Perkembangan awal banyak koloni di Amerika
dijalankan oleh para perompak, pemilik perkebunan gula, dan jutaan budak
Afrika.
Dalam kurun waktu 100 tahun setelah pendaratan
pertama Columbus pada tahun 1492, sebagian besar penduduk pribumi di Karibia,
orang Arawak dan Karib, mati akibat perlakuan buruk dan penyakit orang Eropa.
Pada awal abad ke-17, Karibia menjadi medan tempur. Bangsa Spanyol, Perancis,
Inggris, dan Belanda berperang memperebutkan kepulauan yang mereka sebut sebagai
Hindia Barat. Beberapa pulau bertukar tangan beberapa kali untuk kepentingan
dagang dan perebutan tanah guna mendirikan wilayah jajahan Eropa.
Para pencari kekayaan dari Inggris, Perancis, dan
Belanda merompak untuk memperoleh harta benda. Mereka kerap didukung oleh
pemerintah karena mereka menimbulkan masalah bagi orang Spanyol, merebut
sejumlah pulau, mendirikan pemukiman, dan menghasilkan keuntungan. Beberapa di
antaranya kemudian diangkat menjadi laksamana atau gubernur kolonial. Sir
Francis Drake berlayar mengitari dunia pada 1577-1580. Ia menyerang kapal-kapal
Spanyol dan pulang dalam keadaan kaya raya. Ia adalah orang Inggris pertama
yang mengitari dunia. Kapten Kidd, yang diperintahkan untuk membasmi perompak,
justru bergabung dengan para perompak. Edward Teach (Si Janggut Hitam) dan
Kapten Henry Morgan menyerang pemukiman dan kapal Spanyol di Karibia. Mereka
membuka jalan bagi tebentuknya koloni. Spanyol kehilangan banyak emas akibat
perompakan, tetapi ini tidak menghentikan mereka untuk menjajah Eropa.
Perdagangan
Budak
Di Eropa, teh dan kopi menjadi minuman favorit. Ini
menyebabkan tingginya permintaan akan gula untuk membuat menuman teh terasa
manis. Tebu tumbuh subur di iklim Hindia Barat, tetapi penanamannya memerlukan
banyak pekerja. Pekerja lokal tidak ada karena banyak pribumi yang telah mati.
Oleh karena itu, para pemukim mengimpor pekerja budak dari Afrika barat.
Orang Eropa tidak merasa bersalah menggunakan orang
Afrika sebagai budak. Orang Afrika dibeli murah, dijejalkan ke dalam kapal, dan
kemudian dijual kepada para pemilik perkebunan. Dua pertiga di antaranya mati
dalam perjalanan atau karena penyakit, perlakuan buruk, dan kerja yang
berlebihan. Meski demikian, pada tahun 1800, terdapat lebih dari sembilan juta
budak Afrika di Amerika.
Segitiga
Perdagangan
Perkebunan tebu yang dimiliki oleh orang Eropa
biasanya mencakup lahan yang sangat luas. Di situ terdapat gudang, galangan
kapal, gereja, barak budak, dan rumah sang pemilik tanah yang megah. Terbentuk
segitiga perdangan, yaitu barang-barang dari Eropa dibawa ke Afrika barat,
kemudian budak dari Afrika barat dibawa ke Amerika, dan akhirnya hasil
perkebunan dibawa pulang ke Eropa. Pasar gula, tembakau, minyak, dan produk
lainnya yang menguntungkan di Eropa benar-benar dieksploitasi. Perompakan,
perkebunan, dan perbudakan dimotori oleh keinginan untuk meraih keuntungan.
Keuntungan ini menggerakkan pertumbuhan ekonomi Eropa. Perbudakan berlangsung
hingga abad ke-19. Banyak orang Afro-Amerika masa kini adalah merupakan
keturunan para budak.
0 komentar:
Post a Comment