnya hanya berubah sedikit selama berabad-abad. Sejak tahun 660
SM, kaisar demi kaisar secara turun-temurun memerintah Jepang. Mereka menamakan
dirinya sebagai tenshi—“putra
langit”. Sebagai sebuah negara kepulauan, Jepang secara geografis terisolasi
dari Asia daratan—dan benar-benar terisolasi dari negara-negara lain di
dunia—terabaikan seutuhnya dari aliran utama sejarah dunia. Akan tetapi, inilah
kondisi yang disukai para kaisar itu. Masyarakat Jepang sangat kaku dalam pola
pemikirannya dan perpindahan penduduk ke luar negeri tidak pernah dibayangkan.
Benar, maklumat resmi yang dikeluarkan pemerintah Jepang pada tahun 1636
melarang warga Jepang meninggalkan tanah airnya. Pedagang-pedagang asing
dilarang keras untuk berbisnis di Jepang, sekalipun setelah tahun 1842
pelabuhan-pelabuhan tertentu mulai mengizinkan kapal-kapal asing singgah untuk
mengisi bahan bakar dan bahan makanan.
Kondisi
terisolasi secara total ini ditakdirkan untuk berubah. Tanggal 8 Juli 1853,
Komodor Angkatan Laut Amerika Matthew Calbraith Perry (1794-1858) berlayar
menuju Teluk Edo dengan sejumlah kapal-kapal meriam dan sebuah pesan dari
Presiden Millard Filmore (1800-1874): Jepang harus membuka pelabuhannya bagi
perdagangan Amerika atau beresiko akan digempur. Komodor Perry memberi waktu
kepada Jepang selama satu tahun untuk mempertimbangkan ultimatum tersebut, dan
ketika ia kembali, perjanjian yang dinamakan Perjanjian Kanagawa ditandatangani
pada tanggal 31 Maret 1854. Jepang akhirnya bergabung dengan komunitas dunia.
Menjelang
tahun 1858, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis sudah mendirikan
pangkalan-pangkalan pemasok di Jepang namun timbul banyak keresahan. Sebelum
tanggal 6 April 1868, Kaisar Mutsuhito (1852-1912) yang masih muda yang juga
dikenal sebagai Meiji, serta merta melarang aktivitas-aktivitas antiasing dan
memprakarsai sebuah program untuk memodernisasilan Jepang dengan mengimpor
mesin-mesin dan perkakas mesin dari negara yang paling maju semasa Revolusi
Industri. Tatkala Komodor Perry pertama kali mendarat di Teluk Edo, tahun 1953,
teknologi Jepang sudah setara dengan Eropa di tahun 1550-an. Dalam waktu
seperempat abad sejak Reformasi Meiji pada tahun 1868, Jepang sudah mengadakan
industrialisasi hingga sebanding dengan Eropa dan Amerika Serikat di bidang
teknologi.
Ini
merupakan sebuah upaya yang dunia belum pernah saksikan, dengan perkecualian
yang tidak mustahil bahwa Jepang sanggup bangkit setelah kehancuran yang
diwariskan oleh Perang Dunia II. Jepang akan memasuki abad ke-20 sebagai
satu-satunya kekuatan industri nomor satu di Asia.
0 komentar:
Post a Comment