Pada abad ke-17, Afrika terdiri atas berbagai bangsa
dan kerajaan, masing-masing memiliki adat-istiadat, bentuk pemerintahan,
bahasa, dan agama sendiri.
Selama periode ini, bangsa-bangsa Afrika berkembang
dengan cepat. Jika saja orang Eropa tidak datang, bangsa Afrika mungkin dapat
mengembangkan kebudayaannya lebih maju lagi. Kendati tidak berpengaruh besar
hingga abad ke-19, orang Eropa membeli emas, barang eksotis, dan budak, serta
menjual senjata, pakaian, perkakas, dan barang lainnya. Aktivitas ini mengubah
perdagangan dan masyarakat tradisional Afrika. Beberapa daerah, seperti Afrika
barat, kehilangan banyak penduduk akibat perdagangan budak. Perbedaan sosial
meningkat ketika para kepala suku dan pedagang melakukan perjanjian dagang yang
menguntungkan dengan orang Eropa. Bahkan, beberapa kepala suku menjual sukunya
sendiri sebagai budak.
Tahun-tahun Penting
|
|
1570
|
Kemunculan
Kanem-Bornu sebagai negara besar
|
1575
|
Pemukim
Portugis pertama di Angola
|
1588
|
Perusahaan
Guinea Inggris didirikan
|
1600
|
Mwenemutapa
mencapai puncak kejayaannya
|
1625
|
Kerajaan
baru, Allada, didirikan oleh Raja Akaba
|
1637
|
Belanda
mengusir Portugis dari Pantai Emas
|
1652
|
VOC
mendirikan Cape Town
|
1660-an
|
Kemunculan
kerajaan-kerajaan Bambara di Afrika barat
|
1685
|
Dahomey
didirikan dari tiga kerajaan
|
1689
|
Osei
Tutu mendirikan Imperium Asante
|
1701
|
Perluasan
militer Asante oleh Osei Tutu
|
Negara terbesar Afrika adalah Songhai. Para pedagang
Eropa di wilayah pantai merebut emas dan perdagangan budak dari Songhai.
Akibatnya, kemakmuran Songhai merosot tajam. Pada tahun 1591, pasukan Maroko
menyeberangi Gurun Sahara dan merebut Songhai. Di selatan Sahara, muncul negara
baru, seperti Mossi, negara-kota Hausaland, Karem-Borne, dan Darfur. Negara-negara
Muslim ini berdagang dengan orang Arab dan Turki Ottoman.
Di selatan timur, negara Kristen Ethiopia
dikelilingi oleh negara-negara Muslim. Kaum Muslim di sebagian negeri itu
memberontak dan menghancurkan Ethiopia. Orang Portugis kemudian tiba dan
menghalau kaum Muslim pada tahun 1543. Ethiopia pun hidup dalam keadaan damai.
Di sepanjang pantai timur dan barat, orang Portugis mendirikan benteng dan
depot budak. Keadaan ini menarik minat penduduk Afrika mendatangi kawasan
pantai. Para kepala suku terdorong mencari kekayaan dengan menjual budak.
Dahomey
dan Asante
Sejumlah negara menduduki kawasan hutan di sepanjang
pantai barat Afrika. Pada tahun 1625, sebuah negara baru, Allada, didirikan
oleh Raja Akaba. Antara tahun 1645 hingga 1685, kerajaan ini bersatu dengan dua
kerajaan lainnya menjadi Dahomey. Negara baru ini menjadi kaya karena
perdagangan emas dan budak. Dahomey ditaklukkan pada tahun 1747 oleh orang
Yoruba dari Oyo (kini Nigeria). Dahomey mendapat cap buruk dari orang Eropa
karena saat pemimpinnya wafat, ribuan budak dikorbankan untuk menemaninya ke
alam baka.
Di sebelah barat Dahomey terletak Asante. Pada tahun
1689, Osei Tutu mendirikan Konfederasi Asante yang kuat dengan ibukota Kumasi.
Negara ini menjadi makmur karena perdagangan cola nut (spesies pohon
tropis dari genus Cola, berasal dari Afrika), emas, dan budak. Benteng
dan pos perdagangan penting Portugis di Elmira, Asante, direbut oleh Belanda
pada 1637.
Afrika menyediakan budak untuk bekerja di perkebunan
yang jumlahnya semakin banyak di Amerika. Jutaan orang mati selama peperangan
untuk mencari budak di sejumlah negara Afrika atau dalam perjalanan
menyeberangi Samudera Atlantik. Kehilangan begitu banyak penduduk menimbulkan
bencana bagi Afrika.
0 komentar:
Post a Comment