Selama abad ke-18, India mengalami kehancuran akibat
peperangan dan campur tangan asing. Kerajaan Moghul digantikan oleh penguasa
Inggris.
Pada tahun 1707, Sultan Moghul, yaitu Aurangzeb,
wafat. Selama periode pemerintahannya yang panjang, ia menghabiskan
bertahun-tahun untuk memelihara kekuasaan dan menyatukan kerajaan. Toleransi
agama yang pernah didorong pendahulunya, Akbar yang Agung, telah hilang.
Setelah kematian Aurangzeb, India terjebak dalam perang satu abad ketika
berbagai kelompok berusaha memperoleh kekuasaan. Para penguasa lokal, yang
diberi tanggung jawab oleh para sultan Moghul untuk melindungi wilayah yang
jauh dari ibukota, justru mendirikan kerajaan pribadi di Oudh, Hyderabad, dan
Bengal. Di India barat dan Punjab, pemberontakan dicetuskan oleh negara Maratha
Hindu dan para pengeran Sikh.
Antara tahun 1740 dan 1760, orang Maratha Hindu
menaklukkan India bagian tengah. Mereka merebut sebagian besar wilayah Moghul.
Namun, usaha mereka untuk mengambil alih Kesultanan Moghul sepenuhnya pada
tahun 1761 digagalkan oleh para penyerbu Afghan.
Pada tahun 1739, orang Persia di bawah pimpinan Nadir
Shah (1688-1747) menyerang wilayah utara dan menjarah Delhi, ibukota Moghul,
dan membunuh 30.000 penduduk. Orang Sikh di Punjab mendapat kemerdekaan semu
pada 1762. Nisam dari Hyderabad merebut wilayah banyak wilayah di India tengah
dan selatan. India benar-benar mengalami kekacauan.
Inggris Mengambil Alih India
Kesultanan Moghul yang rapuh juga diancam oleh
orang-orang Eropa yang ambisius. Perusahaan Hindia Timur Inggris dan Prancis
memperoleh wilayah yang luas di India, berpusat di pos-pos dagang mereka yang
menguntungkan. Mereka bersekutu dengan para pemimpin India yang bermusuhan,
dengan cara melakukan diplomasi, penyuapan, dan pamer kekuasaan. Prancis
mendapat tanah Moghul di selatan India dari Nawab (penguasa lokal) Hyderabad,
sebagai imbalan atas dukungan militernya. Inggris bersekutu dengan orang
Maratha dan Mysore. Jenderal Inggris, Robert Clive (1725-1774), memerangi dan
mengalahkan orang Prancis pada tahun 1752. Kemudian, pada tahun 1756, penguasa
Bengal merebut pangkalan Inggris di Kalkuta. Pada tahun berikutnya, kemenangan Inggris
di Plassey membuat mereka menguasai Bengal kembali. Pada tahun 1761, Inggris
merebut pangkalan Prancis di Pondicherry sekaligus mengakhiri pengaruh Prancis
di India.
Selama 100 tahun berikutnya, Perusahaan Hindia Timur
Inggris mendapat banyak wilayah, atau memaksa negara-negara merdeka untuk
mematuhi mereka. Baru pada tahun 1858, Raj India, pemerintahan perusahaan di
India, diambil alih oleh pemerintah Inggris. Ratu Victoria dijadikan Maharani
India.
Kejatuhan India
Antara tahun 1707 dan 1858, India mengalami periode
peperangan dan kekacauan, diikuti oleh pengambilalihan bertahap oleh Inggris.
Ketika Inggris berkuasa, mereka berusaha menghentikan apa yang mereka anggap
sebagai kebiasaan buruk orang India. Salah satunya adalah thugge, yaitu anggota sebuah sekte Hindu yang menyerang para
pengelana, lalu mencekiknya sebagai korban bagi Kali, dewi kematian dan
kehancuran.
Pada awal abad ke-19, Inggris menaklukkan orang
Maratha dan menyerbu India tengah, Sind, dan Punjab (sekarang Pakistan). Para
misionaris Kristen diizinkan masuk sejak tahun 1813, jalan dibangun, dan
dibentuk satu kelas orang India berpendidikan Inggris untuk membantu mengelola
negeri yang luas ini. Masih terdapat banyak negera kecil yang merdeka, tetapi
mereka dapat bertahan apabila mematuhi orang Inggris. India belum dipersatukan,
tetapi negeri ini berada di bawah kekuasaan Inggris.
0 komentar:
Post a Comment